Mungkin ada yang berpikir, kenapa memiliki saham hanya beberapa ratus-ribu lembar sampai pusing mengikuti RUPS segala macam. Yang penting cuan. Saya punya pendapat berbeda.
Sikap Spekulator vs Investor
Ada banyak akademisi dan praktisi yang mendefinisikan kegiatan trading saham adalah murni spekulasi belaka. Yang penting cuan.
Ben Graham, guru Warren Buffett, mendefinisikan kegiatan investasi seperti ini: “Tindakan investasi adalah tindakan yang melalui analisis menyeluruh, menjanjikan keamanan dana pokok dan memberi keuntungan memadai. Tindakan yang tidak memenuhi persyaratan ini berarti tindakan spekulasi.” (Sumber The Intelligent Investor bab 1).
Kalau saat membeli saham kita tidak ada basis ukuran tertentu soal berapa nilainya, apakah dana pokok (modal) kita aman dari risiko hilang karena perusahaan bangkrut, apakah tidak ada jaminan atas potensi keuntungan di masa depan—berarti kegiatan investasi kita adalah spekulasi.
Spekulator lebih jauh lagi hanya memandang saham sebagai kupon lotere. Ia hanya ingin ikut beli dan menikmati irama kenaikan harga. Jika tebakannya salah, ia buru-buru jual agar kerugiannya kecil. Jika tebakannya benar, ia jual dan hanya untung beberapa persen. Lalu ia menunggu tebakan berikutnya.
Kalau saat beli saham sudah menimbang bahwa saham tersebut adalah perusahaan yang sehat keuangannya, ada harapan yang baik untuk untung di masa depan, ada harapan potensi dividen, maka kita bersikap sebagai investor.
Menurut saya, Anda mungkin bisa cuan dengan cara apa pun, tapi pasti juga ada potensi ruginya. Belum lagi pertanyaan seberapa besar dan stabil cuan itu relatif terhadap modal (persentasenya), bagaimana kenyamanan melakukannya, dan apakah bisa melakukannya seterusnya, pasti berbeda.
Saya sepakat dengan definisi Graham tersebut dan memilih cara ini dalam kegiatan investasi.
Melatih Sikap Pemilik
Meski hanya memiliki 0,0000..sekian% dari kepemilikan usaha, kita sudah dianggap memiliki bagian dari perusahaan. Ini secara legal.
Secara de facto, saat perusahaan yang sahamnya kita miliki tersebut membagikan sebagian labanya untuk dividen, ternyata kita bisa dapat juga. Saat usaha tersebut terus tumbuh labanya, nilainya bertambah, lalu harga sahamnya diapresiasi lebih tinggi, ternyata kita bisa untung juga jika memang ingin menjual bagian usaha tersebut.
Berpikir, bersikap, dan hidup menjadi pemilik perusahaan menurut saya adalah sikap penting menjadi investor.
Tapi bagaimana melatih sikap sebagai investor, ya? Rasanya kok saya belum bisa ya. Saya ingin meniru Warren Buffett atau pak Lo Kheng Hong. Tapi rasanya seperti belum mantap.
Saya kira sikap menjadi pemilik itu harus dilatih terus menerus. Pelan-pelan.
Pertama, latihlah sebelum membeli selembar saham perusahaan. Jangan anggap semua saham sebagai lembaran kupon spekulasi. Anggaplah lembaran bagian yang ada nilai dan potensi usahanya ke depan.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan pemilik bagian usaha: pelajari keuangannya, labanya, nilainya vs harganya, sejarah dividennya, manajemennya, kegiatan operasinya, bagaimana mereka mencari uang, bagaimana mereka mengembangkan usaha, bagaimana ketaatan mereka melaporkan laporan keuangan, bagaimana keterbukaan laporan mereka, apakah Anda nyaman menjadi pemilik usaha yang dikendalikan mereka? Dan seterusnya.
Sikap-sikap tersebut seperti definisi kegiatan investasi yang dikatakan Ben Graham di atas. Lama-lama Anda akan belajar bisnis juga seiring menjadi pemilik sahamnya.
Baca: Apa itu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)?
Mengikuti RUPS Sebagai Sikap Pemilik
Salah satu cara bersikap menjadi pemilik adalah dengan mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Meski punya satu (1) lot saham kita bisa ikut RUPS, kok.
Mempelajari RUPS dan segala hak pemegang saham, kita bersikap sebagai pemilik usaha. Meski hanya 0,00000000.. %, rasa memiliki akan berbeda dengan yang hanya spekulasi.
Beberapa waktu lalu kita berbagi tata cara mengikuti RUPS melalui fasilitas eASY.KSEI.
Melalui RUPS itulah kita akan tahu bagaimana modal kita dikelola oleh manajemen. Seberapa besar perkembangan kinerja usaha itu, berapa keuntungannya, bagaimana perusahaan menggaji manajer, apakah bagian laba dibagikan, dan kemudian apa rencana manajemen mengelola perusahaan tahun depan?
Baca: Panduan Mengikuti RUPS di AKSES eASY.KSEI
Sikap Pemilik akan Bermanfaat
Beberapa saat ke depan, saat kamu senang ketika tahu perusahaan yang sahamnya kamu miliki melaporkan laba tumbuh, itulah saat memanen sikap menjadi pemilik usaha.
Dengan memahami bagaimana perusahaan berinteraksi dengan kita: ketepatan/keterlambatan pelaporan keuangan, pengumuman, tingkat pengungkapan (disclosure), kerumitan pelaporan, kesederhanaan laporan keuangan, dan hal-hal lain yang tidak terlihat, kita sebagai investor publik bisa mengevaluasi kualitatif manajemen.
Sikapmu sudah pasti berbeda dengan spekulasi jangka pendek.
Jika memahami perusahaan lebih baik, investor akan lebih nyaman, lebih tenang, lebih serius, lebih punya keyakinan (conviction) berbeda jika memang diperlukan, atau tidak punya keyakinan conviction pada saat yang tepat. Keyakinan itu pun bisa berbentuk bobot atau kekuatan sikap yang berbeda. Anda akan tahu perkataan ini jika telah memahaminya nanti.
Saat peluang dan angkanya lebih besar. Sikap pemiliki ini akan penting dan berbeda. Sikap pemilik akan bermanfaat bagimu.
Photo by UX Indonesia on Unsplash
Diterbitkan: 28 Aug 2021—Diperbarui: 18 Feb 2022