Tulisan ini adalah intisari dari isi bab 18 dalam buku One Up on Wall Street yang ditulis oleh Peter Lynch. Saya merasa perlu membahas isu ini karena pikiran-pikiran ini sering dirasakan oleh investor, termasuk saya. Pembahasan adalah komentar bebas saya berdasarkan teks yang ada di buku tersebut di halaman 254 dan seterusnya.

1. If it’s gone down this much already, it can’t go much lower

Harga saham sudah turun terlalu rendah, tak masuk akal harganya akan jatuh lagi. Kita sering berpikir begitu. Tapi kenyataannya harga saham bisa turun lebih dalam lagi. Setelah memikirkan kenapa saham turun, kita tentu akan berusaha mencari cerita buruk, melakukan analisa fundamental keuangan perusahaan, bila perlu setiap hari dalam seminggu. Kita biasanya punya dua kesimpulan ini:

  • Kita memegang saham pemenang, tak ada yang salah. Maka satu hal yang perlu disiapkan adalah dana. Saham pemenang kita sedang memberi kesempatan kita untuk memberi keuntungan yang lebih banyak.
  • Kita memegang saham jelek, ternyata ada analisa kita yang salah. Maka secepatnya keluar. Saham kalah akan cenderung kalah dan tak akan bisa kembali ke harga yang lebih tinggi lagi dalam waktu cepat.

2. If it’s gone this high already, how can it possibly go higher

Jika harga sudah beranjak setinggi ini, bagaimana bisa ini bisa lebih tinggi lagi.

Bila harga saham naik dan naik lagi, pastikan bahwa kenaikan itu karena hal wajar atau tak wajar. Riset kembali, cari cerita baik dan cerita buruk perusahaan, cek kembali fundamental, bila perlu hingga 5 kali seminggu itu (kita bisa terlalu santai menghadapi berita baik bukan?), lalu putuskan dua hal ini:

  • Bila kenaikan masih dalam batas harga wajar, dan kenaikan dalam gerakan lambat, kita bisa abaikan kenaikan itu. Harga saham bisa membumbung tinggi, tinggi, dan lebih tinggi asal perusahaan masih mencatatkan pertumbuhan yang bagus dan dikelola baik. Pengalaman investor profesional mengatakan pertumbuhan saham perusahaan bagus adalah tidak terbatas. Tak ada istilah target jual pada harga buat para investor.
  • Bila kenaikan sudah melebihi batas harga dan sangat keterlaluan, apalagi bergerak dalam jangka waktu yang cepat, ini hal tidak wajar. Ambil keuntungan tak ada salahnya.

3. It’s only $3 a share: what can I lose?

Jika harga saham hanya 50-an, apa yang bisa saya sesalkan? Ini adalah pemikiran salah. Saham berharga kecil lebih punya potensi kerugian yang sangat cepat. Saham 50 bergerak ke 40 saja kita sudah rugi 20%. Bandingkan dengan saham 10.000 yang turun ke 9.000, atau hanya 10%. Perhatikan persentasenya, bukan nilainya.

4. Eventually they always come back

Pada saatnya harganya akan kembali. Ini juga pemikiran khas spekulator. Sekali lagi, bila ada fluktuasi harga, pastikan untuk riset kembali. Cari cerita baik dan buruk, yakinkan diri kita bahwa kita berinvestasi di perusahaan jagoan. Bila cerita buruk, segera lepaskan. Saya pernah memikirkan hal serupa dan mencatat kerugian 1,6 juta dari investasi senilai 6,5 juta. Parah kan?

5. It’s always darkest before the dawn

Hari akan selalu lebih gelap setelah senja datang. Lynch memfokuskan hal ini pada tendensi manusia untuk tidak percaya bahwa hal buruk tidak akan bisa lebih buruk lagi. Ini mirip pada pemikiran nomor 1 di atas. Tapi mari kita pikirkan pada industri dan ekonomi makro. Investor harus selalu siap meski tidak perlu terlalu khawatir. Ekonomi makro yang buruk bisa mempengaruhi investasi kita. Ekonomi bisa lebih buruk lagi. Yang perlu kita yakinkan adalah bagaimana manajemen tempat kita berinvestasi menangani masalah tersebut, apakah mereka menyalahkan kondisi ekonomi ataukah mereka siap dengan berbagai strategi untuk mengatasinya. Hari akan gelap setelah senja. Tapi jangan lupa setelah malam pasti datang pagi.

