Kita sering diskusi tentang dua investor, yaitu aktif dan pasif. Investor aktif percaya bisa mendapat keuntungan jauh lebih banyak dibanding investor pasif, sepadan dengan risiko yang mereka hadang. Nah, pertanyaannya, berapa sih target keuntungan investor aktif?

Perbedaan Investor Aktif vs Pasif

Investor pasif adalah mereka yang tidak ingin rugi dalam investasinya, ingin menjaga keutuhan dananya, maka memutuskan berinvestasi di instrumen investasi secara pasif. Dalam kategorisasi ini, Benjamin Graham, guru intelektual investor nilai, menyarankan investor pasif berinvestasi berkala di saham besar dengan metode dollar cost averaging (DCA). Sementara itu Warren Buffett menambahkan ide lain investor pasif untuk berinvestasi di reksadana indeks, dengan asumsi biayanya yang murah (tanpa biaya) dan terbukti indeks saham punya potensi keuntungan lebih besar dibanding rerata kinerja reksadana pada umumnya.

Investor aktif adalah mereka yang mengincar pengembalian jauh lebih banyak dibanding investor pasif, dengan risiko mereka terpapar potensi kerugian yang lebih besar. Untuk mencapai hasil itu mereka rela menghabiskan waktu, dana, sumberdayanya untuk riset, mencari, dan berusaha aktif mencari peluang investasi yang menarik.

Cerita Lama Billy: Target Laba Investor Aktif

Saya ingin membahas blog Billy the Pip yang pernah menulis hal ini pada akhir 2013 lalu dan sambungannya pada 2014.

Di tulisannya Bung Willy menyebut tiga nama investor lokal, bung Iyan, Parahita, dan dirinya sendiri. Dia juga membahas investor kawakan Lo Kheng Hong dan Warren Buffett. Saya saat itu baru dua tahun memulai investasi, tak patut dipuji-puji setinggi langit oleh Bung Willy. Mungkin saya terlalu beruntung disebut di blog Billy the Pip yang bahasanya lugas dan cergas.

Sayang hingga saat ini Bung Willy masih menyebut investasinya hanya main saham. Padahal saya adalah kritikus keras penggunaan kata “main saham” ini, terakhir kali saya mengkritik redaksi Kompas akhir 2016 lalu. Semoga balasan tulisan ini bikin Bung Willy menyalakan laptopnya lagi, pergi ke kafe, dan menulis lagi. Syukur-syukur jika saya ke Jakarta dapat traktiran kopi dari hasil permainan sahamnya. Hush!

Target Laba Bung Bolasalju

Baiklah. Saya siap sebagai korban pertama bahasan ini.

Sebagai seorang yang baru masuk bursa di tahun ke-2, saat itu saya menulis, “Target saya tidak muluk-muluk, minimal bisa mencapai pengembalian investasi 20%, syukur-syukur hingga 25% atau lebih.”

Terkesan rendah hati ya? Memang kok, saya ini rendah hati, suka mandi, dan suka lari, hehe.

Ketika menulis itu, saya merasakan begini: “Kinerja reksadana tidak seberapa besar. (Duh, Bung, yang benar? Dimarahin manajer investasi sejagat nanti kau!) Saya sudah menamatkan teori investasi dari Graham. Saya meyakininya. Saya yakin bisa mengelola psikologi dan melakukan langkah investasi konservatif. Saya merasa kotak pandora telah terbuka! Jika rerata disetahunkan IHSG selama 10 tahun sekitar 15%, saat itu saya belum pegang data kinerja 10 tahun IHSG. Saya kira mungkin bisa mendapat 20%-25% per tahun. Tentu saya siap kinerja negatif dalam 1-3 tahun, yang penting secara akumulatif kinerja investasi saya harus lebih baik dibanding IHSG. Saya akan mencapainya melalui pendekatan nilai.”

Warren Buffett saja sekitar 20%, bagaimana mungkin saya bisa 20%-25%? Kita tahu negara berkembang seperti Indonesia menjanjikan pertumbuhan laba perusahaan yang lebih menawan dibanding perusahaan-perusahaan di negara maju, macam negaranya Kakek Buffett itu. Begitulah rencana yang coba saya lakukan dan bisa Anda baca di situs ini selama 8 tahun terakhir.

