Inflasi dan suku bunga saling berkaitan, hal ini sering diungkapkan dalam teori ekonomi makro. Inflasi merujuk pada tingkat kenaikan harga barang dan jasa. Sementara suku bunga di Indonesia merujuk pada tingkat suku bunga yang diatur oleh Bank Indonesia, dikenal sebagai BI Rate atau suku bunga BI. Kita akan mempelajari hubungan ini serta melihat data suku bunga dan inflasi 10 tahun terakhir.
[caption id=“attachment_9010” align=“alignnone” width=“1015”] Inflasi Tahunan dan Suku Bunga Bank Indonesia (BI) Tahunan 10 Tahun Terakhir[/caption]
Ketika suku bunga rendah, pengaruh yang timbul adalah makin banyak orang meminjam uang. Akibatnya konsumsi bertambah karena uang beredar lebih banyak, ekonomi mulai tumbuh, dan efek lanjutannya adalah inflasi naik. Dampak sebaliknya juga berlaku, jika suku bunga tinggi, peminjam uang makin sedikit. Hasilnya lebih banyak orang menahan belanja, mereka memilih menabung. Yang terjadi tingkat konsumsi turun. Inflasi pun turun.
Sebelum Agustus 2016 Bank Indonesia secara rutin menetapkan acuan suku bunga bulanan dan diumumkan ke publik. Setelah 19 Agustus 2016 suku bunga acuan menggunakan data suku bunga repo 7 hari BI (7-Day BI Repo Rate).
Apakah ada hubungannya suku bunga dengan kinerja investasi saham? Teorinya ada. Jika suku bunga naik, semakin banyak orang menyimpan dana di bank, akibatnya dana investasi saham berkurang, dan memaksa kinerja saham turun. Efek sebaliknya juga bisa terjadi, jika suku bunga turun, investor memilih berinvestasi di saham.
Baca juga: Harapan Dari Era Suku Bunga Rendah
Sebagai investor saham, apa yang bisa kita antisipasi dan pelajari?
Ada potensi besar kinerja emiten bakal lebih cerah. Sektor utama yang terpengaruh tentu saja perbankan. Beberapa sektor lain yang kemudian terpengaruh efek suku bunga rendah perbankan adalah: properti, otomotif, manufaktur, dan jasa. Saya kira hampir semua sektor akan menyambut gembira bunga rendah ini. Dengan bunga lebih rendah, emiten bakal lebih gemar mencari modal kerja untuk ekspansi atau investasi.[caption id=“attachment_9623” align=“alignnone” width=“745”] Sejarah penurunan BI Rate, Inflasi, dan kinerja IHSG sepuluh tahun terakhir (2007-2016)[/caption]
Data BI Rate Tahunan dan Periode Sebelumnya dia atas adalah rata-rata dari suku bunga acuan yang diatur oleh BI selama setahun. Inflasi menunjukkan rata-rata inflasi tahunan pada tahun tersebut. Sementara IHSG adalah kinerja IHSG pada tahun tersebut. Dari data di atas, tampak pada beberapa tahun ketika kebijakan penurunan bunga terjadi, berturut-turut kinerja IHSG jauh lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Menurut saya, berdasarkan data yang ada, sangat erat hubungannya penurunan rendah dengan perbaikan kinerja bursa. Kinerja bursa tentu tergantung erat dengan kinerja ekonomi.
Bandingkan data di atas dengan data kinerja IHSG 10 tahun terakhir berikut:
[caption id=“attachment_9009” align=“alignnone” width=“1015”] IHSG 10 Tahun Terakhir[/caption]
Baca juga: Sejarah Kinerja IHSG 10 Tahun Terakhir
Dari data di atas, kesimpulan sekilas yang bisa penulis ambil, persentase kinerja IHSG secara tahunan masih jauh lebih banyak dibanding suku bunga. Namun kinerja IHSG belum bisa jadi tolok ukur hubungan dengan suku bunga dan inflasi. Dugaan saya karena efek perputaran dana di IHSG belum seberapa dibanding uang Indonesia. Salah satu sebabnya jumlah investor masih sedikit, sehingga dana di bursa saham juga terbatas. Jika jumlah investor cukup banyak, saya kira kinerja IHSG akan berhubungan pula dengan suku bunga. Teorinya kan demikian ?
Sumber data: BI dan BPS. BI Rate Tahunan adalah rata-rata suku bunga dalam setahun. Kinerja IHSG adalah dari IDX, dioleh oleh Bolasalju.
Pengutipan harus menyertakan “Riset Suku Bunga dan Inflasi Bolasalju.com 2017”
Diterbitkan: 28 Jul 2017—Diperbarui: 18 Feb 2022