Mulai hari ini kami membuka analisa terbaru sektor pakan ternak yang sebelumnya terproteksi dan hanya bisa diakses oleh Member Bolasalju menjadi terbuka untuk umum. Hal ini menambahkan contoh analisa yang kami buka untuk umum seperti emiten PZZA lalu saat baru IPO.


Disclaimer/penyangkalan: Semua informasi yang terkandung di sini diperoleh oleh Bolasalju dari sumber-sumber yang dipercaya akurat dan dapat diandalkan. Namun, informasi tersebut disajikan “sebagaimana adanya,” tanpa jaminan apa pun, dan Bolasalju, khususnya, tidak membuat pernyataan atau jaminan, tersurat maupun tersirat, mengenai keakuratan, ketepatan waktu, atau kelengkapan informasi tersebut atau sehubungan dengan hasil yang akan diperoleh dari penggunaannya. Bolasalju memiliki kebijakan ketat yang melarang penggunaan informasi orang dalam. Semua ungkapan pendapat dapat berubah tanpa pemberitahuan, dan Bolasalju tidak berkewajiban memperbarui atau melengkapi laporan ini atau informasi apa pun yang terkandung di sini. Kami berhak mengubah keputusan apa pun, kapan pun, untuk alasan apa pun. Anda harus menganggap bahwa Bolasalju dan tim masuk ke dalam transaksi sekuritas yang dibahas dalam laporannya sebelum dan sesudah waktu yang ditetapkan Bolasalju untuk mengeluarkan laporan. Kinerja masa lampau tidak menjamin kinerja di masa depan. Setiap investor bertanggungjawab terhadap hasil dan keputusan investasinya masing-masing.

*Publikasi analisa ini tidak dimaksudkan sebagai rekomendasi atau ajakan membeli/menjual saham-saham yang disebutkan. Segala kerugian transaksi saham yang Anda lakukan adalah tanggungjawab Anda sendiri.

Hak Cipta © 2019 Bolasalju. Lisensi penggunaan materi ini adalah untuk perorangan. Dilarang menyebarkan dokumen ini dalam bentuk apa pun, digital, cetak, presentasi, suara, melalui media apa pun.

Pembaca tundak pada Disclaimer ini dan dianggap menyetujui pernyataan dan mengikat. Publikasi analisa ini bersifat arsip karena data sudah tidak relevan lagi.


Pertama, Sektor Pakan Ternak

Sektor ini adalah favorit saya. Industrinya sendiri menarik. Faktor kedua, jumlah emitennya sedikit ?

Industri pakan ternak sejatinya merupakan sektor yang tak lapuk di segala zaman. Ternak, khususnya ayam, merupakan makanan sumber protein yang selalu dibutuhkan oleh masyarakat. Pada 18 Maret 2019, saat analisa sektor pakan ternak terbit, harga saham di sektor ini sudah mengalami koreksi seiring tekanan temporer di pasar saham.

Per 18 Maret 2019, CPIN telah terkoreksi -8,72% sejak harga tertingginya Rp8.600 menjadi Rp7.850 saat laporan ini disiapkan. JPFA terkoreksi lebih besar lagi hingga -25,57%, sejak harga tertinggi Rp3.050 menjadi Rp2.270. Melihat penurunan ini, ada banyak analis yang menulis rekomendasi beli untuk sektor ini terutama buat saham JPFA, karena mengantisipasi peluang untuk memperoleh kinerja terbaiknya lagi.

Saya tidak sepakat dengan rekomendasi analis-analis tadi. Dalam analisa tersebut saya merasa valuasi saham di sektor tersebut sudah di posisi teralu mahal atau tidak menawarkan batas keamanan yang cukup.

Bagaimana dengan kinerja riil perusahaan? Kedua emiten terbesar sudah menerbitkan laporan keuangannya.

Kinerja CPIN naik cukup pesat dengan menghasilkan laba sebesar Rp4.554,39 miliar dari sebelumnya Rp2.500,85 miliar atau naik 82,11%. Merujuk ke laba sebesar Rp278 per saham, setara 27x laba per harga Rp7.750 atau 23x laba per harga Rp6.400, berarti harga CPIN di posisi terakhir sudah merujuk ke kisaran rata-rata per 2015-2016.

