Setelah valuasi harga wajar saham model Graham dan rasio PEG, kali ini kita bahas model valuasi terakhir dan populer digunakan, yaitu valuasi harga wajar saham dengan metode Discounted Cash Flow yang dikenalkan oleh Jonn Burr Williams. Konsep dan teori DCF sudah pernah diulas sebelumnya.

Model valuasi ini menghitung nilai perusahaan, proyek, atau investasi berdasarkan arus kas yang dihasilkan, untuk beberapa tahun proyeksi ke depan, lalu mendiskonnya ke harga sekarang. Ada berbagai penerapan valuasi ini, biasanya terkait lama proyeksi dan parameter yang digunakan. Lama proyeksi umumnya menggunakan waktu 10 tahunan dan 5 tahunan. Parameter biasanya berhubungan dengan suku bunga diskon, karena pilihannya banyak: WACC, suku bunga obligasi, dst. Saya cenderung memilih parameter yang lebih besar, agar (lagi-lagi) konservatif karena sifatnya pendiskon atau pembagi.

Konsep Sederhana

Sering kita membaca analisa emiten dari penilai atau analis di sekuritas. Dalam analis tersebut,  ada valuasi harga wajar saham yang menggunakan cara yang agak rumit dengan variabel yang susah didapat oleh investor awam, misalnya pertumbuhan relatif industri, proyeksi harga dan komponen bahan baku, dan banyak lagi variabel atau asumsi lainnya sebagai elemen hitungan proyeksi mereka. Kita pilih cara yang sederhana.

Untuk implementasinya saya pakai cara sederhana yang diajarkan Charles S. Mizrahi di buku Getting Started in Value Investing.

Pilihan untuk cara sederhana ini misalnya, proyeksi hanya 5 tahun, lalu tidak memakai proyeksi macam-macam dalam arus kas seperti proyeksi beban perusahaan, proyeksi investasi, dan mungkin proyeksi lainnya. Kita akan berurusan dengan laba saja. Laba adalah akhir cerita dari semuanya, jadi sederhana dan cukup akurat. Agar aman, perusahaan yang diukur harus mempunyai pertumbuhan yang stabil, bukan fluktuatif. Meski sederhana, kita bisa berargumen cara kompleks pun bisa mengundang kekeliruan ketika berbagai proyeksi (inflasi lebih tinggi, beban naik, pendapatan turun, dst) yang diasumsikan tidak bekerja. Maka lebih baik pakai cara yang paling sederhana tapi tetap menjaga semangat konservativisme.

Konsep sederhana valuasi ini bukan menghitung berdasarkan arus kas bebas perusahaan, dus menghitung proyeksi pendapatan, proyeksi beban, proyeksi inflasi yang mempengaruhi beban dari komoditas yang dibayar, dst (biasanya disebut Future Cash Flow to Equity Model)—tapi kita akan menghitung arus kas yang diharapkan investor. Saya kira boleh saja kita sebuah sebagai DCF pula, uraian singkatnya demikian:

  • Kita cari proyeksi laba perusahaan selama lima tahun ke depan dengan ekspektasi pertumbuhan yang konservatif.
  • Dari total proyeksi laba tersebut, bila perusahaan membagikan dividen, maka kita bisa cari tambahan arus kas (pendapatan) yang didapat investor
  • Dari total dividen dan laba itulah nilai perusahaan pada lima tahun mendatang
  • Nilai perusahaan lima tahun tersebut bisa kita diskon ke nilai di masa sekarang
Sederhana bukan? Memang sederhana. Setelah ini kita coba uraian lengkapnya.

Cara Sederhana Valuasi Harga Wajar Saham

Data yang Diperlukan

Beberapa data ini diperlukan sebelum kita melakukan valuasi:
  • Laba per lembar saham (atau EPS)
  • Dividen per lembar saham
  • Ekspektasi pertumbuhan jangka panjang, bisa diambil dari rata-rata pertumbuhan lima tahun
  • Harga saham sekarang
  • Tingkat diskon yang kita inginkan
Kita akan coba hitung valuasi harga wajar saham XYZA dengan data berikut:
  • EPS Rp50
  • Dividen per lembar saham Rp10
  • Rata-rata pertumbuhan lebih dari 20%
  • Harga saham Rp450
  • Tingkat diskon yang kita inginkan 20%. Disebutkan bahwa Buffett biasanya menggunakan tingkat diskon 15%. Parahita menggunakan parameter 18,61%, tapi bila asumsi deposito dimutakhirkan jadi sekitar 4-5% (dia pakai 8%), maka hasil akhir sekarang jadi 15%-an juga. Karena kita ingin konservatif, kita pakai 20% saja, sesuai risiko Indonesia. Darimana angka ini berasal? Tingkat diskon ini sifatnya subyektif, Anda bisa pakai angka berapa saja. Tapi bila ingin konservatif, gunakan angka di atas 15%. Angka 20% digunakan sebagai contoh.

Asumsi: Batas Proyeksi yang Kita Inginkan

Sebelum mulai menghitung, tahap awal untuk menentukan berapa harga wajar saham yang kita inginkan adalah menentukan proyeksi pertumbuhan laba per saham (EPS) selama lima tahun ke depan dan proyeksi PER-nya.

