Membaca laporan keuangan secara detil dirasa berat oleh setiap orang yang ingin menjadi investor saham. Apakah benar ada gunanya membedah laporan keuangan seperti itu? Temukan jawabannya di rubrik Tanja (Tanya Jawab) di edukasi investasi Bolasalju ini.

Pertanyaan

Ada yang ingin saya tanya kepada Bolasalju, tiap sekuritas menyediakan tool analis fundamental. Di dalamnya ada EPS, PER, PBV, ROA, ROE, dst. Apakah data itu bisa untuk mengukur fundamental perusahaan? Ataukah kita harus membedah dan membaca Laporan Keuangan (LK) perusahaan yang bisa kita unduh di situs IDX?

Suadi Iskandar

Jawaban

Terima kasih atas pertanyaannya.

Data dari Broker

Data dari broker/sekuritas tentu bisa dipakai. Asal data-datanya akurat, ya pak.

Saya punya pengalaman beberapa kali, data dari broker ada kekeliruan kalkulasi, dan ketika saya bandingkan dengan data aslinya justru keliru. Hal ini bikin saya bingung. Akibatnya sampai sekarang saya tak percaya data dari broker itu.

Mungkin sekuritas Bapak datanya lebih bagus, silakan saja dipakai. Atau minimal jadi ukuran awal penyaringan.

Apakah Harus Membaca Laporan Keuangan (LK)?

Apakah harus membaca laporan keuangan? Tidak ada keharusan. Saya kira masih mungkin seorang investor membuat keputusan investasi tanpa terlibat langsung dalam analisis fundamentalnya. Dan saya kira investor masih bisa sukses dengan cara itu. Meskipun, saya kira punya sedikit catatan.

Jika seseorang ingin membuat keputusan investasi yang lebih yakin dengan data yang lebih mendalam, seyogyanya tiap investor membedah Laporan Keuangan. Kalau kita tahu DER suatu perusahaan di atas 2 (dua); angka ini saja sudah kritis. Tapi kalau ia sudah membedah LK dan melihat sebenarnya utang perusahaan larinya ke pembangunan pabrik baru yang akan menambah ekspansi pabrik dua kali lipat, investor akan tahu ada potensi besar di perusahaan itu ke depan, dibanding pesaingnya yang mempunyai utang normal saja di bawah 1, tapi tidak ada rencana ekspansi.

Ada contoh lain, misalnya sebuah perusahaan labanya negatif, tapi dia tahu dari alur laporan keuangan bahwa laba tahun ini tergerus oleh selisih kurs, hal ini tentu bukan kasus berat untuk beberapa industri tertentu. Dalam kejadian lain ada perusahaan labanya terkurangi oleh biaya keuangan karena manajemen memutuskan membayar hutang lebih banyak, kalau investor baca kasus seperti ini justru keputusan manajemen sangat baik. Tapi kedua kasus ini jika dibaca oleh data laba bersih saja, kita hanya tahu bahwa perusahaan menorehkan laba negatif. Begitu contoh kelemahannya.

Ada lagi kasus sebaliknya, perusahaan menorehkan laba positif setiap saat. Kinerjanya terlihat ciamik. Tapi ketika kita telaah laporan keuangannya justru arus kas menggambarkan keadaan lain. Sebenarnya sangat kritis. Hal itu bisa dibuktikan dari neracanya yang setiap saat makin lemah, utang makin bertambah. Sementara itu manajemen tidak punya rencana ekspansi atau rencana penyelamatan keuangan.

Tanpa Membaca Laporan Keuangan

  • Investor tak akan tahu rencana ekspansi jika manajemen tidak mengundang media massa untuk menyebarkannya. Andai media sudah memberitakannya, jika investor tidak membaca sendiri, ia pun tak akan tahu hal itu.
  • Investor tak akan tahu kenapa perusahaan mengalami laba negatif, seperti dua kasus di atas, padahal sebenarnya perusahaan baik-baik saja.
  • Investor tak akan awas dengan perusahaan yang selalu menorehkan laba positif sementara arus kasnya menggambar kekuatan keuangan perusahaan digerogoti oleh utang yang makin bertambah.

Kesimpulan

Menjadi investor dengan melihat rasio-rasio adalah satu tingkat. Dengan menelaah secara mendalam Laporan Keuangan dan tahu “jeroannya”, investor akan naik tingkat mendekati menjadi owner perusahaan. Apakah bagus menjadi owner? Di sebuah perusahaan yang punya potensi tumbuh pesat dan punya potensi pasar bagus, tentu dahsyat sekali. Dan itu semua bisa dipelajari dari LK, tidak hanya dari angka-angka terkomputerisasi saja.

Semoga membantu.


Diterbitkan: 10 Mar 2017Diperbarui: 18 Feb 2022