Ini topik yang ramai di beberapa forum daring karena seorang yang mengaku pakar menyebut saham KAEF sebagai goreng. Saham gorengan? Apa sih arti saham gorengan? Siapa penggorengnya? Gimana caranya menggoreng saham? Berapa lama saham digoreng itu? Apakah saham digoreng hingga gosong, atau cukup setengah matang atau hingga rasanya pas dan disajikan?

Ah itu lelucon dalam pikiran saya. Tapi benar, kok. Sebelum masuk berinvestasi saham saya selalu terpikir dengan hal ini, karena topik ini memang sering dibicarakan orang, baik forum resmi atau tidak resmi. Rumor sebuah saham gorengan menjadi menakutkan sehingga membuat banyak orang jengah lalu tidak jadi berinvestasi saham, takut uangnya hangus tergoreng.

Bagaimana Maksud Saham Gorengan?

Bagaimana sih maksudnya saham gorengan? Saham gorengan maksudnya mungkin saham-saham yang mudah digoreng, begitu kiasnya. Mudah digoreng artinya gampang dimasak, dibikin matang dan enak, kriuk, atau bisa pula dibikin gosong hingga membuat pencicip makanan bermuka masam.

Serius? Ah, itu becanda lagi.

Ini definisi seriusnya: konon, ini konon aja ya, konon ada sekelompok orang, grup, atau tim, yang mempunyai rencana jahat untuk mencari keuntungan dari pergerakan harga saham. Mereka ini lalu membuat konsorsium ilegal (tidak perlu didaftarkan di notaris tentu saja) untuk membuat rencana menggerakkan saham pilihan mereka. Kemudian saat penggorengan terjadi, tim tersebut bekerja sama dengan cara melakukan transaksi besar, baik jual atau beli, sehingga mempengaruhi gejolak pasar pada saham-saham tersebut. Hasilnya, kira-kira sahamnya akan naik atau turun dalam waktu cepat. Begitu kira-kira maksud kegiatan goreng-menggoreng ini.

Caranya menggorengnya bagaimana? Saya sendiri tak tak tahu. Saya tak pernah mengenal seseorang yang mengaku sebagai penggoreng saham. Saya tak pernah bekerja sebagai penggoreng saham. Saya pernah menggoreng tempe membantu istri, tapi itu pun jadi gosong.

Mekanisme pasar saham tentu kita semua sudah tahu. Kalau ada penawaran jual dalam jumlah besar di pasar saham maka tentu saja harganya bisa turun. Kalau ada penawaran beli dalam jumlah besar dan semakin meningkat, maka tentu saja harganya bisa naik. Itulah logika pasar. Adalah normal pasar bergerak mengikuti pola-pola tertentu, itulah sebab ada ilmu analisis pergerakan saham, sehingga ada analisis teknikal dan ada analisis volume.

Kalau kita perhatikan jumlah transaksi dalam volume untuk saham tertentu, pada suatu saat ada pola ketika terjadi pembelian sedikit demi sedikit ketika harganya rendah. Ketika kemudian volume pembelian sudah habis, harga akan melonjak, kemudian bisa balik lagi ke harga rendah, dan terjadi pengulangan-pengulangan. Ini terjadi karena ada spekulan yang ingin mencari keuntungan jangka pendek. Itu normal. Timbul pertanyaan, apakah ini yang dimaksud saham gorengan? Mungkin benar. Tapi mungkin juga tidak.

Yang menjadi masalah ketika ada sekumpulan orang (apakah ini termasuk Anda atau saya?) yang mengikuti pergerakan harga saham di waktu yang salah. Ketika naik malah beli. Ketika turun malah jual. Banyak rugilah mereka. Maka banyaklah korban karena perilaku pergerakan harga saham yang liar, karena kecerobohan mereka bertransaksi saham di waktu yang salah, dan mereka mengaku sahamnya digoreng.

Apa Salah Saham Gorengan?

Saham bukan makhluk hidup, yang tidak bisa berbuat jahat atau berbuat baik, mereka tentu tidak punya dosa.

