Pagi hari sebelum pasar buka, seperti biasa ada banyak email datang dari perusahaan sekuritas saya menjadi anggota bursa. Biasanya mereka mengirim rekomendasi transaksi saham, laporan keuangan perusahaan tertentu, perkembangan bursa dan pasar regional, kadang-kadang analisis emiten, dan sebagainya.

Hari ini ada satu kiriman yang agak aneh, sebuah rumor.

Setelah saya baca, ternyata rumor itu tidak dibuat oleh pihak sekuritas, melain sebuah berita dari detikfinance: Hedge Fund Asing Incar Saham Floating BBTN.

Saya tidak akan mengajak untuk berburu saham itu, namun saya ingin mengajak untuk memahami logika rumor. Kenapa perlu dipahami? Sebab dengan memahami logika rumor, kita bisa paham bahwa rumor hanya rumor, atau rumor bisa dianggap sebagai peringatan. Kalau yang terakhir itu jadinya, kita jadi punya pegangan bila ada berita sesungguhnya datang.

Saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) dikabarkan tengah diincar oleh hedge fundasing. Atas rencana ini, sejumlah bandar sedang mempersiapkan untuk mengerek saham BBTN hingga ke level Rp 2.000 per lembar.
Berita ini terlihat sangat lemah. Tidak ada referensi yang jelas. Satu-satunya sumber juga tanpa identitas, dan hanya menyebut dirinya pelaku pasar. Pelaku pasar itu siapa? Saya, Anda, dan penulis tulisan itu mungkin juga pelaku pasar.

Dari paragraf ini, ada beberapa hal lucu: 1) Siapa mengabarkan saham BBTN diincar hedge fund? 2) Sejumlah bandar itu siapa? Sejumlah itu nominal berapa? Bisa satu, bisa sepuluh, bisa seribu. Apakah mereka ada hubungannya dengan hedge fund asing tadi?

Jadi karena ada kabar BBTN kinerjanya bagus, tentu saja para hedge fund asing, orang-orang yang punya duit dan ingin mampir di bursa Indonesia itu ingin memiliki saham BBTN. Wajar? Tentu saja wajar. Logika normal di mana saja akan berkata bila ada perusahaan yang kinerjanya bagus, maka biasanya sahamnya diincar oleh siapa saja, tak hanya hedge fund asing saja.

Untuk membicarakan kalimat kedua, mari kita pakai logika pasar gelap. Andaikan ada sejumlah orang yang disebut bandar di bursa saham, dan saya yakin ini mungkin ada. Anggap saja mereka orang yang punya duit dan ingin kaya secara mudah, kita biasanya memanggil mereka sebagai spekulan. Jadi, kabarnya, ada bandar yang ingin menaikkan harga saham (mengereknya) agar sampai 2000-an. Begitu? Kenpaa dikerek? Sebab mereka berharap agar bisa untung banyak, dengan cara menjual lagi saham itu bila nanti naik membumbung tinggi tentunya.

Dari sini logika salah kaprah itu sudah ketemu. Kalau sebagai investor yang hati-hati, kita tentu saja harus menolak dan tidak mengikuti alur logika yang dibangun oleh rumor ini. Bila kita ikuti logika rumor ini, kita dipaksa membeli saham tanpa perhitungan dan kehati-hatian, hanya berdasarkan harapan agar untung besar kalau saham BBTN menyentuh angka 2000. Padahal logika orang dagang di mana saja pasti sama bukan? Beli kalau lagi murah. Dan jual kalau sedang tinggi.

Apakah 1570 untuk BBTN itu murah? Hitung-hitungan lah yang bisa mengatakannya. Bila angka 1570 masuk kategori mahal, kita seharusnya tidak membelinya, apapun rumor yang beredar di pasar. Bila 2000 itu masih kategori murah, maka kita bisa yakin membelinya, apa pun rumor bilang bahwa harga itu sudah maksimal.

Saham bukan pasar gelap. Meski mungkin ada spekulan yang bermodal besar dan punya niat memainkan harga saham tertentu. Namanya juga spekulan. Kita sebagai investor yang pintar dan hati-hati tidak bisa hanya mengikuti arus pergerakan harga pasar. Tak perlu pusing dengan pergantian harga sehari-hari. Yang perlu kita pikirkan adalah kinerja perusahaan itu sudah sesuai dengan harapan kita dan apakah itu tercerminkan pada harganya?

Saya tidak setuju sebuah sekuritas mengirimkan berita semacam ini ke pelanggannya. Ini seolah-olah mengatakan bahwa mereka menganjurkan kita mengikuti alur logika rumor tersebut. Rumor beredar setiap hari di pasar. Dan pasar saham di mana saja memang mudah tergerus oleh rumor, apakah itu rumor baik atau buruk, mereka yang tidak punya sandaran yang bagus untuk investasinya pasti akan goyah.

Salam investasi!


Diterbitkan: 24 Mar 2011Diperbarui: 9 Feb 2022