Saham adalah aset permodalan yang mewakili sebagian kepemilikan dalam sebuah perusahaan. Seseorang bersama satu atau banyak orang lainnya mengumpulkan uang sebagai modal untuk mendirikan perusahaan. Modal inilah yang biasanya disebut sebagai saham perusahaan. Di artikel edukasi ini kita akan mengenal saham kembali.

Saham di Pasar Modal

Dalam investasi pasar modal, saham yang dimaksud adalah saham perusahaan publik. Perusahaan publik adalah yang berstatus sebagai Perusahaaan Terbuka, biasanya punya tambahan singkatan Tbk di belakang namanya. Contohnya, PT Unilever Tbk. Modal atau saham perusahaan terbuka bisa dimiliki masyarakat melalui bursa saham. Investor bertransaksi saham di bursa dengan menjadi nasabah di salah satu pialang saham (broker) di Indonesia.

Keuntungan Saham

Investor mendapat keuntungan investasi saham dari dua cara: kenaikan harga saham atau disebut perolehan modal (capital gain) dan pendapatan dari dividen.

Keuntungan dari Kenaikan Harga Saham

Jika ada seorang investor membeli 1.000 lembar saham seharga Rp400,- per lembar. Dia membayar Rp400.000,-. Di kemudian hari, atau setelah beberapa bulan dan tahun, ternyata investor menjual saham itu Rp500,- per lembar saham. Keuntungan dari kenaikan harga saham inilah yang disebut sebagai capital gain. Dia mendapat keuntungan Rp100,- per lembar saham atau total Rp100.000,-. Investor saham bisa rugi ketika menjual saham ketika harganya turun.

Adalah hak dan keputusan independen investor bila ingin menjual atau membeli saham di harga berapa pun yang ditawarkan oleh pasar. Andai saham turun menjadi Rp250 per lembar, atau kemungkinan rugi Rp150 per lembar saham, tapi jika investor tidak menjualnya, maka ia belum rugi. Begitu pula di waktu lain bila dia membiarkan saham itu, investor bisa untung jika harganya kembali naik dan bisa melampaui nilai pembelian awal  tadi.

Keuntungan dari Dividen

Beberapa perusahaan yang mencatat keuntungan ada kalanya membagikan dividen kepada investornya. Besar dividen ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), pesentasenya minimal 5% dari laba bersih perusahaan, biasanya antara 20%-50% dari laba. Beberapa perusahaan besar bahkan membagi seluruh labanya untuk dividen.

Tapi ingat, sifat dividen tak pasti. Dividen tergantung dari kinerja perusahaan dan keputusan pemegang sahamnya. Maka sangat penting mempelajari kinerja perusahaan agar investor bisa mendapatkan keuntungan optimal dari investasinya.

Biaya-Biaya dalam Investasi Saham

Investor saham dikenakan biaya dalam transaksi pembelian atau penjualan saham. Tapi nilainya (saat buku ini ditulis) tidak besar, rinciannya berikut:
  • Untuk transaksi pembelian, ada komisi broker, komisi ke regulator bursa, dan biaya-biaya lain. Nilainya sekitar 0,2% dari nilai transaksi. Dari contoh transaksi Rp400.000,- di atas, maka biaya transaksi pembeliannya hanya sebesar Rp800,-.
  • Untuk transaksi penjualan saham, selain komisi ke broker dan regulator, kita juga dikenakan pajak penjualan saham senilai 0,1% dari nilai transaksi kita. Total biaya transaksi penjualan sekitar 0,3% dari nilai transaksi. Jikai nilai transaksi penjualan Rp1 juta, maka biaya transaksi penjualan dan pajak totalnya sekitar Rp3.000,- saja.
  • Struktur biaya pembelian/penjualan saham bisa berbeda antara satu pialang dengan lainnya. Tapi saya kira besarnya tidak jauh dari contoh di atas.

Bagaimana Harga Saham Bisa Naik atau Turun?

Ada kecenderungan harga saham akan naik atau turun mengikuti kinerja perusahaan. Andai seseorang punya andil (modal) saham sepertiga perusahaan dengan aset Rp300 juta. Berarti sahamnya bernilai Rp100 juta. Jika setelah 20 tahun aset perusahaan jadi Rp300 milyar, maka modalnya tadi sudah senilai Rp100 milyar. Kenaikan 1.000 kali lipat. Itulah penjelasan sederhana bagaimana saham bisa naik harganya.

