Seperti dikutip oleh Tempo, 16 September 2018, peritel Sears dari Amerika Serikat mengajukan perlindungan kepailitan setelah didera kerugian bertahun-tahun. Mungkin kita bisa belajar satu dua hal dari kasus ini untuk menambah pengetahuan analisis investasi kita.

Mengutip Tempo 16 Oktober 2018:

Sears Holdings Corp, pemilik jaringan retail raksasa di Amerika Serikat, mengajukan permohonan status pailit kepada Pengadilan Kepailitan di Distrik Selatan New York, kemarin. Kabar yang dilansir Reuters menyebutkan Sears, yang berdiri sejak 1892 dan pernah mendominasi bisnis perdagangan eceran, terpaksa menutup 142 toko lantaran kalah bersaing dengan situs-situs e-commerce.

Tahun lalu, Sears Holdings, yang menguasai merek Sears, Roebuck and Co, dan Kmart Corp, menutup sekitar 200 gerainya. Toko-toko yang gulung tikar antara lain 42 gerai merek Sears dan 108 toko diskon Kmart. Dalam dokumen kepailitan yang didaftarkan di pengadilan, Sears Holding diketahui memiliki aset senilai US$ 6,9 miliar dan utang US$ 11,3 miliar. Saat ini Sears mempunyai 700 toko yang sebagian di antaranya akan direorgansasi.

Bisnis Ritel

Bisnis eceran akan selalu menarik untuk dipelajari. Alasannya sederhana, ritel adalah urat nadi kehidupan. Manusia akan selalu perlu industri eceran, makanan, pakain, dan keperluan rumah tangga.

Indonesia juga punya beberapa peritel besar seperti Matahari dari Grup Lippo, Ramayana, Ace Hardware, jaringan minimarket Sumber Alfaria Trijaya, Hero Supermarket, Mitra Adiperkasa, Midi Utama Indonesia, Ranch Market, Mitra10, Erajaya Swasembada, Sona Topas Tourism Industry, Tiphone Mobile Indonesia, dll.

Setelah membaca kasus dari Sears saya langsung tertarik mempelajari laporan keuangannya dari 2006-2017. Berikut sekilas apa yang saya pahami.

Insight dari Neraca

[caption id="attachment_14176" align="alignnone" width="1911"] Neraca SEARS[/caption]

Insight dari Laba/Rugi

[caption id="attachment_14177" align="alignnone" width="1911"] Laba/Rugi SEARS[/caption]

Pergerakan Harga Saham

[caption id="attachment_14178" align="alignnone" width="1325"] Grafik Saham SEARS (Courtesy Yahoo! Finance)[/caption]

Kinerja Saham SEARS

  • 2007-2009 turun
  • 2010 ada kontraksi, sempat puncak April 2010
  • 2017 setelah itu terjun bebas

Apa yang Bisa Kita Pelajari dari SEARS?

  • 2007-2009, penjualan mulai turun, laba turun drastis, tapi masih profit
  • 2010, kondisi masih terlihat normal, utang bertambah
  • 2011, arus kas negatif terus sampai sekarang
  • 2014, beban utang mulai membesar, equity mulai defisit
  • 2015-2017 rugi, utang sangat besar
  • 2018, mengajukan bangkrut
Di luar pandangan dari laporan keuangan, sebenarnya SEARS sudah punya kasus pra-2014. Menurut laporan Business Insider ini, ada empat hal yang utama dari SEARS, seperti:
  1. manajemen melupakan fokus ritel dan mulai berinvestasi di luar industri yang dipahaminya;
  2. manajemen menjadi birokratis
  3. melupakan kompetisi, apalagi jelas, ancaman industri e-commerce. Padahal, pada 2010 pun, ancaman Amazon, Alibaba, dan e-commerce sudah sangat nyata.
Pada 2005 lalu, menurut Money, Warren Buffet ditanya oleh audien soal petinggi Sears, Eddie Lampart, apakah dia akan sukses membalikkan nasib Sears setelah menggabung Kmart dan Sears. Berikut jawaban Buffet:
“Eddie is a very smart guy but putting Kmart and Sears together is a tough hand,” said Buffett to the Kansas crowd. “Turning around a retailer that has been slipping for a long time would be very difficult. Can you think of an example of a retailer that was successfully turned around?”
Buffet kemudian menambahkan:
Retailing is like shooting at a moving target. In the past, people didn’t like to go excessive distances from the street cars to buy things. People would flock to those retailers that were near by. In 1966 we bought the Hochschild Kohn department store in Baltimore. We learned quickly that it wasn’t going to be a winner, long-term, in a very short period of time. We had an antiquated distribution system. We did everything else right. We put in escalators. We gave people more credit. We had a great guy running it, and we still couldn’t win. So we sold it around 1970. That store isn’t there anymore. It isn’t good enough that there were smart people running it.”
Menarik juga mengutip Buffett, margin laba kotor 10-11% dari Costco sudah sangat bagus dibanding Walmart. Atau berikutnya:
“In comparison, department stores have 35% gross margins. It’s tough to compete against the best deal for customers. Department stores will keep their old customers that have a habit of shopping there, but they won’t pick up new ones.”
Wah, kecil sekali ya margin ritel di sana? Padahal perusahaan ritel kita bisa mendapat margin laba kotor 19%-47%. Yup, volume juga berbicara. Pada intinya bagaimana penjualan itu dicapai? Bagaimana pertumbuhan itu dikejar, itu juga penting. Selain hal penting lain seperti siklus ekonomi dan juga kondisi umum, persaingan industri serta gangguan dari pelaku baru seperti e-commerce.

Saya rasa itu dulu. Sejarah selalu berputar. Yang terjadi di negara sana, bisa terjadi di sini.

Menurut hasil riset ritel yang akan terbit dalam waktu dekat, hanya ada dua peritel lokal dengan kondisi keuangan sangat bagus. Namun keduanya harus berperang dengan kondisi pasar. Apakah mereka bisa bertahan atau berbalik arah? Hanya waktu yang akan berbicara.

Pesan Moral

  • In the long run, stock market is weighting machine (Graham)
  • Debt and cash flows is your best reminder
  • Manfaatkan insight untuk menengok ke industri ritel lokal


Diterbitkan: 16 Oct 2018Diperbarui: 18 Feb 2022