Apa Dividend Investing Strategi Investasi Saham yang Paling Menguntungkan?

Anda mungkin pernah melihat postingan di media sosial tentang cerita mereka yang baru saja mendapatkan dividen dalam jumlah besar. Definisi besar ini bisa berarti nominal atau persentase. Tapi kami akan fokus ke yang terakhir, yaitu persentase.

Di sisi lain, ada juga pihak-pihak yang berpendapat bahwa berinvestasi di saham berdividen tinggi adalah strategi investasi yang paling aman dan menguntungkan. Strategi ini dianggap aman karena pembagian dividen sebagai kepedulian manajemen membagikan laba perusahaan. Ia dianggap menguntungkan karena persentase besar dividen tersebut dianggap bisa lebih cepat memberikan keuntungan.

Well, strategi investasi dividen tidak selalu salah. Tapi ini bukan satu-satunya strategi investasi yang menguntungkan. Mari kita pelajari satu per satu.

Kenapa Emiten Membagikan Dividen?

Emiten atau perusahaan yang melantai di bursa efek biasanya membagikan dividen kepada pemegang sahamnya. Tujuannya pembagian dividen ada bermacam-macam.

Distribusi laba untuk pemilik saham, termasuk pemilik atau pemegang saham pengendali (PSP). PSP atau pemilik utama perusahaan biasanya juga perlu memanen hasil investasi. Skema pembagian dividen adalah sebuah mekanisme menarik dana dari perusahaan terbuka untuk dibagikan kepada pemegang saham.

Perusahaan umumnya membagikan dividen jika:

  1. Hasil laba cukup besar.
  2. Memenuhi kelebihan dari kebijakan dividen yang dianut perusahaan. Pelajari hal ini di prospektus atau laporan tahunan.
  3. Tidak ada ruang ekspansi atau ruang pertumbuhannya sedang terhambat. Keputusan mendistribusikan laba lebih bermanfaat bagi investor daripada uangnya hanya disimpan di kas perusahaan.
  4. Peluang pengembalian dari reinvestasi atas modal kurang menarik.
  5. Manajemen tidak ada ide untuk ekspansi atau pengembangan usaha baru. Dengan kata lain, usaha sudah mapan atau mature.
  6. Ada penumpukan kas setelah penjualan aset, baik itu aset fisik atau divestasi anak usaha.

Tidak semua perusahaan terbuka membagikan dividen. Ada banyak sebab perusahaan tidak membagikan dividen:

  • Ruang pertumbuhan usaha masih tinggi.
  • Perusahaan merugi.
  • Ada rencana ekspansi usaha yang perlu modal besar.
  • Manajemen pada dasarnya kurang peduli terhadap pemegang saham publik.

Apa itu Strategi Berinvestasi Dividen?

Kembali ke strategi berinvestasi di saham dividen.

Strategi berinvestasi di saham-saham dividen menitikberatkan pada pemilihan saham-saham yang isinya adalah saham-saham yang membagikan dividen dalam persentase besar.

Persentase besar itu diperhatikan dari dua hal, yaitu: rasio dividen terhadap laba dan rasio dividen terhadap harga saham terakhir.

Rasio dividen terhadap laba, atau disebut sebagai dividend payout ratio. Rasio ini umumnya dinyatakan dalam persen. Emiten yang punya rasio pembagian dividen (payout) 20% berarti sebanyak dua puluh persen dari labanya didistribusikan sebagai dividen.

Rasio payout dividen umumnya sekitar 20%-50%. Perusahaan yang sedang di masa pertumbuhan umumnya punya rasio payout kecil. Perusahaan yang sudah mapan dan besar, biasanya ditandai dengan laba yang gemuk, umumnya membagikan dividen dalam payout besar di atas 35%.

Apa ada perusahaan yang membagikan seluruh labanya? Ada, umumnya perusahaan ini sudah tidak punya ide untuk berekspansi atau bisnisnya sudah mapan. Perusahaan di sektor komoditas biasanya juga membagikan seluruh labanya sebagai dividen.

Rasio dividen terhadap harga saham terakhir atau biasa disebut yield, karena dianggap seperti bunga bank. Rasio ini dihitung dari besar dividen per saham dibagi dengan harga sahamnya. Yield dividen selalu merujuk kepada pembagian dividen tahunan. Jika ada perusahaan membagikan dua kali dividen, maka rasio yield yang disebut praktisi finansial umumnya adalah dividen total setahun dibagi harga saham terakhir.

Risiko Berinvestasi Dividen

Kenapa strategi berinvestasi di saham dividen besar belum tentu strategi investasi terbaik? Pertama, kita harus melihat risikonya.

Pertama, risiko fluktuasi laba turun. Perusahaan yang membagikan dividen besar biasanya adalah perusahaan yang mapan, pangsa pasarnya sudah mature, industri stagnan, industri di puncak yang bagus. Maka, dengan mengambil keputusan berinvestasi di saham perusahaan yang mapan, investor menyerap risiko ancaman akan penurunan pendapatan dan laba dari perusahaan itu. Jika laba turun, maka potensi dividen di tahun depan tentu akan turun.

