Tujuannya untuk membandingkan ukuran tertentu dari perusahaan relatif terhadap perusahaan lainnya. Ekspektasinya adalah perusahaan yang mempunya rasio relatif paling baik, itulah yang unggul dalam ukuran tersebut.

Valuasi relatif bukan berarti murah tidaknya perusahaan, tapi bisa dimanfaatkan untuk melihat hal itu saat digabungkan dengan rasio-rasio lainnya.

Analogi sederhana valuasi relatif adalah membandingkan suhu. Semua orang akan paham dan tahu indikator titik beku air adalah 0°C. Sementara itu suhu 18°C bukan titik beku, tapi masih sejuk, dan suhu 38°C itu panas ekstrem.

Beberapa Valuasi Relatif

  • PER atau P/E Ratio:
    • harga ÷ laba per saham
    • atau, market cap ÷ total laba (lainnya mirip)
  • PBV atau P/B Ratio:
    • harga ÷ ekuitas (nilai buku) pemilik induk per saham
  • Price to Sales Ratio:
    • harga ÷ penjualan per saham
  • Price to Cash Flow Ratio:
    • harga ÷ arus kas (operasional/FCF) per saham
  • PEG (definisinya akan kita bahas lain waktu)
  • Dan, lainnya

Aplikasi dan Rambu-rambu Valuasi Relatif

Rambu-rambu untuk memakai valuasi relatif: usaha di industri yang sama, beroperasi di segmen yang mirip atau mendekati sama. Maka keduanya layak dibandingkan memakai valuasi relatif, seperti: PER, PBV, PCFR, atau lainnya.

Kelemahan valuasi relatif: jika ada karakter yang berbeda, misal perusahaan A punya pertumbuhan penjualan lebih tinggi dibanding B, maka perbandingan PER atau PBV tidak layak.

Atau, jika ada profil negasi yang layak, justru menunjukkan sangat layak. Misal: A pertumbuhan jangka panjangnya 15% dengan PER 10, B pertumbuhannya 7% dengan PER 10. Maka jelas A terlihat sangat murah, secara PER.

Teka-Teki Valuasi Relatif

Teka Teki Valuasi

Apa pendapatmu, dan kira-kira kamu pilih yang mana? Apa alasannya?


Diterbitkan: 21 Jul 2022Diperbarui: 6 Jun 2024