Menurut laporan InfoBank, Financial Reform Institute mencatat pertumbuhan kelas menengah di Indonesia tahun ini tumbuh 50% atau sekitar 134 juta. Dengan mengabaikan kriteria penentuan kelas menengah, kabar ini saja sudah cukup baik. Ini tanda ekonomi tumbuh. Kas keluarga makin gemuk. Dan ada dua hal yang mungkin terjadi: pertama, potensi belanja tumbuh; dan kedua, investasi pun tumbuh.

Mari kita ikuti tentang pertumbuhan investasi. Ketika bertemu teman, saya tentu senang mendengar kesuksesan mereka. Karir menanjak. Anak bertambah. Lalu ada cerita mereka juga sudah punya tabungan jangka panjang. Saya gembira mendengarnya. Siapa yang tidak gembira mendengar temannya sukses? Lalu kami ngobrol lebih lanjut dan mereka cerita tentang produk kawinan antara asuransi dan investasi ini, yang konyolnya di-branding sebagai asuransi. Nama produk hasil kawin campur ini macam-macam: ada asuransi pendidikan, kadang-kadang diberi nama tabungan rencana masa depan, atau dana pensiun, atau unitlink. Intinya adalah kombinasi asuransi dan investasi.

Ada pula kawan-kawan lain yang berinvestasi dalam format lain, misalnya: ada yang memilih properti, sebagian membiakkan kilau emas di lemarinya, ada pula yang antipati terhadap dunia keuangan modern dan memilih investasi real seperti berternak atau kegiatan wirausaha lainnya.

Semua jenis kegiatan menabung dan investasi itu positif, kalau pelakunya sudah tahu profilnya, sudah mengenal risikonya, sudah mengenal sisi positif negatifnya. Masalahnya ternyata banyak sekali yang ikut unitlink, ikut produk menabung dan asuransi, juga berinvestasi emas dan properti, tanpa tahu faktor risiko dan prospek return yang bisa mereka harapkan. Kesannya, semuanya bagus. Kesannya, ini semua banyak yang ikut, maka seharusnya baik-baik saja.

Asuransi dan Unitlink

Saya dengar ada saja kawan-kawan yang tidak tahu detail jenis tabungan yang mereka ambil tersebut. Alih-alih untung, banyak yang panik ketika tahu unitlink-nya merugi hingga 75%, padahal mereka sudah menabung 5 tahun, misalnya. Atau ada pula yang mengambil produk asuransi + investasi, tapi ternyata pengembaliannya tidak cukup ketika dibutuhkan. Kalau sudah tahu begini, begitu ditanya, apakah mereka tahu apa yang mereka ambil? Ternyata tidak. Padahal unitlink atau yang diberi cap “asuransi pendidikan” itu kan produk investasi berbasis reksadana dikombinasikan asuransi. Semua ada risiko turun. Belum lagi “premi” yang mereka bayar harus masuk dulu untuk komponen “biaya-biaya”.

Lalu kenapa banyak yang ikut? Ada yang bilang karena agen yang menawarkan produk adalah teman, mereka percaya temannya pasti punya niat baik. Ada pula yang merasa kasihan sambil berpikir toh ini tabungan jadi tidak salah untuk mencoba. Ada yang hanya iseng siapa tahu untung toh ada uang lebih di luar keperluan hidup tiap bulannya.

Itulah ironi. Industri asuransi kita tumbuh pesat, tapi edukasi produk ke publik sepertinya menyesatkan. Apakah karena publik kita memang awam dengan dunia finansial? Kesempatan yang bagus untuk mengeruk premi, demi mendapat dana rutin tiap bulan? Kita sering lihat pamer iklan berbagai perusahaan dalam 1 halaman penuh, bahkan akhir-akhir ini sering 4 halaman penuh, itulah tanda kesuksesan industri mereka. Apakah itu karena industri asuransi murni? Saya kok meragukannya.

Emas dan Dinar

Jenis penyesatan lain adalah edukasi investasi berdalih agama dan juga iming-iming keuntungan yang tidak benar. Investasinya adalah emas. Ada yang bernama emas batangan, Logam Muia, atau juga dinar. Tentang produk terakhir ini, konyolnya, para pendukung produk ini mengkampanyekannya sebagai sebuah gerakan dakwah atau kegiatan ibadah. Menabung itu memang baik, dan pasti termasuk ibadah. Tapi kemudian menganggap satu produk investasi ibadah dan lainnya tidak? Ya jangan keterlaluan lah. Saya beragama Islam tapi kegiatan edukasi investasi berdalih ibadah ini keterlaluan. Lalu ada pula iming-iming bahwa investasi emas tidak pernah turun nilainya, maka cocok untuk investasi jangka panjang. Apakah benar? Harga emas pernah turun. Instrumen emas pun, menurut saya, tidak cocok untuk investasi jangka panjang, karena pengembaliannya terbukti tidak cukup tinggi.

