Halo, pembaca. Apakah portofolio investasi Anda turun? Sama juga. Saya buat artikel ini untuk Anda.

Situasi ekonomi dan pasar saham sedang kurang bagus. Hal ini diperparah dengan banyak analisa beraroma pesimisme. Sementara itu ancaman pelemahan Rupiah masih bisa terjadi karena The Fed konon masih akan menaikkan suku bunga mereka lagi. Suku bunga BI ikut naik. Perang dagang antara China, Amerika, dan Uni-Eropa juga masih sengit. Indonesia juga punya perang dagang sendiri dengan Uni-Eropa dalam isu sawit. Sementara itu kinerja portofolio sedang turun. Apa yang harus dilakukan saat pasar seperti ini?

Performa Bulanan Investasi Bolasalju

Sebelum memulai pemaparan ini, saya bagi kinerja Investasi Bolasalju. Hasilnya seperti ini.

[caption id=“attachment_13269” align=“alignnone” width=“1328”]Performa Bulanan Investasi Bolasalju Setahun Terakhir (Per Juni 2018) Performa Bulanan Investasi Bolasalju Setahun Terakhir (Per Juni 2018)[/caption]

Sementara itu Ide Bolasalju juga mencatat kinerja yang tidak jauh berbeda seperti ini:

[caption id=“attachment_13196” align=“alignnone” width=“902”]Kinerja Ide Investasi Bolasalju Juni 2018 Kinerja Ide Investasi Bolasalju termasuk dividen Juni 2018[/caption]

Untuk Ide silakan baca detailnya di sini.

Tidak banyak analis yang memantau kinerja investasi dan ide mereka. Saya tak takut salah atau rugi. Apalagi jika penurunan belum terealisasi atau rugi di atas layar. Saya akan senang jika pembaca tahu Ide Bolasalju tepat dan bermanfaat bagi pelanggan. Sesederhana itu.

Yang Dilakukan Orang Lain

Dalam situasi seperti ini, banyak saran beredar di media. Saran paling gampang tentu saja hindari pasar saat turun. Ada lagi yang bilang, keluar sekarang. Enak saja memberi saran orang lain menjual investasi dalam posisi minus. Padahal mereka tak tahu alasan ekonomi dan bisnis di balik saham-saham koleksi investor.

Ada lagi orang lain yang berusaha membuat kalkulasi dan prediksi tentang arah pasar ke depan. Setiap orang ingin terlihat pintar saat ia tahu bisa menebak pembalikan pasar. Satu dua prediksi salah toh tak ada yang tahu. Besok bisa dibuat prediksi lagi. Jika tepat, maka prediksi itu bisa diangkat.

Kemudian ada pula yang lebih canggih dengan berusaha membaca arah ekonomi global, ke mana suku bunga bertiup, bagaimana kekuatan mata uang asing terhadap Rupiah, laju harga minyak, dan seterusnya.

Apa yang Saya Lakukan?

Bagi investor, baik pemula dan lama sekali pun, situasi semacam ini sering kali menimbulkan kekhawatiran.

Sebagai penganut investasi nilai (value investing), kita tidak perlu khawatir. Kegiatan dan pikiran investor nilai pasti sama. Kinerja Bolasalju bisa dilihat di atas. Sama saja dengan kinerja orang lain. Jika pasar turun, ya pasti ikut turun.

Dalam kegiatan riset, yang terjadi sebaliknya, saya kewalahan melihat begitu banyak peluang muncul. Saat ini, paling tidak, ada lima perusahaan yang paling menarik peluangnya untuk diriset dan diangkat menjadi ide. Empat dari mereka perusahaan cukup ternama. Tapi saya belum mampu menyelesaikan riset dan mengolah data untuk membuat keputusan yang mantap. Saya tak mau mengangkat ide hanya berbekal valuasi dan formula saja. Keputusan investasi yang meyakinkan tidak bisa diproduksi dari kalkulasi matematis atau formula saja.

Itulah dilema menjadi investor. Ada penurunan, malah kewalahan saham mana dulu yang harus dikoleksi. Saat pasar nanti naik lagi, malah bengong, wah sudah naik.

Bagaimana Kalau Anda Masih Khawatir? Portofolio sudah turun -15%, sudah -50%, dst!

Saat Anda membeli sebuah saham, Anda pasti punya alasannya. Keputusan investasi datang dari kombinasi akan perusahaan bagus yang disimpulkan dari beberapa faktor penting seperti: kinerja, kekuatan keuangan, integritas manajemen, dan paling akhir adalah nilanya yang murah.

