Kali ini kita akan membahas tentang suatu metode investasi yang dikenal mudah, sederhana, gampang dilaksanakan oleh siapa saja, dan juga aman. Sepertinya terdengar bagus ya? Tapi selain apa yang ditawarkan tadi, apakah metode investasi ini juga menguntungkan?

Metode ini diberi nama Dollar Cost Averaging (selanjutnya kita sebut DCA). Di Wikipedia, istilah ini artinya sebagai berikut:

Dollar cost averaging (DCA) is an investment strategy, that may be used with any currency. It takes the form of investing equal monetary amounts regularly and periodically over specific time periods (such as $100 monthly) in a particular investment or portfolio. By doing so, more shares are purchased when prices are low and fewer shares are purchased when prices are high.
Artinya kurang lebih demikian, “Dollar cost Averaging (DCA) adalah sebuah strategi investasi, bisa digunakan dalam basis mata uang apa pun. Metode ini adalah suatu bentuk investasi dalam sejumlah uang yang sama secara reguler dan dalam periode spesifik (misal sejumlah 1 juta setiap bulan) dalam suatu saham tertentu atau suatu susunan portfolio. Dengan melakukan metode ini, lebih banyak saham akan dibeli ketika harga saham turun dan lebih sedikit saham akan dibeli ketika harga tinggi.

Ikuti artikel selengkapnya untuk mengetahui metode investasi ini secara lebih detail, juga membaca hasil pengukuran metode DCA dengan statistik harga saham salah satu emiten terbaik di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Ben Graham menyarankan metode investasi ini untuk investor pintar yang ingin berinvestasi secara pasif (tanpa susah payah riset, memantau, dan mengontrol investasinya). Di buku The Intelligent Investor edisi bahasa Indonesia (Serambi, cetakan 2008) pada halam 157-158, ia menulis “selama kenaikan pasar sejak 1949, hasil dari prosedur tersebut sangat memuaskan, terutama karena hasil tersebut bisa mencegah praktisinya dari tindakan konsentrasi investasi pada waktu yang kurang tepat.”

Metode ini tentu sangat cocok buat orang yang masuk kategori investor defensif, investor yang selalu ingin mengamankan nilai investasinya, tanpa perlu berusaha lebih banyak. Terdengar mudah bukan? Jadi metodenya mirip cicilan, namun dananya kita gunakan untuk membeli sebuah jenis saham bagus (atau beberapa jenis saham) pada harga pasar dalam periode yang sama (misal tanggal 1 setiap bulan), selama katakanlah 10 tahun. Dengan mengabaikan dividen pun, metode ini terbukti lebih menguntungkan daripada metode spekulatif.

Dalam studi komprehensif Lucile Thomlinson menyajikan kalkulasi dari hasil DCA selama 1929 hingga 1952 pada beberapa saham di bursa Amerika Serikat. Thomlinson melaporkan ada keuntungan rata-rata 21,5%. Bisa mengalahkan inflasi bukan?

Disamping kemudahannya, metode DCA harus diikuti syarat bahwa perusahaannya adalah sebuah perusahaan besar yang bagus yang sahamnya likuid (kategori LQ45). Kenapa besar dan likuid? Karena kita akan melakukan metode investasi dalam jangka panjang, maka perusahaan tersebut harus terjamin, sudah teruji beroperasi lama, dan selalu menguntungkan. Saham perusahaan tersebut harus likuid agar kita mudah melakukan transaksi DCA kita pada setiap waktu yang kita inginkan.

Baiklah daripada penasaran mari kita menguji metode DCA di bursa kita. Kita pilih sebuah saham LQ45 secara acak (maksud acak adalah saya tidak ingat statistik investasinya ketika tulisan ini dibuat). Kali kita akan menguji DCA dalam saham Indofood, Tbk (INDF). Metode pengujian saya adalah berikut:

  1. Data mentah adalah harga INDF dari situs Reuters.

  2. Pengujian selama 10 tahun, dimulai pada bulan Januari 2001 dan berakhir Desember 2010. Dengan asumsi ini, pengujian sudah melewati masa-masa krisis, buble, dan juga pertumbuhan saham dalam beberapa tahun terakhir.

  3. Harga bulananan (harga close) tiap tanggal 1 dimasukkan ke dalam spreadsheet.

  4. Kita simulasikan akan membeli saham INDF tiap bulan dalam nominal 1 juta rupiah. Sepuluh tahun lalu nilai 1 juta tentu jauh lebih berharga dibanding saat ini. Tapi karena ini adalah pengujian, kita abaikan saja hal ini.

Berikut adalah grafik bulanan saham INDF selama 10 tahun dari Januari 2001 hingga Desember 2010.

[caption id=“attachment_7381” align=“alignnone” width=“870”] Harga Saham INDF Jan 2001-Des 2010[/caption]

Dan inilah hasil pengujian tersebut:

[caption id=“attachment_7382” align=“alignnone” width=“760”]Simulasi DCA Dengan Saham INDF dari 2001-2010 Simulasi DCA Dengan Saham INDF dari 2001-2010[/caption]

Dokumen sumber perhitungan metode DCA saham Indofood selama 10 tahun dari 2001-2010: PDF (33Kb), XLS (29 KB)

Terbukti dengan menanam 1 juta rupiah secara rutin tiap tanggal 1 setiap bulan pada harga penutupan saham selama 10 tahun kita bisa membukukan total keuntungan 353,77% atau 35,38% per bulan. Hasil pengukuran ini di bursa Indonesia membuktikan performanya bahkan lebih tinggi daripada penelitian Thomlinson tadi. Hebat bukan? Kapan-kapan kalau ada waktu saya akan coba metode DCA ini dengan beberapa saham lain agar kita tahu benchmark secara umum terhadap saham-saham di BEI.

Kunci dari metode investasi DCA adalah disiplin. Metode ini diakui cukup baik karena mampu menghindarkan pelakunya dari kecemasan atau keserakahan (emosi umum) yang dipengaruhi fluktuasi harga harga saham di pasar. Bila harga saham turun ia tidak panik, tapi tetap membeli dengan jumlah nilai yang sama, maka ia dapat unit saham yang lebih banyak. Bila harga naik ia pun tidak khawatir, meski mendapat nilai yang lebih sedikit dibanding pembelian sebelumnya, tapi secara jangka panjang semuanya akan bermakna pengamanan risiko. DCA bisa mengurangi keserakahan dan kesalahan asumsi pelakunya.

Bagi investor yang ingin berinvestasi dengan usaha minimal, membutuhkan waktu tidak terlalu banyak, metode DCA ini patut dicoba karena terbukti gampang dilaksanakan, aman, dan terbukti menguntungkan. Metode ini tentu saja bisa dilakukan dengan saham apa pun, asal masuk kriteria-kriteria di atas tadi. Kita juga bisa menggabung dua atau lebih saham bagus, jadi tidak melulu harus satu jenis saham saja. Tentu saja metode ini pun harus disesuaikan dengan aturan di BEI, misal pembelian saham hanya boleh 1 lot (500 saham). Anda mau mencoba menghitung saham LQ45 lain? Silakan. Ataukah jangan-jangan ada yang sudah praktek dan mencatatkan keuntungannya?

Selamat berinvestasi!

Sumber: Wikipedia, The Intelligent Investor (edisi Indonesia, Serambi, 2008), data INDF dari Reuters.


Diterbitkan: 31 May 2011Diperbarui: 9 Feb 2022