Tapi harga saham bisa naik dan turun oleh permintaan atau sentimen pasar belaka. Bila pada suatu hari permintaan suatu saham tertentu naik, maka investor hanya bisa membeli di harga yang sudah naik itu. Demikian pula bila di hari lain penawaran saham tertentu sedang turun, maka investor bisa membelinya di harga yang lebih murah. Contoh lain, kadang harga saham tidak menggambarkan kondisi perusahaannya. Misalnya, ada perusahaan yang secara operasional sukses, melaporkan laba positif terus dan membagikan dividen, tapi sahamnya dijual murah di pasaran. Begitu pula sebaliknya, ada saham yang kinerjanya buruk, manajemen sesukanya menggelar aksi korporasi untuk meminta tambahan modal, tapi sahamnya naik terus.

Dari contoh di awal, kita bahas lagi perusahaan yang asetnya sudah naik 1.000 kali lipat tadi. Hanya di bursa saham bisa terjadi transaksi penjualan perusahaan (baca: saham) senilai Rp100 milyar, tapi hanya dilego senilai Rp50 milyar. Atau sebaliknya, saham senilai Rp100 milyar ditawarkan Rp1 triliun, bahkan bisa laku Rp2 triliun. Begitulah pasar saham. Fenomena ini oleh Ben Graham, penulis The Intelligent Investor, disebut sebagai kegilaan Mr. Market. Seseorang yang psikologinya bisa berubah dalam hitungan hari, antara pesimis dan optimis.

Selama pasar saham buka, itu semua terjadi tiap hari, tiap menit dan detiknya. Investor saham yang ahli bisa memanfaatkan selisih semu nilai intrinsik dan nilai di pasar saham itu sehingga mendapat keuntungan dari kepanikan dan keserakahan pemilik saham lainnya.

Menjadi investor saham itu berat. Jangan hanya bermimpi potensi keuntungannya yang tinggi saja. Risikonya juga besar. Investor saham harus bisa memahami kekuatan keuangan perusahaan, kinerja bisnis perusahaan, dan harus paham karakter manajemen perusahaan. Kemudian investor harus punya metode kegiatan investasi yang tepat sehingga ia bisa menghasilkan keuntungan. Tanpa paradigma dan perilaku investasi yang tepat, seseorang hanya berspekulasi lewat saham.

Maka kami tak menyarankan investasi saham langsung untuk investor pemula. Lalu bagaimana? Kenapa kita harus bahas saham panjang lebar? Untungnya ada metode nyaman, tenang, dan menurut hasil riset terbukti menguntungkan bagi investor yang ingin berinvestasi saham secara pasif (lihat Simulasi Investasi Berkala).

Sejarah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 10 Tahun Terakhir

[caption id="attachment_7890" align="alignnone" width="728"]Kinerja IHSG 10 Tahun Terakhir (2007-2016) Kinerja IHSG 10 Tahun Terakhir (2007-2016)[/caption]

IHSG adalah indeks dari seluruh saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diperkenalkan pertama kali pada 1 April 1983. IHSG bisa dianggap sebagai indikator pergerakan harga saham di BEI. Nilai dasar indeks dimulai pada angka 100. Setiap transaksi saham di bursa akan mempengaruhi bobot indeks. IHSG bisa dianggap sebagai tolok ukur kinerja bursa saham di Indonesia.

Dari statistik kinerja IHSG 10 tahun terakhir, seorang investor bisa punya potensi keuntungan 192,11% selama 10 tahun, atau 11,32% jika disetahunkan.

Karena IHSG bersifat rata-rata perolehan dari seluruh saham di Bursa Efek Indonesia, tentu saja ada saham yang kenaikannya dalam setahun melebihi IHSG, ada juga yang lebih rendah.

Untuk mengetahui bagaimana aspek keamanan investasi saham, bagaimana cara investasi saham yang sesuai untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang, apa metode investasi yang tepat untuk saham: investasi penuh atau berkala, silakan baca di buku digital Cerdas Berinvestasi.


Teks ini adalah bagian dari buku digital edukasi Cerdas Berinvestasi yang terbit pada 2 Mei 2017 lalu.

Cerdas Berinvestasi Telah Terbit, mengenal saham dan reksadana untuk investasi

Semua bisa berinvestasi di pasar modal. Yuk belajar, gratis loh.


Diterbitkan: 18 May 2017Diperbarui: 9 Feb 2022