Menjadi investor, sepertinya keren, ya? Apalagi sekarang, seseorang bisa menjadi investor hanya dengan modal deposit awal Rp100 ribu (dengan syarat-syarat yang ditentukan pialang). Nah, apakah benar kegiatan jual beli saham yang dilakukan sudah menjadikanmu menjadi seorang investor sungguhan? Yaitu mereka yang mengalokasikan kapital untuk menjaga keamanan dana dan mengambil potensi keuntungan. Kalau memang iya, kamu macam investor yang mana? Di artikel ini kita akan kenal banyak sekali macam investor.

Sejak awal blog ini terbit, misi kami sudah jelas, yaitu mengajak pembaca untuk menjadi investor dan bukan spekulan saham. Apa arti investor? Untuk menjawabnya ada rujukan jelas dari buku Intelligent Investor Bab 1 di paragraf kedua, mengenai tindakan investasi, adalah: “Tindakan yang melalui analisis menyeluruh, menjanjikan keamanan dana pokok dan memberikan keuntungan memadai. Tindakan yang tidak memenuhi persyaratan ini berarti tindakan spekulatif.” Orang yang dalam operasinya merujuk pada kegiatan investasi berarti investor. Sedang mereka yang tidak melakukan analisis menyeluruh, tidak menjanjikan keamanan dana pokok, dan tidak menjanjikan keuntungan memadai berarti disebut sebagai spekulan saham.

Bila merujuk definisi di atas, sesungguhnya jenis investor itu beragam sekali ya? Kenyataannya memang demikian. Bila pada beberapa bagian saya cenderung menjadi sangat progresif, mohon dimaafkan, kadangkala khilaf dan terlalu semangat. Saya baru kembali membaca Intelligent Investor dan disadarkan lagi oleh Graham bahwa investor itu sesungguhnya banyak. Bahkan golongan yang menyebut dirinya trader bisa pula jatuh ke golongan investor, asal mereka melakukan operasi perdagangan saham dengan merujuk parameter keamanan dana dan menjanjikan keuntungan lebih. Tapi sudah jelas, kegiatan meramal saham melalui grafik, sejarah harga, dan juga volume transaksi bukan investor.

Macam-Macam Investasi Berdasarkan Metode Pemilihan Saham

1. Investasi Nilai (Value Investing), mereka dikenal mencari sekuritas yang mempunyai nilai intrinsik yang lebih tinggi daripada nilai kapitalisasinya, makanya fokus namanya adalah mereka value atau nilai. Parameter yang biasanya menjadi cari adalah harga dibanding nilai buku yang rendah. Semakin rendah semakin baik. Parameter kedua yang dilihat biasanya adalah neraca, value investor selalu mencari neraca perusahaan yang kuat.

2. Investasi Pertumbuhan (Growth Investing) lebih fokus pada pertumbuhan perusahaan. Investor jenis ini sangat peduli pada fokus inti perusahaan, rencana manajemen, pertumbuhan jangka menengah dan panjang perusahaan, serta perilaku manajemen. Potensi pertumbuhan makin tinggi adalah lebih menarik. Parameter lain yang biasanya mereka lihat ada ceruk pasar yang menjanjikan dari perusahaan, maka produk, jasa, dan citra yang lebih superior adalah hal sangat menarik.

3. Investasi Pendapatan (Income Investing) dikenal memilih saham perusahaan yang loyal membagi dividen, sehingga mereka bisa aman mendapatkan penghasilan rutin, dari penghasilan rutin inilah nama julukan jenis investor ini berasal. Mungkin ini adalah jenis strategi pemilihan saham yang sangat jelas dan gamblang. Semakin tinggi yield dividen semakin baik bagi mereka. Yield dividen artinya persentasi nilai dividen dibanding harga saham dalam bentuk persentase. Karena dividen biasanya dibagikan merujuk pada penghasilan perusahaan dalam setahun, investor bisa juga menganggap yield dividen seperti persentase bunga pada deposito. Rata-rata saham perusahaan besar mempunyai yield antara 0,5%-1%. Perusahaan menengah dan tumbuh biasanya membagi dividen di atas angka tersebut.


Itulah tiga jenis kegiatan investasi berdasarkan cara pemilihan saham. Ada jenis strategi investasi lainnya tapi saya tidak menganggap mereka unik sehingga tidak dimasukkan dalam kategori ini, misalnya GARP investing yang menggabungkan value dan growth investing. Jenis strategi lainnya seperti analisa fundamental tidak saya masukkan karena ini juga sudah cukup jelas, kenyataannya hampir semua investor memanfaatkan analisa menyeluruh yang disebut sebagai analisa fundamental. Analisa teknikal jelas bukan kegiatan yang bisa saya anggap sebagai investasi.

Macam-macam Investasi berdasarkan Operasi Investasinya

Pada kenyataannya investor beroperasi menggunakan gabungan dari berbagai strategi di atas. Yang biasanya membedakan mereka adalah gaya operasi mereka. Berikut kategorisasi yang bisa saya kumpulkan:

1. Investasi Keping Biru (Blue Chip Investing) adalah investor yang beroperasi hanya di saham-saham blue chips, mereka yang dikenal sebagai perusahaan besar, mapan, mempunyai likuiditas saham yang besar. Karena perusahaan blue chips biasanya mempunyai kapitalisasi besar, jenis investor ini bisa juga masuk golongan big-cap investing. Pilihan perusahaan blue chips biasanya merujuk pada keamanan perusahaan yang cenderung sebagai penguasa pasar dan stabil, sehingga diharap memberi lapisan keamanan.

