Setelah mengetahui strategi average down, kali ini kita coba membahas pengembangan strategi ini, yaitu strategi safe average down. Kata kunci dalam strategi ini adalah safe, yaitu faktor keselamatan atau keamanan dalam langkah investasi kita. Kaidah keamanan ini penting agar investasi kita mempunyai risiko lebih rendah. Tapi bagaimana keamanan ini bisa dicapai? Padahal kita menghadapi keadaan yang sama, yaitu volatilitas harga saham yang dinamis, kondisi makro ekonomi global yang masih amburadul, ancaman crash bursa yang masih bisa terjadi. Bagaimana kita bisa meminimalkan risiko?

Jawabannya, sama seperti seperti average down, penurunan risiko adalah dengan menurunkan harga rata-rata pembelian saham. Dengan sedikit variasi dalam operasi transaksi saham, ternyata ada peluang bisa menurunkan harga rata-rata, tapi juga tidak menambah volume portfolio. Inilah yang saya sebut safe average down. Berikut penjelasan strategi ini termasuk risiko dan tantangannya.

Latar Belakang Strategi Safe Average Down

Strategi pengembangan ini lahir karena melihat portfolio saham yang makin lama makin menurun, dengan persentase kerugian yang makin parah, sekitar -20% atau lebih. Sebenarnya saya tidak khawatir dengan penurunan itu, dengan catatan saham-saham yang saya pegang adalah saham perusahaan bagus dengan potensi growth, peluang dividen, dan ROE tinggi (rata-rata di atas 20%). Apalagi pada saat membeli tersebut saya yakin membelinya di bawah harga wajarnya, seperti: ARNA, ADMF, PANS, TRST, dan JTPE.

Di awal masa investasi dulu saya pernah mengalami menurunan nilai portfolio lebih besar, di atas -30%, namun dengan melakukan average down rutin, akhirnya saya justru mengakuisisi lebih banyak saham dan ketika pasar berbalik akhirnya untung lebih banyak.

Prinsip lainnya adalah saya juga berniat tidak akan keluar dari pasar saham. Kalau kita keluar di situasi serba tak pasti, tiba-tiba suatu hari pasar kembali ke jalurnya dan mulai membaik, bisa saja kita tertinggal dan hanya bisa meratapi ketidak beruntungan kita.

Apakah ada suatu langkah yang peluangnya terukur, tidak berisiko tertinggal oleh pasar, dan juga mengurangi risiko kita dengan menurunkan harga rata-rata pembelian ketika pasar sedang turun? Seharusnya ada.

Dalam mencari jawabannya, saya menelusuri beberap hal berikut:

  • Strategi Shorting
  • Strategi Cut loss
  • Bisakah memberi variasi sentuhan shorting dan cut loss pada strategi average down?

Mari kita ulas satu per satu.

Fakta Penting tentang Biaya Transaksi

Sebelum beranjak ke berbagai strategi di atas, perlu diungkap fakta bahwa biaya transaksi saham di Indonesia itu termasuk rendah, sangat rendah. Apalagi bagi nasabah online trading seperti saya. Broker saya mematok tarip: 0,2% untuk pembelian dan 0,3% untuk penjualan. Dengan faktor biaya rendah seperti ini, kita tidak perlu takut untuk melakukan transaksi lebih banyak, asal kita tidak rugi, dan mendapat peluang menurunkan harga rata-rata lebih rendah. Kalau Anda membaca buku-buku investasi dari penulis Amerika Serikat, faktor biaya adalah momok bagi investor. Karena tingginya biaya, hal ini merugikan bagi investor yang sering melakukan transaksi. Bagi investor A.S. seringnya transaksi juga memicu dikenakannya pajak penjualan, terutama buat saham yang dipegang kurang dari 1 tahun. Jadi bagi investor Indonesia, biaya tidak menjadi masalah. Tapi faktor biaya tetap perlu dihitung agar kinerja investasi kita terhitung nyata, dan kalau diakumulasi dalam jumlah besar, bisa jadi hasil keuntungan kita hanya habis dipotong oleh biaya saja.

Saya baru menyadari faktor biaya ini sebagai peluang bagus karena selama ini saya termasuk jarang bertransaksi. Selain itu adalah fakta bahwa kita sebagai investor jangka panjang tidak perlu bertransaksi setiap hari. Namun ketika fluktuasi harga saham sangat dinamis, satu dua hari jatuh hingga -8%, tiga hari hingga seminggu kemudian harganya kembali ke titik semula, dan seterusnya, ini adalah sebuah peluang yang bisa kita manfaatkan. Mungkin kadangkala kita perlu bertransaksi.