Sesungguhnya saya menyesal sudah membagi target laba bahkan kinerja investasi selama 8 tahun ini. Coba seandainya pada 2010 saya tak memulai, hidup saya tenang ? Tapi, ya sudahlah.

Ada beberapa kemungkinan seseorang membagi kinerja investasi: mungkin dia naif, tidak tahu kerasnya dunia investasi, seperti saya. Kemungkinan lain dia memang pintar dan yakin, seperti Bung Willy dan Bung Iyan.

Kita bahas saja kinerja investor-investor aktif, ya.

Target Laba Bung Willy

Nah, sasaran kedua tentu saja Bung Willy. Di blognya Bung Willy menulis, "Menurut saya justru sebaliknya, ini semakin memperkuat ambisi saya untuk mencapai target RATA-RATA tahunan antara 29% sampai 69%. Ini berbeda loh dengan memiliki target tahunan antara 29% sampai 69%."

Bagaimana hasilnya? Saya tanya Bung Willy, dia jawab via email begini, “Puji Tuhan, targetnya secara umum tercapai..” Jika kita coba terka nilai tengahnya target si Bung yang tidak mau terbuka ini, saya kira ada di sekitar 49%. Mencapai target itu sungguh menakjubkan. Saya ucapkan selamat Bung!

Anda memang layak disebut value investor modern. Semoga tulisan ini bisa mengupdate kerinduan pembaca blognya bung Willy.

Terima kasih pada Bung Willy, sebagian tulisan di bawah akan mengutip artikel di blog Anda.

Target Laba Bung Iyan

Investor aktif pertama yang disebut Bung Will adalah Bung Iyan dari blog Terus Belajar Saham. Saya kutip dari blog Billy, "Target laba yang cukup konservatif ketika pasar sedang bullish (untung 100% mengikuti kenaikan IHSG), namun sangat agresif ketika pasar sedang bearish (rugi maksimal 20% dari penurunan IHSG)."

Bagaimana artinya? Saya memahaminya begini, biar gampang:

  • Jika IHSG naik 30%, Bung Iyan mematok laba 30%.
  • jika IHSG minus 10%, Bung Iyan mematok kerugiannya tak lebih dari -2%.
Target yang bagus. Saya apresiasi Bung Iyan karena bersedia membagi laporan kinerjanya lihat di sini (saya duga tabelnya sudah diperbarui). Tak banyak yang berani membagikan kinerjanya, lho. Berikut kalkulasi sederhana laba beliau:

[caption id=“attachment_10166” align=“alignnone” width=“540”]Hasil laba tahunan Bung Iyan 1997-2009 Hasil laba tahunan Bung Iyan 1997-2009[/caption]

Saya tak membayangkan jika saya telah masuk saham pada 1997. Bisa jadi saya rugi besar. Saya berharap Bung Iyan bisa berbagi keuntungan tahunannya selama 8 tahun terakhir agar bisa jadi bahan diskusi, apalagi target labanya sangat menarik.

Sayangnya, mohon maaf, saya tidak sepakat dengan Willy mengkategorisasi Bung Iyan sebagai investor. Karena beliau adalah trader. Bung Iyan sering mengakui dan kampanye hal ini dalam tulisan-tulisannya.

Ya, memang setiap investor saham layak disebut investor. Apa sih pentingnya nama? Yang penting cari untung tak peduli namanya.

Oke, saya paham. Tapi, saya mengutip Ben Graham, di halaman 42 Intelligent Investor terjemahan Serambi, “Setiap orang yang membeli saham biasa yang tampaknya sedang hot, atau melakukan pembelian dengan cara apapun yang serupa itu, bisa dikatakan melakukan spekulasi atau berjudi.” Graham juga mengungkap, spekulasi penuh pun bukan berarti kegiatan yang salah atau tidak bermoral. Saya sepakat dengan anggapan ini, mungkin  Bung Iyan adalah spekulator pintar. Mungkin pula ketika untung 120% Bung Iyan menempatkan dana yang lebih banyak. Bisa jadi cara kalkulasi saya di atas salah.