Saat pasar saham turun, saat portofolio Anda merah, Anda harus bertanya lagi kepada diri sendiri, apa alasan beli saham-saham itu? Apakah semua poin tadi masih terpenuhi?

Jika kinerja masih oke, ya sudah. Jika kinerja tidak terpenuhi, apa sebabnya? Jika sebabnya adalah siklus ekonomi, misal biaya impor, apakah setelah Rupiah menguat nanti kinerja bakal kembali? Silakan pelajari.

Jika faktor kekuatan keuangan perusahaan, apakah dengan kondisi ekonomi terbaru struktur neraca keuangan perusahaan masih kuat? Jika tidak, apa penyebabnya?

Kemudian integritas, silakan dicek lagi, apakah manajemen melakukan kesalahan fatal? Jika tidak ada, syukurlah.

Dan terakhir masalah harga, cek lagi kisaran nilai wajar, harga wajar, atau harga arus kas yang pantas untuk perusahaan itu. Jika semua masih oke, ya sudah.

Jika semua kondisi fundamental oke, lalu harga turun, buat keputusan beli jika Anda punya kas, karena saat ini adalah potensi terbaik untuk meningkatkan keuntungan di masa depan.

Bagaimana Biar Tidak Khawatir?

Ingat alasan pembelian saham di atas. Jika seseorang membuat keputusan investasi mandiri dan dia tahu semua alasan yang mendukung keputusan itu masih valid, lalu kenapa harus khawatir?

Saya punya investasi saham yang sudah turun -50% namun tetap saya kempit sahamnya. Padahal di harga saat ini saya sudah untung 60% di atas harga rata-rata pembelian 7 tahun lalu. Enak kan investasi tahan dan simpan dalam waktu lama? Tak usah pusing.

Berbeda jika alasan-alasan yang menjadi basis keputusan investasi sudah tidak benar atau valid. Maka selayaknya Anda mengkoreksi keputusan investasi—atau menjual sahamnya.

Baca juga: Kapan Saat Menjual Saham?

Bagaimana jika alasan fundamentalnya ada yang berubah buruk? Ya, memang tidak enak jual rugi. Tapi apa Anda yakin ingin mempertaruhkan masa depan investasi sementara ada faktor-faktor yang membuat pikiran dan nalar Anda merasa bersalah setiap saat? Jika Anda mengabaikan nalar, maka itulah yang membuat Anda khawatir. Setiap investor pasti pernah jual rugi, termasuk saya.

Investor yang baik harus bisa mengakui jika analisanya salah. Saya juga pernah salah. Anda juga bisa salah. Warren Buffett juga pernah salah, kok. Pembelian perusahaan tekstil Berkshire Hathaway termasuk kesalahan terbesarnya.

Bagaimana Dengan Prediksi Ekonomi yang Masih Buruk?

Pertanyaan paling penting bagi investor atau pemikir rasional adalah berapa persentase ketepatan akurasi prediksi? Apalagi pemberitaan prediksi mereka di koran begitu meyakinkan.

Anda bisa banyak buku tentang prediksi, seperti karya Nassem Nicholas Taleb atau Daniel Kahneman. Mereka bilang tak ada yang bisa membuat prediksi secara tepat. Value investor besar juga berkata seperti itu.

Prediksi biasanya dibuat berdasarkan asumsi, variabel, dan parameter. Pembuat prediksi bisa membuat asumsi ke mana pun arah pikiran mereka inginkan. Tapi manusia tak bisa mengontrol variabel dan parameter. Dengan skala kekeliruan 1% saja di parameter inflasi, atau 1% di tingkat variabel input ekonomi, prediksi pertumbuhan suatu negara bisa salah telak. Jika kinerja negara saja tak bisa diprediksi, bagaimana Anda bisa meramal arah perusahaan?

Bila situasinya tak ada yang bisa membuat prediksi yang tepat. Solusinya adalah lupakan prediksi. Sederhana.

Lebih baik manfaatkan waktu untuk membuat analisa dengan akurasi mendekati tepat. Analisa yang tepat tidak akan membuat kita khawatir dengan prediksi apa pun di luar sana. Analisa yang baik akan mengurangi rasio kesalahan investasi (margin of error) dan bermanfaat ke hasil investasi di masa depan.


Diedit oleh YW


Diterbitkan: 5 Jul 2018Diperbarui: 18 Feb 2022