2. Investasi Kapitalisasi Kecil (Small-Cap Investing), adalah investor yang beroperasi hanya di saham-saham small caps alias nilai kapitalisasi pasarnya rendah. Pilihan kepada saham bernilai kapitalisasi rendah karena alasan perusahaan kecil mempunyai potensi pertumbuhan laba tinggi, meski juga punya potensi risiko kegagalan usaha yang tinggi. Investor dunia terkenal yang fokus di small cap adalah Paul D. Sonkin. Investor Indonesia Lo Kheng Hong dalam wawancara di majalah Investor juga bilang ia lebih suka saham small cap.

3. Investasi Pembalikan Arah (Turn Around Investing) dan juga Investasi Tertekan (Distressed Investing), saya menggabungkan kedua jenis ini karena polanya hampir mirip, turn around investor fokus pada perusahaan-perusahaan yang mempunyai pertumbuhan menurun atau merugi tapi menjanjikan pembalikan arah untuk bangkit (turn-around). Sementara distressed investing mempunyai fokus kepada perusahaan yang jauh lebih parah, biasanya merugi, manajemen terkena skandal, dan macam-macam hal buruk yang membuat peminat sahamnya turun sehingga sahamnya jatuh. Kedua investor ini tentu melihat hal lain seperti neraca dan juga potensi pertumbuhan. Ada kalanya investor jenis ini bila didukung dana besar bisa menguasai perusahaan lalu melakukan operasi manajemen langsung sehingga bisa mempercepat baliknya arah perusahaan. Semakin bagus pembalikan arah perusahaan diharapkan harga sahamnya naik dan investor untung.

4. Investasi Berlawanan (Contrarian Investing) adalah investor yang memilih jalur investasi yang berlawanan dengan arah investasi mainstream. Strateginya adalah dengan melawan arus dan memilih ceruk yang tidak banyak diambil orang, maka peluang keuntungannya bisa jauh lebih besar karena biasanya saham-sahamnya dijual murah.

5. Investasi Jangka Panjang Progresif (Progressive Long Term Investing), mereka adalah jenis investor yang sangat suka membeli saham dan memegangnya sangat lama, selama perusahaan masih potensial. Warren Buffett adalah contoh investor semacam ini. Jenis investor lainnya biasanya tidak terlalu mengindahkan waktu, contoh saja, Graham sendiri tidak ragu menjual sahamnya bila saham tersebut mempunyai keuntungan atau sudah mencapai harga wajarnya. Buffett mempunyai keunikan ini karena sebagian besar sahamnya ia pegang sangat lama meskipun ia juga pernah memperdagangkan sahamnya dalam waktu relatif lebih singkat.

6. Investasi Terdiversifikasi (Diversification Investing) dan Investasi Minim Diversifikasi (Minimum Diversification Investing), ini adalah pembedaan investor berdasarkan jumlah saham dalam kelolaannya. Umumnya investor terdiversifikasi, atau mempunyai beberapa saham dalam jumlah yang cukup dan mungkin dalam beberapa sektor untuk mengurangi faktor risiko. Tapi ada jenis investor yang justru anti dengan perilaku diversifikasi, biasanya mereka ini jenis investor yang sangat yakin dengan analisa sahamnya sehingga mampu membuat keputusan untuk hanya fokus pada satu atau beberapa saham dalam kelolaan.

7. Investasi di Investor (Investing in Investors), berinvestasi di investor lain. Analogi sederhana investor jenis ini adalah berpartisipasi di reksadana yang terbaik. Dalam cara lain bisa pula melalui private funds. Beberapa investor ternama juga berinvestasi di investor lain, ambil contoh Robert H. Heilburn di Ben Graham, juga Charlie Munger di Li Lu.


Itulah berbagai macam investor menurut kategorisasinya. Anda tentu bisa tahu bahwa secara tidak sadar kita bisa masuk ke dalam salah satu kategorisasi di atas. Saya sendiri menyadari mungkin saya menggabungkan berbagai strategi investor di atas, misalnya saya lebih suka saham kapitalisasi kecil, juga agak jangka panjang, dan kadang lebih senang minimum diversification. Dalam pemilihan saham saya menggabungkan antara value, growth dan income, jadi bisa dibilang saya ini golongan GARP investing pula.

Ah sebutan hanya sebutan. Yang penting adalah kegiatan kita dalam beroperasi adalah kegiatan investasi dan bukan spekulasi, artinya semua harus dilandasi dengan analisa menyeluruh dan punya batas keamanan yang memadai. Pada akhirnya semuanya harus berujung pada keuntungan investasi.

Selamat menjadi investor!

Pemutakhiran 31 Agustus: pengubahan urutan dan penambahan Contrarian Investing, serta peng-Indonesiaan beberapa istilah asing.


Diterbitkan: 28 Aug 2012Diperbarui: 9 Feb 2022