Masih ada saja yang menganggap bahwa cara mendapatkan keuntungan di saham itu seperti judi. Sekitar 20 tahun lalu saya juga berpikir seperti itu. Jika yang kita lihat orang-orang hanya mirip bertaruh, siapa yang cepat yang menang, lalu ada cerita kerugian bertubi-tubi, apa benar saham itu bukan judi?

Definisi dan Bagaimana Sebuah Kegiatan Disebut Judi

Mengutip Wikipedia, "Perjudian adalah permainan di mana pemain bertaruh untuk memilih satu pilihan di antara beberapa pilihan di mana hanya satu pilihan saja yang benar dan menjadi pemenang. Pemain yang kalah taruhan akan memberikan taruhannya kepada si pemenang. Peraturan dan jumlah taruhan ditentukan sebelum pertandingan dimulai."

Menurut saya ini definisi sederhana judi. Kenyataannya perjudian berkembang pesat, bisa terdiri dari bermacam kegiatan, model, dan variasi pola. Ada yang bersifat pertaruhan satu orang seperti definisi itu, pertaruhan beberapa orang, bahkan hingga puluhan ribu orang, atau bahkan pertaruhan melalui daring (online). Dari kegiatannya ada yang mempertaruhkan tebakan angka di meja, menebak nomor, menebak siapa yang menang, menebak hasil pertandingan, hasil pemilu, dst. Intinya, judi adalah kegiatan menebak sesuatu dengan taruhan. Petaruh dalam perjudian bisa kehilangan uang atau mendapat uang sebesar pertaruhannya itu.

Lalu orang itu bertanya, bukankah saham mirip seperti itu?

Apakah Saham Itu?

Untuk mempelajari saham lebih jauh silakan baca artikel edukasi Mengenal Saham dan juga artikel lain di halaman Mulai Belajar Saham di Bolasalju. Atau silakan lanjutkan membaca pengantar singkat ini.

Seseorang memiliki saham artinya memiliki sebagian modal perusahaan. Artinya orang itu memiliki secuil perusahaan. Dengan memiliki secuil perusahaan, dia seperti sudah punya perusahaan berikut hak dan kewajibannya.

Dari sini saja kegiatan saham sudah beda jauh dengan judi. Ya, kan?

Jika Anda orang Islam dan membutuhkan panduan fikih tentang saham, sudah ada fatwa tentang saham syariah. Kalau Anda tahu hal ini, seharusnya sudah jelas beda kegiatan investasi saham dan judi. Jelas, ya?

Tapi.. Orang-orang Seperti Bertaruh Saja, Mereka Tak Tahu Bagaimana Cara Untung Atau Rugi

Itulah efek negatif dari apa yang saya anggap sebagai edukasi yang salah.

Begitu banyak materi berita dan siaran televisi yang mengibaratkan dunia saham dengan “main saham”—yang harus serba cepat, seperti balapan: kerugian cepat dan keuntungan cepat. Bahkan saya kira tak tahu bagaimana cara untungnya atau bagaimana cara ruginya.

Dari titik inilah yang bisa menyebabkan persepsi salah itu. Akhirnya saham dikira judi.

Jika semua sepakat bahwa saham adalah memiliki perusahaan yang bagus dan menguntungkan baginya, maka kegiatan orang itu akan jauh dari sifat-sifat perjudian seperti di atas.

Apakah Saham Judi?

Untuk mengujinya, apakah dalam saham seseorang kehilangan uang dan lainnya untung?

Seseorang bisa rugi jika menjual sahamnya saat nilainya sedang turun. Seseorang bisa untung jika menjual sahamnya saat nilainya sedang naik.

Ada dua orang sedang investasi di sebuah saham, jika harganya sedang turun maka keduanya bisa rugi. Mungkin hanya berbeda persentasenya. Jika harganya sedang naik, kejadian sebaliknya bisa terjadi, keduanya bisa untung. Tapi yang jelas seseorang tak akan kehilangan uang meskipun menjual rugi sahamnya. Kecuali perusahaannya bangkrut. Dari sini saham sudah sangat berbeda dengan judi.

Dalam model saham, kegiatannya mirip seseorang buka toko untuk berjualan suatu produk. Ia bisa untung. Ia bisa rugi. Seseorang bisa menjual tokonya ke orang lain saat untung dengan meraup selisih kenaikan dari modal dan nilai tokonya yang sudah lebih besar. Toko yang sedang rugi pun bisa dijual ke orang lain yang mengincar asetnya atau bangunan tokonya.

Seharusnya saham dianggap seperti usaha toko itu. Karena kenyataannya demikian.

Anda pernah dengar ada orang membeli toko dengan harga lebih mahal dibanding harga toko lain yang serupa? Begitu pula di saham. Ada orang membeli secuil perusahaan dengan aset Rp100 miliar dengan anggapan nilai perusahaan Rp110 miliar. Sementara itu ada orang lain yang begitu  ingin memiliki usaha itu mau membayar perusahaan itu senilai Rp500 miliar. Begitulah yang terjadi di saham.

Saham adalah membeli usaha. Orang bisa untung. Orang bisa rugi.

Lalu bagaimana dengan orang-orang yang membeli dan menjual saham tanpa tahu latar belakang perusahaannya, bisnisnya, atau nilai perusahaan itu? Mereka itu mirip pembeli perusahaan yang terlalu agresif, mereka bisa membayar terlalu mahal atau membayar tanpa tahu apa yang dibelinya.

Jika orang membeli saham tanpa tahu apa yang dibelinya, lalu usahanya bangkrut, kemudian sahamnya jadi tidak bernilai, hal ini sama dengan orang yang berkongsi mendirikan usaha tanpa tahu seluk beluk usahanya. Kebanyakan orang yang melakukan hal seperti itu bisa rugi.

Mendirikan usaha dengan pengetahuan yang baik saja bisa rugi. Bagaimana jadinya jika mengelola usaha tanpa ilmu? Bisa runyam. Di saham juga demikian, sama saja.

Maka saat membeli atau menjual saham, pikirkan bahwa Anda membeli sebuah usaha. Jika Anda beragama Islam, hal ini sesuai dengan kriteria fikih: kita membeli bagian dari sebuah usaha. Jika Anda hanya berpikir ini lagi hot, populer, kata teman akan naik, maka kegiatan Anda sebenarnya sangat dekat dengan kegiatan perjudian.

Jadi, sangat jelas sekali ya, kegiatan investasi saham sangat jauh dengan judi.


Keterangan Foto: Area baggage claim Bandara McCarran, Las Vegas. Ada mesin jackpot yang mengajak orang-orang mempertaruhkan uangnya. Foto oleh penulis circa 2007.

Diedit oleh YW


Diterbitkan: 19 May 2018Diperbarui: 18 Feb 2022