“What goes up must come down.”
—Isaac Newton
Ironi Kutipan Newton
Ironisnya, Newton juga terkena meletusnya gelembung (bubble) saham “South Sea Company”.
Menurut kutipan di The Atlantic, Newton dikenal luas sebagai manusia tercerdas yang pernah hidup. Jika dia dapat begitu salah—mempertaruhkan seperti separuh hartanya secara ceroboh—begitu pula siapa saja. Kutipan tersebut merupakan bagian dari adaptasi dari buku “Money for Nothing” karya Thomas Levenson.
Pada 1720, Sir Isaac Newton memiliki saham South Sea Company, saham yang paling hot di Inggris saat ini. Begitu melihat gejala pasar mulai tidak terkendali, sang fisikawan besar menggerutu bahwa ia “bisa menghitung gerakan benda-benda langit, tetapi ia tidak bisa mengkalkulasi kegilaan orang”. Newton melepas saham South Sea-nya mengantongi 100% keuntungan sebesar £7,000 (tujuh ribu poundsterling). Namun, hanya beberapa bulan kemudian, terbawa arus antusiasme pasar yang luar biasa, Newton terjun kembali ke dalam pasar—membeli saham South Sea lagi—ketika harga sudah jauh lebih tinggi—dan rugi £20,000 (dua puluh ribu poundsterling, atau lebih dari $3 juta dalam uang sekarang). Sampai akhir hidupnya, ia melarang siapa pun untuk menyebut kata “South Sea” di dekatnya.
Kutipan komentar pengantar buku The Intelligent Investor terjemahan Indonesia (Serambi, 2008) halaman 32, oleh Jason Zweig
Ini semacam bukti bahwa semua orang bisa salah di investasinya. Termasuk saya juga 😀
Baca: Kisah Sir Isaac Newton Gagal Berinvestasi
Kesalahan Memprediksi Harga Bitcoin
Nah, dalam kasus aktual yang lagi hangat saat ini, saat ini saya melakukan kesalahan dalam memprediksi harga Bitcoin yang pernah kami ungkap dalam “Bagaimana Melihat Fenomena Bitcoin?”, terbit pada Desember 2017 lalu di Bolasalju.
Bitcoin juga bisa lah turun lagi ke $500-an.
Pasti saya diketawain banyak orang. Saya percaya bisa turun. Entah kapan. Saya gak jago meramal.
—Kutipan di "Bagaimana Melihat Fenomena Bitcoin"?, Desember 2017
Pasca artikel terbit Bitcoin sempat turun hingga di bawah $5.000 dari posisi $14.000-an pada akhir 2019. Dalam hal ini saya benar.
Tapi beberapa tahun kemudian Bitcoin masih naik hingga puncak hari ini di posisi $36.000. Gila! Memang.
Pada akhirnya saya salah juga toh, karena tidak ada batas waktu dalam prediksi tersebut. Ingat, jangan membuat prediksi lagi!
Namun, penting diingat, kenaikan itu bukan berarti asumsi bullish di luar sana terhadap Bitcoin akan selalu benar, bahwa dia dianggap akan selalu naik. Bitcoin juga bisa turun. Manusia selalu menganggap yang terbukti naik saat ini dianggap benar. Asumsi mereka benar. Mayoritas hanya berpikir kinerja jangka pendek. Mungkin banyak yang takut tertinggal dengan kenaikan harga Bitcoin.
Kita sebagai investor konservatif akan selalu bilang bahwa kenaikan sesuatu harus ada dasarnya. Apakah kenaikan Bitcoin ini ada dasarnya?
Baca juga: Mata Uang Kriptografi
Semua Bisa Naik, Semua Dapat Turun
Saya sepakat teknologi blockchain memang menarik. Ada banyak potensi sebagai desentralisasi informasi.
Tapi soal mata uang digitalnya, apakah Bitcoin, Ethereum, DOGE, dll, ini masih gonjang-ganjing semua. Masih banyak hal abu-abu di semua itu. Apakah ini mata uang atau spekulasi belaka?
Apalagi kalau tidak ada dasarnya. Apalagi kalau ada alternatif puluhan mata uang digital lain. Basis apa yang mendukung pertumbuhan ini?
Dulu, banyak orang tidak percaya sektor perumahan Amerika bisa meletus. Sampai Michael Bury nge-short 3 tahun (The Big Short, karya Michael Lewis).
Dan, ini juga berlaku buat apa pun loh ya. You name it lah.
Disclaimer: saya tidak punya dan tidak tertarik beli Bitcoin hingga nanti entah kapan. Kecuali saya harus bayar pake Bitcoin untuk beli Indomie di warung sebelah. Tapi saya tidak meramal hal itu terjadi atau tidak. Prediksi saya parah dan sering gagal.
Diterbitkan: 3 Feb 2021—Diperbarui: 18 Feb 2022