[caption id="" align=“alignnone” width=“500” caption=“Uang dari berbagai penjuru dunia (gambar oleh epSos.de di flickr)"]Uang dari seluruh dunia[/caption]

Keuangan adalah anak peradaban dunia modern.

Manusia pada awalnya hidup untuk diri mereka sendiri. Pada awalnya mereka kemudian hidup untuk keluarga, untuk kerabatnya, kemudian untuk suku dan marganya. Pada awalnya manusia mengenal pembagian kerja melalui pertukaran atau barter.

Lalu manusia semakin terhubungan dengan dunia yang lebih luas. Dunia menjadi kampung yang makin sempit. Kebutuhan untuk saling bertukar pekerjaan, pertukaran keahlian, pertukaran benda, dan juga pertukaran nilai-nilai menjadi lumrah. Setelah mengenal barter, kita lalu mengenal emas, dan akhirnya kita mengenal uang sebagaimana yang kita tahu dengan berbagai nama dan denominasi saat itu.

Itulah sejarah singkat keuangan dunia yang saya sederhanakan, mungkin juga terlalu digeneralisir. Tapi intinya, uang adalah hal lumrah yang tidak bisa dihindari di dunia modern ini, maka seyogyanya manusia yang sukses adalah mereka yang mengerti tentang keuangan dan masalahnya.

Keuangan punya Masalah?

Ketika manusia bisa menghasilkan uang, mulai saat itulah mereka memasuki dunia keuangan dengan segala masalahnya. Benda yang disahkan sebagai uang itu bisa saja tidak bernilai, seperti benda-benda lainnya. Tapi karena benda itu disepakati mempunyai nilai tertentu, maka ia punya nilai. Dengan memegang benda bernilai tertentu itulah manusia mampu menukarkannya dengan benda, makanan, kenyamanan, jasa, kesenangan, dan lain-lainnya.

Karena kegunaannya yang sangat global, dan juga penting, faktor uang sangat mempengaruhi kehidupan semua orang dengan berbagai pekerjaan mereka dan juga barang-barang yang mereka hasilkan, maka pasar akhirnya juga bisa mempengaruhi nilai uang.

Seandainya ada suatu kampung berpenduduk 10 orang. Pekerjaan penduduknya  berbeda-beda sehingga tanpa impor atau tenaga asing pun mereka bisa saling menghidupi. Pertukaran keuangan terjadi hampir normal dan stagnan, seorang penduduk mempunyai uang 100 di akhir tahun pun uangnya 100 buah, karena perpindahan uang hanya terjadi di sekitar mereka. Suatu ketika karena cuaca buruk, hasil pertanian hancur, maka berkuranglah produksi pekerja yang menghasilkan tanaman, sehingga jumlah uangnya berubah karena ia tetap harus membeli barang/jasa lain, sementara ia jadi tidak produktif. Karena kekurangan pangan, seseorang berinisiatif  mengimpor pangan dari desa lain, dan ia untung besar. Uangnya bertambah banyak. Lalu ada penjual barang baru masuk. Jasa baru masuk. Jumlah perputaran uang dan nilainya pun berubah makin dinamis.

Itulah cerita kecil yang bisa menggambarkan nilai uang bisa berubah karena keadaan, pasokan berbeda, produk/jasa baru, atau juga tingkat produksi/konsumsi yang berubah. Dari gambaran ini dunia keuangan modern akhirnya mengenal macam-macam istilah seperti: untung, rugi, perbedaan nilai, kurs (nilai tukar), depresiasi, produk domestik bruto (PDB), human development index, inflasi, jaring pengaman, dan seterusnya.

Setelah kita bekerja dan menghasilkan uang, apakah masalah kita berhenti dan kita bisa hidup nyaman dan tenang? Tidak. Kita harus hidup, menikah, mempunyai anak, menyewa/membeli rumah, melancong, ibadah, dst. Dari seluruh kebutuhan ini, kita akan berpikir, mengatur, dan utamanya merencanakan hal-hal penting seputar keuangan. Dalam perencanaan inilah kita mau tidak mau harus menghadapi dan bisa berkompromi dengan seluruh masalah-masalah keuangan tadi, seperti perkenalan singkat tadi.

Perencanaan Keuangan

Sebenarnya isu perencanaan keuangan itu bukan hal baru. Sudah lama beredar produk perencanaan keuangan berlabel asuransi pendidikan di negeri ini, atau mungkin produk-produk lain tapi saya kurang informasi tentang hal ini. Bahkan ayah saya adalah salah satu nasabah produk semacam ini. Ironisnya, entah karena faktor edukasi tidak ada atau bagaimana, ayah saya sangat menyesal ketika mengetahui pengembalian yang diharapkan pada masa akhir produk itu (7 tahun dan 12 tahun) nilainya sangat rendah, tidak sebanding dengan kebutuhan pada masanya. Inflasi tahunan yang tinggi akhirnya membuat pengembalian investasi itu tidak terasa.