Sejarah harga emas dalam 10 tahun terakhir fluktuasinya memang cukup baik, sekitar 481%. Tapi kalau diambil jangka lebih panjang lagi, untuk 15 tahun performanya hanya 294%. Untuk 20 tahun performanya hanya sekitar 324%. Dengan mengacu ke data ini, apakah cocok untuk investasi jangka panjang? Saya rasa kurang tepat. Dengan metode DCA pada saham Indofood saja kita bisa mendapatkan return 353% untuk periode 10 tahun, pada 20 tahun tentu akan lebih baik lagi. Contoh lain, kalau dibandingkan return reksadana saham terkemuka, dalam 10 tahun bisa menghasilkan lebih dari 1500%. Bandingkan dengan emas?

Properti

Jenis investasi ini juga mengalami perkembangan dan cenderung booming pada beberapa tahun terakhir. Macam-macam pula edukasi ke publik. Ada “Senin harga naik” lah. Ada yang bilang harga properti tidak pernah turun. Bahkan belakangan ada yang kampanye 1 properti untuk masing-masing anak, ini tentu memicu demand berlebihan. Tentu saja properti itu baik. Properti memang lebih terjaga nilainya. Harga properti bisa naik 10% hingga 30% per tahun. Tapi apakah properti juga salah satu jenis investasi? Kalau kita tidak tinggal di properti itu, artinya disewakan, itu adalah investasi. Kalau properti hanya satu dan kita tinggal di situ, properti hanyalah aset saja.

Properti bisa jadi salah satu alat investasi, kalau kita bisa mendapatkan penghasilan tambahan darinya. Kalau hanya didiamkan saja, pertumbuhan harganya masih kalah oleh jenis investasi lain, seperti saham. Belum lagi biaya-biaya: pajak, renovasi, perawatan, dan lain-lain. Dan, harga properti juga bisa turun, misal kalau lokasi terkena banjir, bencana, lingkungan yang berubah buruk, dll.

Reksadana dan Saham

Kalau mau masuk ke dunia pasar modal, ada peringatan tambahan, Anda harus lebih berhati-hati. Ada banyak jenis investasi di pasar modal: reksadana, obligasi, ORI, sukuk, saham, derivatif, futures, dan mungkin produk lainnya. Untuk sederhananya kita membahas reksadana dan saham saja.

Kalau ingin cara gampang, reksadana lah jalannya. Bila tujuan yang ingin dicapai adalah investasi jangka panjang, reksadana saham pilihannya. Nah kalau mental (dan juga modal) sudah siap, silakan masuk ke saham. Peluang saham sejauh ini sangat positif. Indikator Indeks Harga Saham Gabungan menunjukkan arah yang positif, bahkan tahun ini memecahkan rekor tertingginya. Ini tentu menandakan saham-saham di dalamnya selalu tumbuh.

Seperti sudah kami jelaskan dalam seri mengenal saham, saham mempunyai keuntungan dividen dan nilai kapital dari berubahnya harga saham. Aturan masuk saham hampir sama dengan semua jenis investasi lainnya. Pelajari profilnya, risikonya, pelajari sungguh-sungguh profil perusahaan, laporan keuangan, dan juga kompetitor perusahaan. Yakinkan dapat harga yang murah, lalu mantapkan beli. Ikuti fakta dan bukan gosip. Jangan ikut-ikutan dalam membeli saham. Pantau data perusahaan dan selalu evaluasi investasi secara rutin.

Kalau ingin cara mudah dalam berinvestasi saham, kita bisa menggunakan metode dollar cost averaging. Ini cara gampang dan sederhana untuk berinvestasi saham, dan secara statistik terbukti menguntungkan.

Wirausaha

Wirausaha adalah jenis investasi yang terbaik. Potensi keuntungannya tidak terbatas. Tapi risikonya juga terburuk. Kita bisa bangkrut dan tidak dapat apa-apa. Namun kalau kita siap, dengan berwirausaha dan dilaksanakn sungguh-sungguh, tentu akan membuka potensi keuntungan yang bagus. Namun, tetap seperti jenis investasi lain, janganlah wirausaha dimulai karena ikut-ikutan. Jangan pula wirausaha hanya karena diajak teman, tak bisa menolak kalau tidak gabung, dst.

Itulah sekilas pembahasan tentang berbagai macam investasi dengan segala kemungkian risikonya. Kuncinya sederhana, kita harus selalu mempelejari secara serius semua jenis investasi yang akan kita masuki. Kita harus pelajari semua nilai positifnya. Kita harus teliti semua hal negatifnya. Kita harus paham dan mengerti semua risikonya. Setelah mempejari hingga tuntas, silakan mencairkan uang di bank untuk terjun ke investasi tersebut, apa pun itu. Pelajari, tentukan tujuan, dan pantau dengan baik. Bila ada kesalahan evaluasi. Bila ada perkembangan baru sesuaikan, dan investasi kembali. Peringatan lain: jangan berutang dalam investasi. Jangan menggadaikan rumah yang Anda tinggali biarpun ada iming-iming potensi keuntungan segunung di depan mata. Kalau kita berhati-hati, waspada, dan tidak lelah untuk belajar, jenis investasi apa pun niscaya mudah untuk kita taklukkan.


Diterbitkan: 2 Jun 2011Diperbarui: 9 Feb 2022