Aturan sederhana untuk pertumbuhan EPS:

  • Bila pertumbuhan EPS perusahaan lebih dari 15%, kita pakai 15% sebagai proyeksi.
  • Bila pertumbuhan EPS kurang dari 15%, kita gunakan pertumbuhan 10% sebagai proyeksi.
Kenapa 15%? Kenapa 10%? Itu adalah batas pertumbuhan wajar yang diterima, sebagaimana dicontohkan Mizrahi, untuk perusahaan tumbuh pesat dan pertumbuhan rendah. Pembatasan ini adalah semacam jaring pengaman agar valuasi kita tidak terlalu optimistis bila menggunakan pertumbuhan asli, misalnya ada perusahaan yang tumbuh 30%.

Perusahaan XYZA punya pertumbuhan jangka panjang 20%, maka kita pakai pertumbuhan 15% saja.

Untuk Proyeksi PER di Akhir Tahun ke-5:

  • Bila PER di atas 20, kita gunakan 17
  • Bila PER 20 ke bawah, kita gunakan PER 12
Rasio P/E (PER) saham di pasar secara historis rata-rata berada di 17. Hanya sedikit perusahaan yang bisa mencapai PER di atas 17. Dengan asumsi ini, kita sebenarnya ingin membayar perusahaan hingga batas 12 kali laba saja atau 17 kali untuk perusahaan yang lebih populer.

Perusahaan XYZA punya PER = 450 ÷ 50 = 9, maka proyeksi PER yang kita inginkan adalah 12 kali.

Tahap 1: Total laba per saham selama lima tahun berdasarkan pertumbuhan 15 persen

Proyeksi 15%Proyeksi EPS di Akhir Tahun
EPS di Tahun 150 × 15%57,5
EPS di Tahun 257,5 × 15%66,13
EPS di Tahun 366,13 × 15%76,04
EPS di Tahun 476,04 × 15%87,45
EPS di Tahun 587,45 × 15%100,57
TOTAL EPS 5 Tahun387,69

Tahap 2: Proyeksikan Harga Saham di Tahun ke-5 dari Proyeksi PER dari EPS

Dengan asumsi pertumbuhan laba 15% per tahun, kita dapat EPS saham XYZA di tahun ke-5 adalah 100,57. Proyeksi PER yang kita pakai adalah 12 kali. Maka kita bisa dapat harga saham XYZA di tahun ke lima adalah:
  • Harga Saham Tahun ke-5: 100,57 × 12 = 1.206,81

Tahap 3: Menghitung Pendapatan dari Dividen

Kita tahu XYZA membagikan dividen, maka kita harus pertimbangkan pula arus kas yang kita dapat. Sebaiknya mencari rerata rasio pembagian dividen (dividend payout ratio), bukan dari rasio tahun terakhir saja. Bila tidak ada data demikian, bisa pula pakai rasio tahun terakhir tapi diperkecil agar konservatif.
  • Rasio pembagian dari laba: Dividen ÷ EPS = 10  ÷ 50 = 20%
  • Total proyeksi EPS selama lima tahun adalah 387,69. Maka proyeksi pendapatan dividen adalah: 20% dari total laba ini = 20% × 387,69 = 77,54
Bila ada perusahaan yang tidak membagikan dividen atau dividennya sangat kecil, angka ini bisa dibuat nol saja.

Tahap 4: Mencari Total Harga Saham

Kemudian jumlahkan harga saham di tahun ke-5 dengan pendapatan dari dividen (hasil dari Tahap 2 dan Tahap 3). Inilah nilai proyeksi saham yang bisa kita dapatkan di akhir tahun ke-5.
  • Total Harga Saham: 1.206,81 + 77,54 = 1.284,35

Tahap 5: Mendiskon Harga Saham ke Nilai Sekarang

Tahap terakhir adalah mendiskon (membagi) total harga saham di tahun ke-5 sehingga bisa kita dapat nilainya saat ini. Tingkat diskon yang kita inginkan adalah 20%, maka kita bisa membagi tahun per tahun dengan 120% (hasil dari 100% + 20%). Rincian hitungannya seperti di bawah:
Diskon 20%Harga Wajar Saham Tahun Tsb.
Harga Wajar Saham Tahun 51.284,35 ÷ 120%1.070,29
Harga Wajar Saham Tahun 41.070,29 ÷ 120%891,91
Harga Wajar Saham Tahun 3891,91 ÷ 120%743,26
Harga Wajar Saham Tahun 2743,26 ÷ 120%619,38
Harga Wajar Saham Tahun 1619,38 ÷ 120%516,15
Jadi harga wajar saham tersebut adalah Rp516,15.

Bila kita menginginkan bisa mencapai tingkat pengembali dari investasi dengan diskon tertentu, berikut batas harga yang bisa kita bayar:

  • Pengembalian 15%: 516 ÷ 115% = 448,83
  • Pengembalian 30%: 516 ÷ 130% = 397,04
  • Pengembalian 50%: 516 ÷ 150% = 344,1
Dengan harga saat ini Rp450 per lembar saham, maka kita cuma patut berharap pengembalian investasi sekitar 15% saja.

Pada tulisan berikutnya saya akan memberi unsur asumsi pesimisme dan optimisme dalam valuasi sehingga bisa membuat kita berhati-hati tanpa melupakan peluang sesungguhnya dari perusahaan. Selain itu saya akan letakkan semua valuasi dari Graham, PEG, dan Arus Kas Terdiskon sederhana dalam satu lembar kerja sehingga bisa mempermudah kita menilai harga wajar saham dari perusahaan.


Diterbitkan: 9 Mar 2013Diperbarui: 9 Feb 2022