Pada beberapa tahun terakhir masyarakat Indonesia mengenal perkembangan baru yang positif dalam dunia keuangan, yaitu maraknya tren perencanaan keuangan. Mungkin saja ini bukan hal baru, tapi saya sangat merasakannya, dan karena itulah saya bisa tertarik membaca lalu serius dengan dunia ini, termasuk menulis di blog ini.

Saya mulai membaca banyak buku perencanaan keuangan pada periode 2003-2004 itu. Penulis tersohor adalah Safir Senduk dengan buku-buku kecilnya yang berjibun. Saya berterima kasih pada Safir karena membuka banyak wawasan saya tentang dunia ini. Tapi saya tidak pernah puas dengan penjelasannya karena banyak hal tidak terjawab dalam buku-buku yang singkat itu. Bahkan prosedur, tips, cara kerja pun ada yang kurang bisa saya tangkap dari buku-bukunya. Saya menduga penjelasannya di buku memang sengaja tidak lengkap agar orang tertarik menjadi klien jasa konsultansi perencanaan keuangannya.

Dengan bayangan kegetiran ayah saya menikmati hasil investasi tahunannya itu saya belajar banyak tentang masalah perencanaan keuangan, dan kemudian investasi. Saya tidak ingin mempunyai perencanaan keuangan yang hasilnya tidak cukup memuaskan untuk biaya pendidikan anak-anak saya, atau untuk dinikmati ketika saya memasuki masa pensiun nanti. Tentang bagaimana perencanaan keuangan yang baik,  saya akan mencoba menuliskannya dalam tulisan lain. Sebagai ringkasan, hal-hal penting dalam perencanaan keuangan adalah:

  1. Menghindari hutang.
  2. Bila punya hutang, urusan melunasi hutang adalah prioritas utama.
  3. Setelah kebutuhan pokok terpenuhi, maka kita harus berpikir untuk alokasi sebagian uang kita untuk investasi. Investasi dilakukan sebelum uang kita habis, bukan setelah sisa konsumsi kita.
  4. Buat jaring pengaman hidup, baik itu berupa asuransi atau dana cadangan darurat.
  5. Hidup sederhana, tidak memaksa. Belanja/beli hanya ketika perlu, bukan butuh.
  6. Evaluasi dan perbaiki bila ada investasi yang salah.
Itulah penjelasan singkat perencanaan keuangan yang saya ketahui. Menurut saya perencanaan keuangan adalah dunia statisnya. Dunia dinamisnya adalah dalam investasi. Mohon maaf kepada para praktisi dunia perencanaan keuangan, tetapi saya merasa bila integritas dan komitmen pribadi kita akan perencanaan keuangan kuat, kita sudah bisa menjalani empat hal utama dalam perencanaan tadi secara mandiri tanpa perlu bantuan pihak lain. Tentu saja kita mungkin perlu bantuan ahli lain seperti akuntan atau konsultan pajak bila aset kelolaan sudah kompleks dan bikin pusing.

Tentu saya paham ada orang yang kurang bisa berkomitmen atau mudah tergoda (katakanlah konsumtif) sehingga melanggar perencanaan keuangannya, maka saya menyarankan kepada orang semacam ini untuk memanfaatkan jasa konsultan perencanaan keuangan.

Investasi

Sementara investasi, hal kedua terakhir itu meski jumlahnya sedikit, tetapi topik bahasannya bisa berkembang banyak. Misalnya apakah pilihan reksadana atau saham, obligasi, deposito; strategi investasi, kerangka berpikir, metode analisis masing-masing investasi, dan seterusnya. Atau ketika kerangka pasar investasi berubah, kita pun harus bisa berinovasi dalam strategi investasi kita, misal mengubah portofolio dari saham ke obligasi atau sebaliknya.

Investasi adalah urusan bagaimana kita meningkatkan nilai uang yang kita kumpulkan sehingga semua rencana keuangan yang sudah kita buat tadi bisa sukses secara sempurna. Bisa dibayangkan bila kita merencanakan return tahunan 15% sementara kita salah berinvestasi, maka semua rencana keuangan kita pun berantakan.

Bila kita tidak ada waktu, biaya, dan tenaga untuk mendalami ilmu investasi, sekadar pemahaman yang baik akan perencanaan keuangan mungkin cukup. Kita bisa mempercayakan urusan investasi kepada pihak lain seperti manajer investasi, bank, atau produk dan pihak lain yang secara legal bisa membantu kita. Tapi berurusan dengan pihak lain akan membutuhkan biaya. Produk kelolaan pihak lain juga punya batas pengembalian yang terbatas. Adakalanya sifat-sifat investasi tidak semuanya bisa dibantu oleh orang lain. Untuk itulah kita perlu belajar investasi.

Jadi itulah hubungan keuangan dan investasi. Sangat erat tentu saja. Tapi saya rasa sekian dulu tulisan tentang keuangan dan masalahnya, yang membawa kita berkenalan dengan investasi. Masih banyak ruang dan halaman lain untuk berkenalan dengan investasi lebih jauh dalam lagi.


Diterbitkan: 7 Dec 2010Diperbarui: 9 Feb 2022