[caption id=“attachment_10470” align=“alignnone” width=“1569”]Gorengan. Sumber foto: https://flic.kr/p/kPEChc Gorengan. Foto: Azwari Nugraha https://flic.kr/p/kPEChc (CC-BY-SA)[/caption]

Gimana mau untung kalau beli saham gorengan? Gimana bisa naik sahamnya kalau sahamnya diam lama?

Tapi Kalau Beli Saham Gorengan Turun Terus ke Harga Rp50, Mana Mungkin Untung?!

Anda sudah salah sangka. Ingat tiga syarat agar investasi berhasil, khususnya dengan pendekatan nilai di artikel ini. Kami membeli perusahaan. Kami melakukan saringan ketat sebelum membeli. Dengan tiga saringan tadi, kami tak mungkin membeli saham perusahaan yang bobrok keuangannya, kami tak mungkin beli saham perusahaan yang merugi terus, kami tak mungkin beli saham yang kemahalan.

Duh ribet amat ya? Gimana caranya bisa tahu tiga hal tadi? Ya, Anda harus pelajari laporan keuangannya, pelajari bisnis, cari tahu manajemennya.

Saya maunya yang santai tapi untung. Silakan jika mau santai ke reksadana saja. Kami pernah bikin riset reksadana hasilnya kurang memuaskan.

Kalau saham bagus tapi harganya turun terus gak ada yang salah kok. Justru peluang untuk bisa beli di harga lebih murah.


Baca juga: Saham Gorengan


Kami Maunya Masuk Saham, Gak Usah Ribet, Tapi Untung. Bisa Gak Ya?

Please jangan reksadana dong. Saya maunya invest saham, gak ribet, tapi untung. Bisa, aja, coba pakai cara investasi berkala. Tapi keuntungannya terbatas. Namun cukup besar kok.

Gimana ya? Berapa besar? Dari riset kami bisa dapat 8%-10% per tahun. Cukup besar lho, bisa mengalahkan inflasi.

Ada Saham Yang Katanya Fundamental Bagus, Tapi Harga Sahamnya Diam Lama Sekali, Bagaimana Bisa Untung?

Nah, itulah bedanya. Jangan bicara harga sahamnya terus. Ayo kita bicara perusahaannya.

Bayangkan ada sebuah perusahaan. Perusahaan ini keuangannya kuat, utang kecil. Perusahaan ini punya usaha dan pasar yang stabil. Pesaingnya relatif sedikit atau dia punya nama dan produk terbaik. Perusahaan ini manajemennya cukup baik, terbuka, suka membagi dividen, juga sejauh ini tidak macam-macam. Dan yang penting labanya dalam jangka panjang naik terus. Suka nggak punya perusahaan seperti ini?

Suka dong. Berarti suka juga punya sahamnya yang gak gerak?

Gimana mau suka sahamnya gak gerak? Lho, ingat, perusahannya. Jika suka perusahaan tumbuh terus, ngapain juga harga sahamnya diurus.

Kalau saham tidak naik kapan bisa untung? Hmmm… begini, saya coba analogi lain.

Seandainya Anda punya anak rajin belajar, baik pada orang, terus belajar hal baru dan mengembangkan diri serta tidak mudah menyerah. Anda bangga kan punya anak seperti itu?

Ya, pasti bangga dong. Anak sendiri seperti itu. Nah. Bayangkan anak Anda nilainya lagi buruk. Mungkin sial karena pilih jawaban ujian yang kurang pas. Mungkin dia dimusuhi gurunya. Gimana perasaanmu?


Baca juga: Perusahaan yang Bagus


Ya tetap bangga lah. Anak sendiri. Apalagi dia baik. Saya mah yakin anak kayak gitu nanti besar juga bisa sukses.

Nah, tepat. Perusahaan juga seperti itu. Mirip anak sendiri. Bedanya kita bisa lepas saham perusahaan kalau manajemennya mulai gak bener, usahanya mulai kurang untung, atau keuangannya mulai merah. Kalau anak kan diajarin supaya baik lagi. Kalau perusahaan, ya kalau kita mampu memperbaiki manajemen sih boleh aja. Kalau hanya pemegang saham kecil, lebih baik dijual jika keadaan mulai jelek.

Sebaliknya, jika perjalanan perusahaan berjalan dengan baik. Ngapain juga diribetin harga sahamnya.

Pasti sukses nanti. Pasti.


Diterbitkan: 7 Dec 2017Diperbarui: 18 Feb 2022