Target Laba Parahita Irawan

Bung Parahita adalah pemilik blog parahita.wordpress.com, salah satu orang di Indonesia di mana saya banyak belajar investasi, mulai dari reksadana dan kemudian saham. Bung Parahita adalah value investor. Hebatnya dia tidak anti membahas Darvas. Saya kira Bung Parahita orang yang suka analisis data. Sayang saya jarang membaca blog beliau setelah 2013. Saya tak ingat apa Si Bung pernah membagi data target laba investasi sahamnya.

Saya belum menemukan fakta terbuka dari Bung Parahita tentang laba investasinya. Namun saya dapat cuplikannya, lagi-lagi dari Bung Willy di sini berikut, “Saya mendapat sanggahan dari rekan Parahita bahwa target saya kelewat ambisius. Sebagai perbandingan, rekan Parahita berhasil mencetak return 80% pada tahun 2012, sedangkan pada tahun 2013 return beliau drop menjadi sekedar 4% saja.”

Dengan laba berturut-turut 80% dan 4%, uang Rp1.000 akan menjadi Rp1.872 oleh Bung Parahita, atau akumulasi 87,2% selama 2 tahun (36,82% disetahunkan). Saya berharap Bung Parahita mau berbagi data hasil kinerjanya agar kita bisa belajar.

Laba Lo Kheng Hong

Pak Lo Kheng Hong adalah investor kawakan yang terkenal dengan strategi nilainya. Ia pernah mendapat keuntungan besar dari investasinya di MBAI. Mengutip Bung Willy dari Investor Daily:
Waktu krisis 2008, saya sempat jatuh. Malah sewaktu krisis 1997-1998, saya sempat jatuh hingga uang saya tinggal 15%. Tapi uang itu saya tukar ke saham. Akhirnya uang saya meningkat 150,000% sampai saat ini. [sumber: Investor Daily]
Bung Willy sudah menghitung keuntungan bunga majemuk disetahun Pak LKH adalah sebesar 69% (68,61%).

Aduh Anda kalah jauh Bung Bolasalju.

Ya, Pak LKH memang fenomenal. Semoga kapan-kapan saya bisa dapat saham yang bisa saya hold selama 10 tahun dan menghasil keuntungan, minimal mendekati 100.000%. Amin dong ya! ?

Laba Warren Buffett

Kakek Buffett memang fenomenal. Di masa partnership, aturan bagi hasil investasinya saja sudah mencengangkan. Tidak seperti manajer investasi umum yang memotong 1-3% dari dana kelolaan sebagai jasa manajemen. Buffett hanya memotong jika untung. Yang dahsyat, ia menjanjikan partner-nya keuntungan PASTI 6% per tahun, berapa pun kinerjanya saat itu. Keuntungan ini bisa mereka ambil bulanan 0,5%, seperti bunga deposito, jika mereka mau. Atau membiarkannya sebagai hasil investasi untuk tahun berikutnya. Jika kinerjanya di atas 6% barulah dia ambil bagiannya sebagai bagi hasil investasi.

Saya pernah baca Buffett bisa menghasilkan 10% di atas indeks Dow secara relatif. Jika Dow menghasilkan laba 30%, Buffett bisa menghasilkan 40% atau lebih. Kalau Dow turun -11%, Buffett bisa menghasilkan laba di atas -1%. (Catatan: akan saya update setelah saya menemukan datanya. Otak saya tidak seperti Buffett yang katanya punya ingatan fotografis)

Rerata tahunan Warren Buffett, The Oracle of Omaha ini adalah sekitar 20% per tahun (compounded). Ada yang menyebut di atasnya. Tapi yang kita kagumi adalah rentang waktu investasinya. Dan itu punya keunggulan sendiri. Uang $1.000 jika diinvestasikan terus menerus dengan pengembalian sebesar 20% selama 60 tahun akan menjadi 56,34 juta dolar.