6. When it rebounds to $10 I’ll sell

Jika harga kembali ke 100 akan saya jual. Seringkali investor jangka pendek berpikiran seperti ini. Mereka beli sebuah saham di harga 100, lalu saham turun ke 95, ke 90, saham sempat naik ke 95. Mereka berpikir jika harga kembali ke 100 mereka akan menjualnya. Ada dua hal yang mungkin terjadi pada kejadian seperti ini:

  • Saham makin jatuh terpuruk karena kenyataannya perusahaan sudah stagnan. Sahamnya tak pernah kembali ke 100 lagi.
  • Saham kembali ke harga 100, dan ternyata perusahaan memang bagus, lalu investor tersebut menjualnya karena takut rugi besar seperti dulu. Lalu harga saham ternyata meroket hingga 200, 300 bahkan 500. Setahun kemudian baru diketahui harga wajarnya memang di kisaran 500.

Saya pernah mengalami dua kejadian di atas, maka Anda jangan mengalaminya. Riset. Riset. Dan selalu riset. Putuskan jual bila memang analisa kita sebelumnya salah, apalagi setelah ada kesempatan rebound sedikit.

7. What me worry? Conservative stocks don’t fluctuate much

Apa yang harus dikhawatirkan? Saham konservatif tidak berfluktuasi terlalu banyak. Sebenarnya Lynch bicara tentang saham semacam perusahaan utilitas. Tapi ini berlaku teradap saham yang sering kita anggap aman dan stabil, dengan kinerja cukup konservatif, pertumbuhan stagnan, kadang sahamnya juga tidak bergerak lama. Apa yang harus dikhawatirkan dengan saham begitu? Yang perlu dikhawatirkan seharusnya kinerjanya yang stagnan. Jika demikian, lebih baik memilih saham perusahaan lain yang punya kinerja lebih bagus.

8. It’s taking too long for anything to ever happen

Ini membutuhkan waktu terlalu lama agar sesuatu terjadi. Bagi investor jangka panjang seringkali mempunyai pikiran ini. Setelah 7 bulan pegang saham kenapa harganya tidak naik-naik. Fluktuasi hanya beberapa poin, naik turun seperti yoyo, tapi dalam area kecil. Memegang saham yang lama tak bergerak seperti membuat kita merasa melakukan kesalahan pemilihan. Tapi bila ada saham yang tidak bergerak dalam tahunan, mungkin kita harus siap. Intinya kita harus selalu berbekal analisa dari riset. Kalau semua cerita masih bagus kenapa takut lama?

9. Look at all the money I’ve lost: I didn’t buy it!

Ah saya sudah rugi jutaan, lebih baik saya keluar, saya tidak percaya hal ini lagi. Saat ini saya sudah rugi 1 juta rupiah lebih di salah satu saham. Tapi saya mencoba mengabaikan kerugian ini. Pada Februari tahun lalu saya merasakan rugi 2,5 juta dari investasi saham saya, di tahun pertama saya masuk saham! Faktanya kekayaan saya tidak berkurang satu persen pun, hanya angkanya berubah, dan angka ini bisa berubah-ubah. Kalau saya tak percaya lalu keluar saat itu tentu saya tak akan pernah merasakan untung hampir 200%.

10. I missed that one, I’ll catch the next one

Aku kehilangan saat itu, aku akan menangkap peluang berikutnya. Hal ini adalah tentang keserakahan. Saya sering merasakan hal ini. Maka saya ingin menangkap peluang lainnya, berharap sahamnya jatuh atau mencari saham sejenis. Pemikiran seperti ini bisanya melelahkan dan merusak psikologi investasi kita. Abaikan apa yang kita lewatkan. Fokus pada perusahaan menarik yang masih tersedia. Dijamin pikiran kita lebih santai dan tenang. Dan jangan lupa, saham bagus masih bisa berharga cukup murah asal perusahaan tersebut tumbuh cukup pesat.

11. The stock’s gone up, so I must be right or
12. The stock’s gone down, so I must be wrong.

Harga sahamnya sudah naik, berarti saya benar, atau harga sahamnya sudah turun, saya pasti salah. Keduanya merupakan pikiran yang konyol bukan? Fluktuasi itu biasa saja. Kenyartaannya naik turun harga saham tidak mengubah kekayaan kita. Nilai pasar kita berubah tentu saja. Tapi itu biasa saja.

Tulisan ini adalah juga sebagai pengingat bagi saya sendiri, jadi mari mulai sekarang berhenti berpikir konyol tentang harga saham kita. Selamat berinvestasi!


Diterbitkan: 13 Mar 2012Diperbarui: 18 Feb 2022