Exaggeration. Pernyataan yang mengatakan sesuatu jauh lebih baik atau lebih buruk dari kenyataan sebenarnya. Hal yang dilebih-lebihkan.

Inilah kata yang belakangan sering terpikir ketika baca berita bursa, seperti berita dengan judul Rp 315 Triliun Menguap dari Bursa, OJK Sebut Reaksi Investor Berlebihan ini.

Kenyataannya, sejak orang jual beli saham di bawah pohon di Amsterdam, hingga di gedung di jalan Wall Street atau di layar komputer, manusia selalu mencari-cari alasan kenapa saham X naik, atau kenapa saham Y turun. Bahkan, seandainya ada ikan paus mati di pantai, dan di dalam perutnya ditemukan ikan teri, mungkin ikan teri itu dituduh membunuh paus yang tidak kenyang itu. Padahal ikan paus mati karena tersesat dan kandas di pinggir pantai.

Rp315 T memang besar. Tapi lihat skalanya, 315 T dari 5.500 triliun, hanya 6%. Kecil. Yang lebih penting dari kapitalisasi pasar sebenarnya aset, tapi siapa yang mau setiap hari mengecek aset perusahaan di bursa saham. Apakah aset-aset perusahaan naik? Ataukah aset perusahaan turun? Lebih penting lagi ekuitas, apakah ekuitas perusahaan naik atau turun? Aset naik kalau karena hutang, berarti perusahaan sedang menurun kinerjanya. Aset naik kalau ekuitas juga naik, ya tidak ada masalah. Bagaimana kalau kapitalisasi pasar bursa saham jatuh 6%, atau bahkan 10%. Bagi sebagian besar orang yang berpikir investasi, ya tidak masalah. Kapitalisasi pasar hanya masalah sementara. Bahkan sebagian besar bukan mengaggap sebagai masalah, tapi hanya kebisingan sesaat.

Penurunan kapitalisasi pasar bursa sebesar Rp315 T mungkin besar bagi sebagian orang yang berspekulasi di bursa, mereka yang saat ini sedang rugi investasinya (rugi secara riil).

Tiap hari media harus selalu membuat berita. Tapi wartawan tidak bisa membuat berita dari omongan mulut mereka sendiri, itu namanya beropini. Maka mereka mencari orang yang mau bicara, sesuai dengan harapan mereka. Bursa turun, mereka pergi ke orang pesimis. Bursa naik, sayangnya mereka pergi ke orang yang sombong, jadilah berita bombastis. Sering kali kita lihat orang pesimis dan sombong ini orang yang sama. Maka wajarlah kita baca berita pesimis hampir tiap hari. Padahal kenyataan tidak selalu pesimis. Atau berita mengajak semua orang menjadi serakah. Padahal kenaikan bursa hanya sementara, besok bisa turun seketika.

IHSG mungkin turun. Imbasnya, reksadana juga banyak yang turun kembali ke nilai awal tahun. Tapi ada investor pada saat ini kapitalisasi sahamnya tidak turun, bahkan mungkin naik. Atau, mereka juga tidak merasa bermasalah dengan penurunan kapitalisasi pasar portofolio sahamnya. Mereka inilah yang melihat ekuitas dan aset perusahaan tumbuh, serta bisnis-bisnis di perusahaan itu, dan siapa yang mengendalikannya. Angka dan kapitalisasi saham hanya popularitas sesaat.

 


Diterbitkan: 2 May 2015Diperbarui: 9 Feb 2022