Sebuah saham LQ-45 turun -46% dari harga tertingginya selama 2 tahun. Bagaimana caranya biar tidak tegang, panik, atau stres ketika harga saham yang saya beli jatuh?

Membeli saham artinya memiliki secuil bagian perusahaan. Sebagai pemilik, kita berhak atas keuntungan perusahaan, atau dari pertumbuhan sahamnya di masa depan, selama kita memiliki perusahaannya.

Sebuah perusahaan berbeda dengan sahamnya. Perusahaan tumbuh, harga sahamnya bisa turun. Perusahaan merugi, ternyata saham bisa naik. Maka, harga saham tidak relevan. Tidak penting untuk diperhatikan. Namun kita harus tahu harga saham BISA penting karena ia memberi kesempatan bagi investor untuk memiliki perusahaan di harga lebih murah. Atau menjualnya saat pihak lain yang agresif berusaha memiliki perusahaan itu dengan harga lebih mahal. Harga saham—baik naik atau turun—hanya seperti kebisingan pasar.

Ada saham yang turun drastis, bahkan hingga -50% selama beberapa tahun. Sementara itu, perusahaan masih membagi dividen sekitar 2–7% dibanding harga sahamnya, atau 20%-100% dari laba mereka, setiap tahun. Lalu, kenapa harus tegang?

Selama perusahaan bagus, sebatas didukung keuangan yang kuat, sejauh penjualan masih ada pertumbuhan, dan sepanjang manajemen tidak berulah dan masih terjaga integritasnya—kita bisa memiliki perusahaan itu di harga yang rasional yang menjaga batas kesalahan kita dan sekaligus memberi potensi keuntungan di masa depan.

Memang banyak orang tegang karena harga sahamnya jatuh. Misalnya: seseorang yang berniat spekulasi, mereka yang tidak tahu saham apa yang ia beli, pembeli saham yang hanya ikut-ikutan, petaruh yang berharap harga sahamnya akan terus naik, atau orang-orang yang serakah.

Maka, abaikan semua hal yang menyebabkan ketegangan memiliki saham jatuh. Balik situasi. Fokus ke hal yang lebih penting saat berinvestasi. Kamu akan gembira saat saham jatuh.


Kredit foto: Francisco Moreno (Unsplash)


Diterbitkan: 16 Aug 2018Diperbarui: 18 Feb 2022