Saya bosan menyajikan Bursa Sepekan tiap pekan. Apalagi yang baca sedikit. Padahal meriset berita cukup melelahkan. Akhirnya setelah dipikirkan, kita coba format baru saja. Ini Catatan perdana, edisi 4 Juni 2018.

Kenaikan Suku Bunga

Yang paling menonjol dari isu minggu lalu adalah adanya kenaikan 25 basis poin (0,25%) suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) menjadi 4,75%. Suku bunga acuan yang saya maksud di sini ada reverse-repo rate 7 hari. Padahal sebelumnya suku bunga sudah naik menjadi 4,5% per 17 Mei 2018, dari sebelumnya bertahan di kisaran 4,25%. Apakah ini jelas berakhirnya era suku bunga rendah yang dimulai pada September 2017 lalu?

Kebijakan suku bunga erat kaitannya dengan inflasi. Menurut pesan yang disampaikan BI, kebijakan mengerek suku bunga pada 17 Mei adalah merespon penguatan dolar yang memaksa rupiah diperdagangkan di kisaran Rp14.200-an. Beberapa hari setelah kenaikan suku bunga itu dolar masih kuat, hingga kemudian berturut-turut turun di kisaran Rp13.830-an pasca kenaikan suku bunga yang terakhir.

Mungkin kebijakan kenaikan suku bunga ini bisa dikatakan tepat untuk merespon arah dolar yang menguat. Apalagi ada kecenderungan kenaikan suku bunga Fed yang agresif tahun ini. Dan konon ini bukan terakhir. Kenaikan suku bunga Amerika berpengaruh terhadap semua mata uang. Tidak hanya rupiah. Yang saya tahu, untuk terjun “perang mata uang” ada dua cara: dengan kebijakan moneter atau masuk ke pasar. Semoga BI mengambil kebijakan yang seimbang antara kepentingan stabilitas neraca global dan juga memberi ruang pertumbuhan di tanah air. Saat ini saya tak tahu arah mana yang lebih baik.

Yang jelas saya bukan ahli kebijakan moneter. Tapi boleh saja berdiskusi karena itu hak semua orang.

Tanpa mempedulikan suku bunga global, setelah pertumbuhan ekonomi yang tertahan beberapa tahun terakhir, Indonesia perlu ruang untuk tumbuh. Pertumbuhan itu bisa dicapai dengan suku bunga yang relatif terjaga agar kredit kembali mengalir, agar perusahaan berinvestasi, agar masyarakat kembali belanja sehingga uang mengalir ke mesyarakat. Jika industri merasa suku bunga berat, kita akan melihat respon melalui pengetatan kredit. Tapi saya rasa hal itu harus diukur setelah 6 bulan hingga 1 tahun mendatang.

Di luar itu semua, sebagai investor kita harus fokus ke peluang sambil menghindari hal negatif. Pasca kenaikan suku bunga, sepekan terakhir saham-saham perbankan naik pesat. Ini adalah reaksi jangka pendek dan wajar. Investor nilai seharusnya sudah merespon berinvestasi di saham bank saat ada penurunan pesat beberapa waktu lalu.

Untuk sementara, kita pantau dan nikmati dulu masa panen dividen. Ada yang sudah menerima transferan di rekeningnya? Terima kasih perusahaan-perusahaan Indonesia.

Itu dulu dari saya. Saya harus belajar ekonomi makro lebih banyak lagi agar bisa berkomentar lebih cerdas. Jangan lupa membaca Kinerja Ide Bolasalju Mei 2018.

Salam berinvestasi!


Diedit oleh YW


Diterbitkan: 4 Jun 2018Diperbarui: 18 Feb 2022