Tuan Pasar adalah alegori kesukaan Ben Graham dalam menjelaskan istilah investasi yang rumit. Dan Tuan Pasar menjadi metofora paling cerdas untuk menggambarkan harga saham bisa salah.
Siapa sih Mr. Market? Apakah dia sosok asing atau besar di pasar? Apakah seseorang yang disebut sebagai bandar di pasar saham? Apakah orang super kaya yang bisa mengatur jalannya bursa?
Bukan. Ternyata bukan semua yang Anda kira atau pikirkan tadi.
Mr. Market atau Tuan Pasar menurut Ben Graham, penulis buku The Intelligent Investor, perumpamaannya adalah seseorang yang setiap hari mengetuk pintu rumah para investor untuk menjual atau membeli saham-saham pada harga yang berbeda-beda. Seringkali harga yang ditawarkan oleh Tuan Pasar tidak masuk akal mahalnya. Tapi tidak kalah sering dia juga menawarkan harga yang kelewatan murahnya.
Sebagai investor kita bebas untuk menyetujui atau menolak bertransaksi dengan Tuan Pasar. Dia tidak akan marah apa pun keputusan Anda. Dia tidak memendam perasaan apa pun. Besok, lusa, tulat, tubin, Tuan Pasar akan kembali membeli atau menawarkan saham kepada Anda lagi, dengan harga yang berbeda.
Saya punya perumpamaan lain untuk mengartikan metafora Tuan Pasar ini.
Katakanlah Anda bersama tiga pemodal lainnya membentuk sebuah perusahaan tertutup dengan modal masing-masing Rp100 juta. Total modal Rp300 juta. Tahun demi tahun perusahaannya maju dan tumbuh. Labanya naik. Hingga suatu saat perusahaan itu bisa menghasilkan laba Rp1 miliar setahun.
Melihat laba sebesar itu, dengan valuasi 10 kali laba, perusahaan sekarang dinilai sebesar Rp10 miliar. Ini adalah contoh valuasi yang wajar. Saham masing-masing pemodal yang awalnya senilai Rp100 juta sekarang dihargai Rp3,3 miliar.
Seorang kawan Anda, salah satu pemodal suatu menawarkan untuk menjual modalnya kepada Anda senilai Rp3,3 miliar. Apakah Anda menerima atau membeli saham itu? Jika cocok dan ada dana, mungkin Anda menerimanya. Dalam posisi ini, kawan Anda terlihat masih rasional karena menawarkan perusahaannya dengan valuasi normal sekitar 10 kali laba dari perusahaan itu.
Suatu saat karena merasa kondisi Indonesia pesimis dia merasa pertumbuhannya stagnan. Kawan Anda ini sekarang kita sebut Tuan Pasar karena ikut panik dan menawarkan jual sahamnya hanya senilai Rp1 miliar atau sekitar 3 (tiga) kali laba total perusahaan. Secara umum valuasi 3x laba dianggap murah. Sebagai kawan yang cukup baik, Anda mungkin keberatan membeli sahamnya dan bertanya privat apakah dia ada masalah? Lalu Anda sarankan jangan menjual sahamnya dulu. Toh perusahaan masih bagus.
Di saat lain, entah beberapa hari, minggu, atau bulan kemudian—waktu tidak relevan di sini—kawan Anda menjadi sangat optimis dan agresif dengan kondisi ekonomi Indonesia. Kemudian dia menawarkan saham perusahaan tadi yang valuasi normal Rp3,3 miliar ditawarkan seharga Rp50 miliar. Argumennya, semuanya naik, nanti Anda tertinggal pertumbuhan perusahaan.
Bayangkan, 50 kali laba! Apakah Anda menerima tawaran itu? Jelas tidak!
Ternyata, situasi yang mirip dengan cerita di atas terjadi di pasar saham. Persis. Setiap hari ada ratusan Tuan Pasar yang menawarkan saham-saham berbeda kepada Anda dan investor lainnya. Tuan Pasar selalu datang menawarkan saham perusahaan-perusahaan di bursa, baik yang kita ketahui atau saham apa pun. Tuan Pasar masih beredar di masa sekarang saat Anda bertransaksi melalui transaksi saham online.
Kalau ada perusahaan yang kebetulan menjadi incaran, saat itulah Anda harus bersikap menjawab tawaran Tuan Pasar. Dia kadang menawarkannya dengan harga yang sangat pesimis, hingga murahnya kadang membuat kita heran. Tuan Pasar juga bisa bisa menjual saham perusahaan dengan harga yang sangat mahal hingga kita hanya bisa berdecak tak mampu menjawab.
Tuan Pasar seolah berkata hal yang berubah-ubah untuk sebuah saham yang sama, “Ini lho saham harganya bagus (baca: seolah perusahaannya bagus). Beli lah!” Besoknya dia berkata, “Ini lho saham sudah saya diskon murah (baca: apakah perusahaannya buruk?). Cepat beli lah!” Di lain waktu dia berkata, “Ya sudah harga normal sesuai valuasi umum saja!”
Pasar saham berfluktuasi setiap hari. Tuan Pasar seperti itu, yang bergaul setiap saat di pasar saham, dia setiap hari bisa berubah-ubah pendiriannya akan nilai sebuah saham. Dia seperti kawan tapi juga bisa dianggap orang asing. Padahal kondisi fundamental perusahaan tidak berubah! Mau berapa pun harga saham berubah dalam sebulam, kondisi perusahaan tidak terpengaruh, kan?
Untungnya Tuan Pasar ini adalah karakter anonim yang tidak punya emosi. Dia tak akan marah meski ribuan kali Anda menolak tawarannya. Dia tidak akan tersinggung meskipun Anda bulan lalu membeli sahamnya terlalu murah. Padahal pada hari ini atau bulan berikut dia ingin membeli saham tersebut dari Anda dengan harga jauh lebih mahal.
Investor Cerdas yang mengetahui karakter Tuan Pasar ini bisa memanfaatkannya untuk keuntungan mereka. Jangan malah jadi Tuan Pasar yang mudah panik atau agresif dengan dasar yang tidak jelas. Kenyatannya kan demikian. Bisa jadi Andalah Tuan Pasar yang mudah pesimis dan optimis setiap hari. Kadang tidak rasional. Kadang sangat percaya diri.
Jadilah orang yang memanfaatkan Tuan Pasar. Begitulah cara investor nilai bekerja di pasar saham.
Terbit pertama kali: 9 Desember 2019
Ditulis ulang pada: 17 Februari 2019 dari podcast Investor Cerdas episode 018
Kredit foto: Unsplash (Nigel Tadyanehondo)
Diterbitkan: 17 Feb 2019—Diperbarui: 16 Oct 2024