Kinerja pendapatan JPFA sendiri menunjukkan kenaikan 14,9% dari penjualan netto sebesar Rp29,6 triliun menjadi Rp34,01 triliun. Sementara itu kinerja laba yang dicapai sangat fenomenal naik 132,3%, dari Rp933,17 miliar menjadi Rp2.167,96 miliar atau Rp187 per saham. Dibanding sahamnya, kinerja ini setara 12,03x laba per harga Rp2.250 atau 9,43x laba per harga Rp1.750. Harga JPFA di posisi terakhir ini pun ternyata masih masuk di posisi tertinggi selama 10 tahun terakhir.

Lalu, bagaimana dengan kinerja saham sektor ini? Sejak analisa terbit pada 18 Maret 2019 hingga akhir Maret 2019, saham CPIN telah turun -17,42% dari harga penutupan Rp7.750 (18/3/2019) menjadi Rp6.400 (29 Maret 2019). Sementara itu JPFA telah turun -21,56% dari harga penutupan Rp2.250 (18/3/2019) menjadi Rp1.765 (29 Maret 2019). Padahal kedua emiten telah turun saat analisa ini terbit.

Penurunan kedua emiten tersebut tentu anomali karena IHSG sendiri hanya turun -0,625% sejak 18 Maret 2019 lalu dari penutupan. Beberapa emiten LQ-45 memang sempat turun selama setengah bulan terakhir, namun minus mereka tidak sebesar kedua emiten sektor pakan ternak ini. Misalnya, saham INDF turun -10,76% dari harga Rp7.200 (18/3/2019) menjadi Rp6.425, hal ini selaras dengan kinerja labanya yang mendekati stagnan pada 2018 lalu.

Baca analisanya di sini: https://www.bolasalju.id/analisa/membaca-tanda-di-sektor-pakan-ternak/

Kedua, PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA)

Contoh analisa yang pertama kali kami buka untuk umum adalah analisa emiten pewaralaba restoran cepat saji pizza dengan brand Pizza Hut, emiten PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) pasca IPO 23 Mei 2018 lalu. Analisa tersebut kami buat karena perusahannya sendiri populer, dan industri restoran cepat saji sendiri favorit saya. Siapa sih yang nggak suka makan?

Bagaimana evaluasi analisa kami di PZZA? Proyeksi pendapatan paling agresif yang kami berikan bagi PZZA untuk tahun buku 2018 sebesar Rp3.424 miliar. Realisasinya PZZA memperoleh penjualan netto sebesar Rp3.573 miliar. Kami meleset kurang 4,35%. Untuk laba kami memakai rasio sederhana, kami proyeksikan PZZA meraih laba sebesar Rp159,9 miliar atau Rp52,39 per saham (menurut jumlah saham pasca IPO). Ternyata PZZA berhasil merealisasikan laba sebesar Rp173,09 miliar, atau selisih Rp13,19 miliar dari proyeksi kami.

Namun, menurut saya hasil ini masih cukup rasional. Saya rasa selisihnya 4,35%-8,25% juga rasional karena kami memakai kalkulasi dari angka-angka riil, bukan proyeksi kasar belaka. Investor konservatif lebih baik mengambil proyeksi rendah daripada terlalu ambisius.

Bagaimana kinerja saham PZZA pasca IPO? Saya tidak memantau saham PZZA lagi pasca IPO. Ternyata saham PZZA sempat turun ke Rp840 per saham Desember 2018. Akhirnya saham PZZA naik menjadi Rp1.220 per akhir Maret 2019 ini, atau kinerja +45,24%. Sejak IPO saham PZZA memperoleh kinerja 10,91% dari harga penawaran Rp1.100.

Baca analisa PZZA di sini: https://www.bolasalju.id/analisa/pzza-28-mei-2018/

Ketiga, Contoh Ide yang Targetnya Tercapai

Soon to be updated.


Diterbitkan: 31 Mar 2019Diperbarui: 4 Dec 2023