STRATEGI CUT LOSS

Kita sering mendengar istilah cut-loss (CL). Strategi ini adalah menjual saham pada harga tertentu ketika kita merasa yakin saham akan turun lebih dalam. Strategi ini mempunyai kelemahan, kebanyakan orang tidak bisa masuk lagi ketika harga saham justru berbalik arah dan naik kembali. Fokus cut loss biasanya orang masih ingin kembali lagi ketika harganya tetap turun. Namun ketika saham-saham masih turun terus, kebanyakan orang makin takut untuk masuk (membeli) kembali.

Strategi Shorting

Prinsip strategi shorting adalah bertaruh bahwa saham yang kita pegang akan jatuh. Untung mengantisipasi hal ini kita meminjam saham orang lain untuk dijual, lalu kemudian membeli lagi saham tersebut pada harga yang lebih murah, lalu kita mengembalikan saham tersebut. Terdengar rumit. Bila kita abaikan kata pinjam meminjam, kita bisa mengubah strategi ini sebagai menjual saham kita sendiri, lalu membelinya bila harganya rendah. Terdengar seperti cut loss, tapi ada suatu keadaan atau kondisi bahwa kita HARUS membelinya.

Strategi ini akan berhasil bila saham kita turun. Kalau saham tersebut naik, maka sebenarnya kita merugi karena uang kita untuk mendapatkan saham tersebut justru bertambah.

Menambah Unsur Keamanan

Dari dua strategi yang masih mengandung kelemahan tadi, kita ingin menambah unsur keamanan. Fokus unsur keamanan ini akan bisa dicapai kalau kita memenuhi kondisi-kondisi berikut:

  • Kita adalah investor jangka panjang
  • Kita tidak ingin melepas saham
  • Kita akan memegang saham dalam jangka panjang
  • Kita yakin saham yang kita pegang adalah saham pilihan, kita yakin harga awal ketika kita masuk ke saham adalah di bawah harga wajar, apalagi dengan margin of safety 30% atau lebih
  • Kita mempunyai posisi kas yang cukup untuk melakukan beberapa langkah pembelian, bahkan dalam beberapa kali beli, (maksimal dua kali dalam volume yang sama)
  • Kita menghadapi volatilitas pasar yang sering turun dan naik, berulang dan berpola. Saham yang bagus biasanya harganya konsisten, setelah turun pasti akan kembali lagi.
  • Kalau bisa melakukannya pada saham yang likuid

Dengan mematuhi beberapa aturan di atas, maka kita bisa melakukan average down, dan menambahkan sedikit unsur keamanan. Unsur keamanan ini dicapai dengan cara menjual (keluar) ketika harga saham bergerak di atas harga ketika kita melakukan average down. Tujuannya untuk menjaga rasio besar portfolio saham tersebut. Dengan rasio besar yang sama, maka kita menjaga rasio portfolio kita lebih aman.

Strategi Safe Average Down

Dengan berbagai kondisi di atas, maka kita akan melakukan strategi safe average down. Strategi ini bisa disarikan dalam beberapa hal berikut:

  • Kita harus mencatat setiap transaksi (beli dan jual), berikut harga, volume, dan juga penjualannya. Dengan pencatatan ini kita bisa memantau harga rata-rata pembelian saham kita lebih akurat. Jangan hanya mengandalkan harga rata-rata yang dihitung software. Saya menjumpai pada beberapa kasus perhitungannya tidak akurat, tidak merefleksikan harga nyata rata-rata pembelian saham kita. Hal ini terjadi bila kita pernah menjual pada saat rugi, atau menjual sebagian saham dalam posisi untung sedikit. Dengan menghitung sendiri maka kita akan bisa mendapatkan nilai rata-rata lebih akurat.
  • Kita akan masuk (menambah saham) pada penurunan yang drastis, di atas -5% dalam sehari. Pada dasarnya seperti average down, namun dengan kondisi penurunan besar. Bila penurunan tidak parah, misal turun -3%, ada peluang harga akan kembali lagi ke posisi semula, jadi kita tidak perlu melakukan apa-apa. Bila akumulasi penurunan dalam beberapa hari cukup tajam, misal dalam lima hari turun -7%, bisa juga langkah ini kita lakukan.
  • Ketika harga saham bergerak naik melampai harga ketika kita masuk average down tadi, maka kita wajib menjualnya sebesar volume ketika kita masuk. Hal ini bertujuan menjaga besar portfolio agar selalu terjaga. Dengan melakukan ini harga rata-rata pembelian kita telah turun tapi volume kita pun masih tetap terjaga.
  • Bila harga bergerak lebih turun lagi dalam persentase yang lebih besar, kita lakukan lagi dalam volume terjaga dan mengulang prosedur di atas.
  • Kita ulang terus menerus strategi ini bila volatilitas harga bergerak turun kemudian naik. Kita lakukan terus sambil menjaga volume portfolio seperti yang kita rencanakan.
  • Strategi safe average down bertujuan bukan untuk menghilangkan kerugian atas penurunan harga saham, tapi mengurangi persentase kerugian. Setelah melakukan safe average down, harga rata-rata saham seyogyanya masih lebih mahal dibanding harga saham aktual. Artinya posisi kita masih akan rugi. Harapannya setelah harga saham kembali naik, kita mendapatkan peluang keuntungan yang lebih banyak.