Kedua, risiko fluktuasi industri. Ini seperti yang terjadi di sektor komoditas, baik batubara atau komoditas lain seperti nikel, emas, timah, dll. Jika industri berfluktuasi, maka risikonya laba tahun depan bisa turun. Dividen juga akan turun ketika laba melemah.

Ada emiten menghasilkan laba Rp100 per saham dan membagikan dividen Rp100 per saham. Usaha investor membeli sahamnya di harga Rp900 untuk mengejar yield 11% mungkin terlihat oke di saat itu. Tapi dividen sebesar itu mungkin tidak terjadi di tahun depan jika labanya turun menjadi Rp30 per saham. Jika perusahaan tetap membagikan seluruh labanya atau sebesar Rp30 per saham sebagai dividen, yield dividen hanya setara 3,33%.

Ketiga, risiko penurunan harga saham saat beli mendekati musim bagi dividen. Ada lagi investor yang mengejar saham-saham dividen mendekati masa pembagian dividen. Biasanya harga sahamnya sudah mengalami kenaikan. Setelah masa pengumuman lewat, harga saham biasanya turun. Uniknya, penurunan harga sahamnya biasanya melebihi angka pembagian dividen tersebut.

Apa ada strategi dividend investing yang oke? Ada.

Strategi Berinvestasi Dividen yang Ideal

Berinvestasi di saham yang membagikan dividen memang bagus. Tapi, dengan risikonya seperti di atas, maka investor harus mencari titik keseimbangan yang bagus antara besar dividen dan potensi pertumbuhannya.

Maka, strategi berinvestasi di saham dividen besar yang baik dan ideal menurut kami adalah sebagai berikut:

Pertama, bisnis perusahaan masih kuat (strong).

Di perusahaan tersiklus, ada perusahaan yang membagikan dividen sangat besar saat siklus usahanya memang di puncak. Beberapa tahun kemudian siklusnya bisa turun. Saat itu rasio pembagian dividennya bisa turun.

Strategi berinvestasi di saham dividen yang ideal adalah mencari yang yield besar dan perusahaan punya ruang tumbuh jangka panjang.

Perusahaan dengan potensi dividen 10% dan bisa naik 20% (atau lebih) selama 20 tahun jelas lebih baik dibanding hanya memberi kita 10% yang terjadi selama 10 tahun saja.

Kedua, beli jauh hari sebelum musim dividen saat harga saham murah. Dengan cara ini, jika investor mengincar yield 3%, maka dia membeli saham tersebut di harga rendah sehingga potensi yieldnya sudah naik 6%. Apalagi jika usaha tetap tumbuh. Maka investor seperti mendapatkan obligasi yang tidak pernah turun kuponnya.

Ketiga, beli saham-saham yang punya potensi pertumbuhan bagus. Maka mereka akan meningkatkan jumlah dividen. Potensi pertumbuhan usaha masih tinggi. Maka, perusahaan seperti ini biasanya tidak akan membagikan seluruh labanya (100%) sebagai dividen. Mungkin mereka membagikan 20% hingga 50% dari laba tahunan sebagai dividen.

Ibaratnya begini, di saat sekarang Anda mungkin mendapatkan dividen hanya setara yield 3% per tahun. Tapi beberapa tahun ke depan potensi bunganya bisa setara 5%, 7%, 10%, dan bahkan lebih.

Apakah fenomena ini mungkin? Mungkin sekali. Banyak saham di Indonesia yang distribusi pembagian dividennya sudah melebihi nilai IPO. Artinya, jika ada investor yang berinvestasi di harga awal, dia sudah bisa menutup modalnya hanya dari dividennya saja.

Contoh Dari Investasi Dividen Warren Buffett

Mari kita ambil contoh dari Warren Buffett.

Berkshire Hathaway, konglomerasi yang dikendalikan Buffett, membeli saham Coca Cola senilai total $1,3 miliar di tahun 1994 selama tujuh tahun.

Berkshire menerima dividen sebesar USD75 juta dari produsen soda terkenal ini di tahun 1995, ini setara yield 5,76% jika dibanding modal mereka.

Dividen yang diterima Berkshire dari Coca Cola di tahun 2022 dan 2023 sudah tumbuh menjadi USD 750 juta, ini setara yield 57% untuk dividen setahun saja.

Maka modal Buffett di tahun 1994, bahkan meski dikurang inflasi pun, sudah tergantikan dari dividennya saja.


Investasi saham dividen bisa sangat oke sekali. Bisa juga tidak. Namun, sekali Anda dapat saham berdividen tinggi di harga murah, maka melepaskannya adalah tindakan paling konyol.

Ibarat Anda punya obligasi dengan kupon 10% yang bisa naik jadi 20% sementara tren suku bunga 4%. Konyol, kan?

Strategi investasi terbaik adalah menjaga keseimbangan antara besar dividen yang cukup ideal dan punya pertumbuhan potensial di masa depan yang baik.


Diterbitkan: 23 Jul 2024Diperbarui: 25 Jul 2024