Kami pernah menguji secara simulasi investasi berkala di sebuah saham besar di BEI pada masa 2001-2010. Terbukti hasilnya sudah cukup memuaskan. Sekarang sudah tahun 2017. Dari sini kami ingin menguji apakah hasil riset tersebut juga berlaku untuk saham-saham lain, di masa 10 tahun terakhir? Apakah investasi berkala di saham adalah sarana tepat untuk mencapai hasil investasi jangka panjang yang bisa mengalahkan inflasi?

Investasi Berkala di Reksadana Tidak Bisa Mengalahkan Inflasi

Riset kami membuktikan bahwa hasil investasi berkala di 10 reksadana, mayoritas kalah oleh inflasi (lihat grafik). Hanya tiga reksadana yang mencatat kinerja imbal balik melebihi inflasi. Lainnya punya kinerja di bawah batas rata-rata inflasi 6% per tahun.

Hasil Investasi Berkala di 10 Reksadana Saham (Disetahunkan) Setelah Inflasi
Grafik 1: Hasil Investasi Berkala di 10 Reksadana Saham (Disetahunkan) Setelah Inflasi

Untuk detailnya baca artikel Hasil Simulasi Investasi Berkala di 10 Reksadana Terbaik di Indonesia Selama 10 Tahun: Reksadana Kalah oleh Inflasi.

Rata-rata Inflasi Tahunan 10 Tahun di Indonesia

Inflasi Tahunan Umum Indonesia 10 Tahun Terakhir (2007-2016)
Grafik 2: Inflasi Tahunan Umum Indonesia 10 Tahun Terakhir (2007-2016)

Sebagai tolok ukur, kita memakai angka inflasi tahunan Indonesia selama 10 tahun terakhir sebesar 6% per tahun, dari rata-rata inflasi tahunan sebesar 5,94% dari data inflasi Indonesia 10 tahun di bawah ini. Baca lebih detail tentang inflasi tahunan Indonesia 10 tahun.

Bagaimana Jika Investasi Berkala di Saham?

Pilihan strategi investasi berkala lainnya adalah di saham. Kami punya perasaan kuat tentang hal ini, dari beberapa bacaan investasi umum banyak sekali argumen yang mendukungnya. Tapi kami ingin membuktikannya sendiri, apakah metode investasi berkala di saham Indonesia juga berhasil?

Bolasalju punya data pendukung untuk investasi saham dari artikel edukasi metode Dollar Cost Averaging (DCA) yang pernah kami terbitkan pada 2012 lalu. Terbukti, dengan simulasi satu saham saja, hasilnya sudah cukup memuaskan.

Dari sini kami ingin menguji apakah hasil riset tersebut juga berlaku untuk saham-saham lain. Kami ingin menjawab dan ingin membuktikan rekomendasi kami bahwa investasi berkala di saham adalah sarana tepat untuk mencapai hasil investasi jangka panjang yang bisa mengalahkan inflasi.

Metodologi Pengujian, Peringatan dan Asumsi

  1. Harga saham yang dipakai adalah harga per tanggal 1 tiap bulan, atau beberapa hari setelahnya jika pada hari awal bulan bursa sedang libur.
  2. Kita simulasikan akan membeli masing-masing saham senilai Rp1 juta, dari 1 Januari 2007 hingga 1 Desember 2016, setiap awal bulan.
  3. Kita bandingkan seluruh modal investasi dalam masa pengujian dengan hasil akhir perolehan dari nilai pasar dari masing-masing saham setelah masa investasi, termasuk dari hasil dividen.
  4. Asumsi inflasi menggunakan data hasil riset Inflasi Indonesia 10 tahun terakhir Bolasalju, yaitu rata-rata sebesar 5,94% atau kita bulatkan inflasi adalah 6% per tahun.
  5. Hasil dividen tidak diinvestasikan ulang agar kalkulasi sederhana dan mudah dipahami.
  6. Hasil simulasi investasi berkala sudah menyesuaikan penambahan saham dari aksi korporasi pemecahan saham, termasuk efeknya ke jumlah dividen yang terkait, jika ada.
  7. Asumsi #1: waktu 10 tahun dari 2007-2016 kami kira cukup mewakili periode kepanikan dan optimisme di pasar modal. Krisis pernah terjadi pada 2008-2009, saat itu seluruh kinerja saham turun. Setelah itu pasar modal bergerak naik. Jadi 10 tahun ini kami kira cukup representatif mewakili kinerja pasar modal, sebagai tolok ukur indikasi berhasil atau tidaknya investasi jangka panjang di instrumen saham.
  8. Asumsi #2: 10 saham berkapitalisasi terbesar kami kira cukup mewakili kinerja investasi berkala. Jika investor memutuskan berinvestasi di saham lain yang tidak kami simulasikan, tentu saja potensi hasilnya akan berbeda.
  9. Asumsi #3: investor harus menyadari kinerja masa depan tidak selalu relevan dengan kinerja masa lalu masing-masing saham. Namun, secara prinsip, investasi berkala punya hasil yang memuaskan, baik secara teori atau setelah dibuktikan melalui riset.

Hasil Simulasi Investasi Berkala Selama 10 Tahun di 10 Saham Terbaik di Indonesia

Grafik 3: Hasil Akhir Investasi Berkala (Termasuk Dari Dividen) Di Saham Selama 10 Tahun, Dari Modal Total Rp120 juta

Setiap Rp1 juta modal investasi per bulan yang digunakan untuk membeli 10 saham di atas selama 10 tahun, atau modal total Rp120 juta, akan menghasilkan perolehan total (termasuk dari dividen) paling kecil Rp224 juta hingga terbesar Rp588 juta. Jika dibanding deposito tentu saja hasil ini jauh lebih baik. Apakah hasil ini cukup memuskan?

Grafik 4: Hasil Investasi Berkala (Termasuk Dari Dividen) Di Saham Selama 10 Tahun
Hasil Investasi Berkala (Termasuk Dari Dividen) Di Saham Selama 10 Tahun: Persentase Perolehan Dari Dividen Saja
Grafik 5: Hasil Investasi Berkala Di Saham Selama 10 Tahun: Persentase Perolehan Dari Dividen Saja
Grafik 6: Hasil Investasi Berkala (Termasuk Dari Dividen) Di Saham Selama 10 Tahun: Perolehan Inflasi Dibandingkan Inflasi

Grafik 4 adalah persentase perolehan total hasil investasi berkala di 10 saham selama 10 tahun, termasuk dari hasil dividen. Kami juga memantau hasil peroleh dividennya saja, jika hasil total dividen tersebut dibagi 10 pun, persentasenya sudah jauh di atas deposito (Grafik 5). Dari sini, jika dikurangi rata-rata inflasi tahunan di Indonesia sebesar 6%, hasil investasi berkala (jika disetahunkan)  terbukti masih di atas rerata inflasi (lihat Grafik 6).

Kesimpulan

Hasil simulasi investasi berkala di 10 saham selama 10 tahun memperoleh hasil hasil investasi yang bisa mengalahkan inflasi. Hasil investasi berkala di 10 saham selama 10 tahun ini memperoleh hasil jauh lebih memuaskan dibanding berinvestasi berkala di reksadana.



Diterbitkan: 16 Sep 2017Diperbarui: 18 Feb 2022