Dari beberapa langkah di atas, sebenarnya strategi ini mirip average down. Namun ada langkah penjualan ketika harga saham bergerak melampai harga masuk kita (harga dalam average down, bukan harga awal masuk). Dengan menjualnya, saya percaya kita menambah unsur keamanan karena kita tidak mengakumulasi saham terlalu banyak.

Bisa diperhatikan sebenarnya strategi ini mirip shorting. Pada shorting, penjualan saham terjadi lebih dahulu. Pada strategi safe average down, penjualan saham hanya dilakukan bila harga saham bergerak naik, lebih besar dari harga masuk pada saat average down. Jadi strategi ini menekankan unsur tidak keluar dari saham. Artinya tentu saja akan lebih aman, ketika harga saham bergerak naik, kita tidak ketinggalan posisi saham tersebut dan bisa menikmati keuntungan berlipat.

Bila harga bergerak turun, kita juga bisa abaikan, karena pada dasarnya ini adalah strategi average down. Yang dikhawatirkan adalah bila posisi portfolio saham terlalu besar, maka kita harus melakukan langkah ketat.

Contoh Simulasi Strategi Safe Average Down

TanggalLotJumlah SahamHARGA PEMBELIANTotal Jumlah SahamTotal Nilai SahamHarga Rata-rata
16 Agustus 2011150011.4005005.700.00011.400
Strategi Beli, Average Down
3 Oktober 201115009.7001.00010.550.00010.550
4 Oktober 201115009.5001.50015.300.00010.200
Strategi Jual, Safe Average Down
6 Oktober 201115009.8001.00010.400.00010.400
11 Oktober 2011150010.0005005.400.00010.800

Terlihat bila setelah langkah keluar pertama saya tidak melakukan penjualan lagi pun, harga rata-rata sudah turun lebih jauh daripada awal harga masuk 11.400 (selisih 1.000). Padahal di harga ini pun saya masih aman karena membelinya pada harga yang saya percaya masih di bawah harga wajar.

Risiko dan Tantangannya

Jangan melakukan average down pada saham yang kalah. Bila kita tidak yakin pada suatu perusahaan atau menilai perusahaan tersebut peluang pertumbuhannya tidak signifikan, biasanya pergerakan sahamnya juga kurang bagus. Bahkan tidak jarang harga sahamnya susah untuk kembali ke harga awal. Hal ini tentu saja merugikan karena operasi kita jadi tidak berhasil. Pada saham bagus, saya bahkan bisa mengambil keuntungan selain menurunkan harga rata-rata.

Yang perlu dijaga adalah jangan terlalu serakah dalam membeli saham yang telah turun. Disiplin dalam menjaga volume pembelian dan tidak tergoda oleh harga yang ditawarkan pasar. Bagi pedagang saham jangka pendek hal ini terkesan tidak masuk akal. Tapi bagi investor jangka panjang, godaan mengambil saham terlalu banyak ketika harganya turun sungguh nyata. Saham yang murah, bagaimana tidak tertarik? Saya sering mengalaminya. Problemnya terjadi ketika saham bergerak lebih turun lagi dan kas telah habis, maka kita cuma bisa tertawa karena tidak bisa menikmati penurunan lebih dahsyat lagi.

Sebelum melakukan safe average down, perlu diyakinkan dulu bahwa pasar bergerak turun dan naik, berulang, dan terlihat polanya. Namun bila ada kas cukup banyak, saya rasa tidak perlu khawatir melakukan strategi ini dalam konsisi pasar bagaimana pun asalkan kondisi syarat di atas terpenuhi. Naik kita pas. Turun kita tidak rugi, peluang lebih banyak. Tak ada ketakutan bagi investor jangka panjang.


Diterbitkan: 11 Oct 2011Diperbarui: 18 Feb 2022