Ingat rahasia compound interest, semakin lama Anda berinvestasi, potensi keuntungan Anda bakal sangat menggunung. Mirip nama Bolasalju, dana akan menggunung seperti efek bola salju. Warren Buffett telah melakukan seperti itu dan sukses.

Dengan skala besarnya investasi Buffett saat ini, kita harus ingat hukum angka yang besar. Di masa muda Buffett bisa untung dengan persentase besar. Karena nilai dananya memang cukup memadai mencari investasi murah. Dengan besarnya dana Berkshire Hathaway saat ini sebesar $681 milyar dolar, sangat susah mengembang dana ini untuk mencapai laba 20% misalnya. Tapi karena Berkshire sudah beroperasi sejak lama, laba kecilnya pun mampu memutar labanya dengan hasil yang lumayan bagi investor lamanya.

Laba Investor Lain yang pernah saya kenal

Saya beruntung mengelola Bolasalju. Dari blog ini saya berkorespondensi dengan beberapa value investor yang sayangnya tak bisa saya sebut untuk menghormati privasi mereka. Mereka cukup rendah hati tidak berkoar tentang hasil investasinya, padahal saya kira hasil mereka bisa sangat menakjubkan. Mereka inilah value investor sejati.

Seorang Bapak, misalnya berinvestasi di LPGI sejak 2003. Empat belas tahun. Dari harganya sejak Rp590 hingga harga terakhir mendekati Rp5000, atau 747,5% selama 14 tahun (16,49% disetahunkan). Hanya dengan strategi hold. Kalau dihitung dividennya, angka perolehannya makin menakjubkan.

Ada lagi seorang Bung muda pengusaha dari Bali yang berkorespondensi dengan saya. Dia kenal dengan Pak LKH. Ia tipe investor sangat terkonsentrasi. Respek dari saya dengan gaya ini. Dia berinvestasi di kakek perusahaan sebuah perusahaan pilihan investasi saya. Saat ini laba investasinya saya kira belum menawan, sekitar 100%-200% untuk 5 tahun. Tapi dengan kekuatan struktur keuangan dan konsistensi laba perusahaan itu, saya yakin hasil investasi si Bung ke depan bisa sangat menawan. Kesabaran Anda pasti membuahkan hasil.

Saya juga mendengar banyak cerita investasi lainnya yang tak bisa saya ceritakan di sini karena terbatasnya data kegiatan investasi mereka.

Jangan peduli besar kecilnya dana Anda. Seorang penjual limun bisa punya margin 50% setiap bulan. Hasil laba itu jauh lebih baik dibanding Anda invest Rp500 ribu di saham tapi laba setahun hanya 20%, apalagi 10%. Namun jualan limun punya keterbatasan pasar, dan hukum angka besar (law of big number) berlaku lagi. Margin Anda akan semakin kecil ketika usaha limun Anda beredar di seluruh kota, apalagi jika pesaing makin banyak. Begitu pula, jika Anda punya Rp1 juta, Rp10 juta, Rp100 juta, sampai Rp500 juta di saham. Pasti hasil Anda akan lebih lumayan dibanding pengelola reksadana yang mengelola Rp25 miliar, Rp100 miliar, apalagi mereka yang mengatur dana Rp1 triliun—dengan segenap aturan ketat untuk investasi fund yang ada.

Saya berharap ada banyak investor Indonesia, besar dan kecil, yang mau berbagi data kinerja hasil investasinya.

Saya tak heran jika ada dari mereka yang menorehkan kinerja konsisten adalah penganut investasi nilai. Sebagai penganut garis keras investasi nilai, kami percaya mereka yang berasal kampung intelektual Graham-dan-Dodd akan selalu makmur. Pasti Bung Will juga setuju ?

Ada yang mau berbagi target laba investasi untuk ditulis di sini wahai para investor nilai di Indonesia? Jika ingin privat dan tak mau disebut namanya, silakan hubungi kami. (Saya menghormati privasi Anda)

Referensi:


Diterbitkan: 8 Nov 2017Diperbarui: 18 Feb 2022