Ini adalah lanjutan dari artikel Uang Elektronik (3): Kondisi di Luar Negeri, Model Uang, Bersatunya Standar atau Ego Sendiri? Di akhir seri ini, kami akan bahas tantangan industri ini, potensi di Indonesia, peluang bagi investor saham, dan kesimpulan. Artikel terproteksi hanya untuk Member Bolasalju.

Tantangan dan Hambatan Keamanan Industri Uang Elektronik

Beberapa tantangan industri uang elektronik selain dari akuisisi, adopsi, dan penetrasi, saya kira kita juga harus pertimbangan dari aspek keamanan. Ada beberapa potensi keamanan yang mungkin terjadi:Untuk mengurangi risiko keamanan di atas, seyogyanya skema model transaksi uang elektronik terpisah dengan rekening bank. Jaringannya harus terpisah. Datanya terpisah dan terisolir. Dengan cara ini, data dan dana nasabah di bank tidak akan terganggu. Kedua, transaksi uang elektronik harus anonim sehingga menghindari pencurian data. Jika ada potensi kehilangan kartu atau identitas, nasabah juga harus mudah mengganti identitas atau kartu yang terhubung dengan dana mereka.

Untuk masalah adopsi dan penetrasi, seyogyanya industri lebih pro ke aturan-aturan yang tidak menghambat. Salah satunya biaya uang elektronik yang baru diteken oleh BI ini. Saya juga heran kenapa BI yang malah aktif, bukan industri perbankan? Mengingat petinggi BI adalah mantan orang perbankan BUMN, saya kira kaitannya juga tidak bisa dipungkiri. Saya duga bank BUMN ikut berupaya menekan pemerintah agar bisa mendapat tambahan keuangan dari potensi uang elektronik ke depan.

Potensi Bisnis Uang Elektronik di Indonesia

Potensi perputaran uang elektronik saya kira tidak bisa dibandingkan dengan transaksi perbankan. Uang elektronik harus disanding dengan transaksi keuangan sehari-hari. Dengan anggapan ini, jika perputaran uang di Jakarta sehari saja Rp2.000 triliun, katakanlah 30% saja melalui uang elektronik, maka potensi transaksi uang elektronik dalam sehari adalah sekitar Rp60 triliun. Potensi transaksi uang elektronik dalam setahun sekitar Rp21.000 triliun.

Dari angka sebesar itu, jika dana mengapung terjadi sekitar 30%, maka potensi dana mengapung sekitar Rp6.300 triliun. Berapa spread yang bisa dimanfaatkan bank?

Dengan besar dana sebesar itu, jika industri bisa mengutip biaya sebesar 0,0075% dari setiap rupiah yang berputar, sebagaimana perbandingan Rp1.500 dari Rp200.000, maka potensi pendapatan dari biaya saja sekitar Rp15,75 triliun. Sekali lagi, apa patut mengejar potensi ini? Apakah sebanding potensi ini dibanding potensi perputaran dananya? Bandingkan potensi dana mengapung sebesar Rp6.300 triliun, dengan spread 6% (seperti mengutip petinggi BCA), sudah ada potensi Rp378 triliun. Pilih Rp378 triliun atau Rp15,75 triliun? Industri mungkin ingin mendapatkan semuanya. Tapi kadang tidak semua pilihan layak diambil, atau pasti ada pro-kontranya. Bandingkan dengan hambatan yang ditimbulkan akibat biaya tambahan ini?

Menurut saya, jika industri tidak tanggap, atau justru lebih pro ke kebijakan-kebijakan yang menghambat, saya tak ragu ketika segala aturan tentang uang elektronik lebih terbuka, industri uang elektronik di Indonesia bisa tergagap ketika masuk berbagai pemain aturan uang elektronik global yang bisa bermain secara legal di tanah air.

Potensi Uang Elektronik Bagi Investor Saham?

Investor perlu melihat secara cermat siapa pemain uang elektronik (terutama bank) yang mampu mengeksekusi secara cerdas, cepat, dan taktis untuk mengembangan uang elektronik mereka. Potensi bisnis uang elektronik di atas tentu bisa mengganjal margin pendapatan industri keuangan yang terhambat oleh suku bunga rendah.

Kesimpulan dan Penutup

Menurut BI saat ini ada 25 penerbit uang elektronik yang terdaftar di Indonesia. Selain itu ada beberapa pembuat uang elektronik non bank dengan dana mengambang hingga Rp1 triliun, di antaranya Bukalapak dan Tokopedia. Lauanan uang elektronik keduanya baru dihentikan oleh BI, terkait dengan terbitnya aturan baru BI tersebut. Keduanya mungkin bisa masuk lagi dengan mengikuti aturan yang baru berlaku ini. Sangat dimungkinkan perusahaan rintisan besar seperti mereka, juga GoPay dan lainnya bisa menggandeng mitra asing untuk melisensi teknologi mereka dan meluncurkan platform uang elektronik ala China, misalnya. Alibaba dilaporkan telah berinvestasi di Tokopedia sebesar Rp14 triliun.

Jika yang menjadi fokus adalah uang elektronik model kartu, saya kira potensi perkembangannya tidak terlalu wah. Model uang elektronik seperti ini perlu modal yang intensif untuk alat, padahal alat-alat tersebut juga harus dirawat, diservis, dan diupgrade seiring adanya teknologi baru. Tentu saja model kartu bisa terus terjadi, seperti yang dipakai di jalan tol paling tidak hingga 5 tahun ke depan. Namun seandainya ada adopsi model baru seperti model scan, saya kira juga bakal mudah adopsinya. Misalnya hanya perlu reader bar code jarak jauh yang terhubung dengan mesin untuk langsung memotong saldo pelanggan.

Jika infrastruktur pembayaran berhubungan dengan fasilitas umum, saya kira bank BUMN punya potensi. Namun bank swasta pasti tak mau kalah, dan mereka punya hak yang sama, misalnya untuk bisa dipakai di loket jalan tol. Dengan perimbangan ini, saya kira persaingan masih seimbang dan adil.

Yang perlu dikhawatirkan oleh industri adalah potensi masuknya model skema uang elektronik ala China yang saya kira juga menarik. Seandainya ada salah satu atau beberapa pemain saat ini yang mengajukan model ini, entah dengan melinsensi teknologi (jika dipatenkan), atau membangun sendiri, saya kira perkembangan bakal menarik. Saya sepertinya subyektif ke model ini ya? Tapi mau bagaimana lagi, memang konsepnya menarik, mudah dieksekusi dan dari sisi biaya sepertinya paling murah.

Dengan potensi pasar yang ada dan besar, industri uang elektronik harus segera cepat menyatukan visi, konsep, model, dan segera mengeksekusi model yang paling efisien agar bisa diadopsi oleh pasar secara luas.

Bagi konsumen dan investor, saya kira perkembangannya akan sangat menarik.

*** SELESAI ***

Catatan: Saya akan selalu memutakhirkan artikel ini untuk mengkoreksi ejaan dan data, jika diperlukan. Artikel ini pecahan bagian dari artikel lengkap pada versi terbitan sebelumnya.

Saya mengharapkan kritik, saran, dan pendapat dari pelanggan/member, tentang artikel ini atau bila ada ide topik yang ingin dibahas, silakan kirim pesan lewat email ke info@bolasalju.com atau melalui laman kontak. Terima kasih.


Diterbitkan: 9 Oct 2017Diperbarui: 18 Feb 2022