Saham adalah refleksi dari sebuah perusahaan, sebuah bayangan, tapi bayangannya semu. Ketika sebuah perusahaan tumbuh dan menghasilkan pertumbuhan baik, bisa jadi sahamnya tidak tumbuh. Bayangannya pun palsu. Ketika perusahaan merugi, kadangkala sahamnya masih bertengger di puncaknya. Ini juga bayangan palsu. Tapi seperti Graham bilang, dalam jangka panjang, saham akhirnya sebagai pengukur berat. Dalam jangka panjang bayangan perusahaan akan terlihat seperti aslinya.

Pada keadaan yang ideal, seharus harga saham akan efisien, mengikuti perusahaan. Namun yang terjadi sering sebaliknya. Pasar saham sering tidak ideal. Pasar saham sering melupakan siapa pembentuk bayangan. Pasar sering tidak efisien. Dan ada pula spekulan yang ingin mendapatkan keuntungan secara cepat, yang dikatakan kegiatan menggoreng saham tadi.

Bagaimana Bersikap pada Saham Gorengan?

Kalau menurut saya, tidak perlu mengolah sikap khusus pada saham gorengan. Sebagai investor konservatif dan biasa, kita hanya perlu membeli saham ketika harganya masih jauh di bawah harga wajar yang kita percayai. Kalau kemudian saham tersebut digoreng lalu jatuh turun harganya, ya kita beli lagi, kita beruntung menambah di harga yang jauh lebih murah. Kalau kemudian saham tersebut digoreng lalu naik berkali lipat, ya kita beruntung bisa menjual kalau kenaikannya sudah tidak wajar seperti itu.

Saham naik 500% dalam 10 tahun mungkin wajar. Saham naik 500% dalam 2 bulan tentu perlu tindakan, yaitu menjual saham tersebut.

Ada yang khawatir apa tidak wajar sebuah perusahaan turun drastis, jangan-jangan perusahaannya jelek. Jawabannya adalah kita harus kembali lagi melihat siapa pembentuk bayangan, yaitu fundamental perusahaan. Kita perlu paham kenapa harga saham bisa naik dan turun. Naik dan turunnya saham tidak sama dengan baik atau buruknya perusahaan tersebut.

Ada yang bilang sebagai investor pemula sebaiknya menghindari saham gorengan, maka cari saham-saham blue-chip saja. Kalau saran tersebut ditambahkan “saham blue-chip yang masih murah”, saya setuju 100%. Kalau hanya saham blue-chip saja, saya menolak ide demikian. Saham besar juga bisa “digerakkan” oleh gejolak pasar. Saham besar biasanya sudah over-valued, dihargai jauh lebih besar dari harga wajarnya oleh pasar, maka potensi kerugian tentu ada. Justru saya melihat potensi keuntungan saham-saham perusahaan kecil akan banyak karena kenyataannya pasar banyak tidak bisa melihat siapa pembentuk refleksi perusahaan kecil tersebut. Saham kecil sering tidak efisien. Saham perusahaan kecil yang tumbuh adalah tempat investasi yang baik, meski potensi kenaikan/penurunan juga besar.

Maka kuncinya dari awal hingga akhir ini adalah memahami perusahaan. Kalau kita paham perusahaan, prospeknya, manajemennya, kita tak akan khawatir saham tempat kita berinvestasi digoreng, baik naik atau turun. Kita justru memanfaatkannya untuk keuntungan kita.

Perlu diingat, meski saya menyebut kita tidak perlu khawatir terhadap saham gorengan, tapi kenyataannya ada banyak perusahaan yang dikenal sahamnya gampang digoreng memang secara fundamental perusahaannya kurang bagus. Ada pula sebuah saham gorengan tapi ternyata basis keuangannya bagus. Saya tidak menyarankan Anda masuk hanya ke saham gorengan. Masuklah saham yang menurut riset kita masih bagus dan murah. Kita tak akan tahu sebuah saham akan digoreng sebelum kita sendiri menyaksikannya naik drastis dan tidak wajar, atau turun drastis dan mengejutkan.

Selamat menikmati gorengan lain yang bukan saham!


Diterbitkan: 18 Jan 2012Diperbarui: 18 Feb 2022