Di mana pun Anda berada, ada banyak perusahaan di sekitar kita. Misalnya saat saya mencoba naik Moda Raya Transportasi (MRT) pertama kali di Jakarta. Saya melihat ada perusahaan konstruksi, perbankan, retail, transportasi, dan banyak lainnya.

Ikuti Podcast Bolasalju di Spotify atau Apple Podcasts.

Mumpung di Jakarta, saya akhirnya ada kesempatan mencoba MRT dari stasiun Bunderan HI ke stasiun Lebak Bulus.

Dalam perjalanan itu, selain menikmati nuansa perjalanan yang nyaman, cepat, dan bersih menggunakan MRT, saya juga memperhatikan suasana di sekitar kita dari masuk stasiun Bunderan HI hingga keluar stasiun Lebak Bulus.

Ternyata ada banyak perusahaan di sekitar kita. Dari perusahaan konstruksi, perbankan, retail, transportasi, dan banyak lainnya.

Untuk itu rasanya saya perlu menganggkat tema sederhana ini untuk mengingat konsep dasar value investing soal memiliki perusahaan. Dengan menyadari adanya perusahaan terbuka di sekitar kita maka kita akan mengenalinya. Dengan kenal, maka kita bisa membuat telaah yang obyektif.

Berbeda mengenal dan mencintai perusahaan. Kadang kalau kita sudah saking suka maka kita susah membuat argumen obyektif. Sudah suka atau cinta. Tak mungkin kita menarik diri dari penilaian yang konstruktif.

Oke, kita coba kenali. Sebelum masuk stasiun kita juga kenal Grup Sinarmas. Konglomerasi ini dikenal melalui industri kertas (INKP), Sinasmas Land (BSDE), dan grup finansial (SMMA).

Memasuki jalur MRT, Anda akan menemukan dua stasiun dengan nama perusahaan seperti: Bank BNI (BBNI), dan juga Astra International (ASII) yang merupakan perusahaan multi industri distributor, manufaktur otomatif, perkebunan, hingga infrastruktur.

Nah, di dalam stasiun MRT bawah tanah, Anda juga menemukan berbagai jaringan mini market yang merupakan bisnis ritel seperti Alfamart (AMRT) dan Indomaret (AMRT). Starbucks (grup MAPI), namun perusahaan terbuka sendiri dengan kode MAPB. Bank yang melayani pembayaran seperti BBRI, BMRI, BBCA, dan masih banyak lainnya. Kemudian Anda akan secara tidak langsung menemukan perusahaan yang mendukung listrik, yang mayoritas dari PLTU (batu bara, misalnya PTBA).

Keluar dari stasiun bawah tanah Anda akan melihat dan menemukan makin banyak lagi perusahaan-perusahaan terbuka yang ada.


Intinya, saat kita mengenal perusahaan itu, kita jadi tahu bahwa saham-saham itu ada sesuatu riil yang berjalan di baliknya. Anda juga akan memahami bahwa beberapa perusahaan itu punya keunggulan dibanding perusahaan lainnya yang sejenis. Anda mungkin memilih produk perusahaan satu dibanding lainnya. Atau kenapa jaringan kopi satu terlihat lebih laris, bahkan lebih laku dibanding ratusan jaringan kopi lainnya. Dan masih banyak lain.

Sesungguhnya ada cerita, bisnis, manusiawi, dan perputaran ekonomi yang besar di balik saham-saham yang kita punya.

Jika Anda sadar hal itu semua. Lalu Anda pelajari keuangan perusahaan. Kemudian lihatlah kinerjanya. Dan, tak lama kemudian Anda akan tahu kualitas satu dibanding lainnya.

Anda akan sadar, kondisi riil di dunia nyata kadang terefleksikan di kondisi ekonomi yang dilaporkan perusahaan. Atau Anda mungkin bertanya sebaliknya, kenapa ini ramai tapi kondisi ekonominya kurang menarik? Dari situ Anda akan bisa unggul melakukan analisa menyeluruh terhadap suatu perusahaan.

Saat Anda sudah melakukan analisa menyeluruh kualitas perusahaan, baik dari sisi nilai ekonomi perusahaan, lalu nilai saham perusahaan, lalu memvaluasi saham perusahaan. Anda akan sampai di tahap akhir untuk melakukan keputusan investasi.

Bahkan sebelum itu Anda akan membandingkan satu perusahaan dengan lainnya. Lalu Anda bisa memilih mana yang menawarkan potensi peluang hasil investasi lebih unggul antara satu dan lainnya.

Setelah Anda berinvestasi, saat itulah Anda akan paham bahwa memiliki perusahaan berbeda dengan hanya membeli saham perusahaan itu.

Sangat berbeda. Dan Graham bilang, hasil dari memiliki perusahaan akan memberi rewards yang cukup layak kepada mereka yang sungguh-sungguh melakukannya.

Saya kira telaah ini tidak hanya bisa dilakukan saat mencoba naik MRT. Saat saya kembali ke Salatiga. Di mana saja saya masih mengalampi perjumpaan dengan berbagai perusahaan yang terus menghidupkan kehidupan dan ekonomi Indonesia.

Saat itu, Anda akan bisa merefleksikan banyak pertanyaan ekonomi, apakah ini mendekati krisis? Apakah ini mendekati perkembangan ekonomi yang cukup layak diikuti? Apakah perusahaan ini seperti sedang mengalami kendala? Ataukah satu dua industri mengalami perkembangan atau penyusutan. Dan seterusnya.

Tak terasa hanya dari usaha mengenal perusahaan akan memberi Anda perjalanan investasi yang menarik sekaligus memberi reward yang cukup layak bagi Anda.


Disclaimer: penyebutan nama emiten bukan bermaksud sebagai rekomendasi. Hanya ilustrasi nama-nama perusahaan itu yang ada di sekitar kita.


Diterbitkan: 30 Aug 2019Diperbarui: 16 Oct 2024