Saya sebenarnya ingin memuat tulisan ini pada Jumat lalu. Tapi apa daya waktu tidak memungkinkannya. Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan Manajemen Portfolio. Setelah rencana komposisi portfolio, langkah berikut agar operasi investasi kita sehat dan rasional adalah mempunyai rencana portfolio dan rencana transaksi.

Semoga tulisan yang agak panjang ini bisa mengisi akhir pekan Anda.

Rencana Portfolio

Rencana portfolio pada hakekatnya adalah lanjutan dari manajemen portfolio. Setelah kita menetapkan seberapa besar akan masuk ke perusahaan kecil-tumbuh, maka sisanya bisa kita isi dengan perusahaan besar-tumbuh. Kali ini katakanlah saya akan masuk perusahaan kecil-besar sebanyak 70% dari portfolio, 30% sisanya akan saya isi perusahaan-perusahaan besar-tumbuh. Alasan kenapa perusahaan kecil lebih besar dan perusahaan lebih kecil bisa dibaca dalam tulisan sebelumnya, karena itulah profil risiko pilihan saya, selain visi investasi saya adalah jangka panjang. Anda bisa tentukan sendiri berapa batas kecil dan besar, sesuai dengan visi investasi pribadi masing-masing.

Setelah mempunyai ketetapan ukuran masing-masing sisi portfolio, tahap berikutnya adalah memasukkan perusahaan-perusahaan yang bagus ke kedua sisi portfolio, sisi perusahaan kecil-tumbuh dan besar-tumbuh tersebut. Kita isikan masing-masing perusahaan tersebut ke sisi Kecil dan Besar, sesuai dengan kriterianya. Setelah semua perusahaan masuk, barulah masuk ke bagian yang seru ini.

Rencana Komposisi Portfolio

Rencana portfolio bisa sederhana, bisa kompleks. Rencana portfolio saya cukup sederhana, bentuknya mirip tabel berikut:

Kode SahamBatas Lot Min.Batas Lot Maks.Lot Skrg.% Lot
Kas & Setara Kas69,7%
Perusahaan Kecil-Tumbuh
KODE6080408,93%
KODE101236,02%
KODE152510,45%
KODE4050100,09%
KODE3050303,68%
KODE3050203,22%
Perusahaan Ragu-ragu (Tidak Yakin Posisinya)
KODE71010,96%
Perusahaan Besar-Tumbuh
KODE2315,8%
KODE101511,15%

Disclaimer: ini bukan saran atau anjuran investasi. Segala tindakan dalam investasi saham adalah tanggungjawab Anda sendiri.

Tabel di atas adalah contoh sederhana rencana portfolio yang saya punya. Saya mempunyai sebuah berkas lembar kerja (spreadsheet) menggunakan applikasi Numbers (atau bisa menggunakan Excel). Kolom-kolom yang tersedia di sini adalah kolom kunci yang saya kira wajib ada, seperti batas lot minimal, maksimal, dan lot sekarang. Persentase diperlukan agar kita bisa menyesuaikan dengan kondisi nyata keuangan investasi. Misalnya, bila ada dana tambahan baru, tentu saja persentase portfolio masing-masing saham akan turun, persentase kas naik. Maka kita wajib menyesuaikan perkembangan portfolio dengan keadaan ini. Hal ini bisa disesuaikan dengan menambah komposisi saham yang ada, atau menambah saham baru, bila harganya sudah tidak masuk lagi.

Kita juga bisa menambahkan kolom lainnya sesuai kebutuhan, misalnya harga wajar, persentasi margin of safety, dan lainnya. Dengan hal ini kita bisa menyesuaikan mana perusahan yang menjadi prioritas mana yang tidak. Tabel di atas sifatnya dinamis. Bila suatu saat ada perusahaan yang kinerjanya menurun, kita bisa menyesuaikan rencana komposisi portfolio untuk perusahaan tersebut.

Setelah kita punya tabel rencana portfolio, lalu bagaimana?

Rencana Transaksi

Inilah tahapan yang unik. Rencana transaksi dan kegiatan bertransaksi itu bisa gampang, juga bisa rumit, tergantung kita sendiri bagaimana memandangnya.

Metode paling gampang adalah melakukan dengan cara investor jaman dahulu, menelepon broker, minta belikan saham atas nama kita pada harga tertentu. Tutup telepon. Selesai.

Seyogyanya berinvestasi itu demikian. Tapi manusia seringkali membuat rumit dirinya sendiri, termasuk saya sendiri.

Mengalahkan Perilaku Kita Sendiri

Sudah terbukti perilaku kita dalam bertransaksi saham seringkali rumit, unik, dan kadang menggelikan. Kita manusia punya kelemahan pada keserakahan dan takut pada kerugian. Bila harga saham naik, kita ingin mengikutinya seperti sekawanan domba yang tertarik sesuatu rumput hijau di atas bukit. Namun bila harga turun kita terburu ketakutan seperti domba mendengar rumor serigala akan mengetuk rumah mereka malam nanti. Itulah yang sering terjadi.

Pada saya hal sebaliknya sering terjadi, meski saya juga masih kadang-madang mengalami perasaan tadi. Bila ada saham yang harganya turun, saya sering terburu-buru membeli dalam jumlah terlalu banyak, kemudian ketika harga turun lagi maka uang kas saya sudah habis. Lambat laun, ketika harga sudah naik melebihi harga beli saya, tiba-tiba saya sudah menjual hampir seluruh isi portfolio.

Dari pengalaman dan kesalahan itulah saya membuat keputusan manajemen portfolio dengan rencana portfolio dan rencana transaksi seperti yang saya tulis ini. Saya bersyukur selama 3 minggu ini saya bisa mematuhinya. Semoga ke depannya saya selalu bisa mengendalikannya.

Setelah ini saya akan nonton film Wall Street edisi pertama dahulu.

Selamat berakhir pekan! :)


Diterbitkan: 14 Jan 2012Diperbarui: 18 Feb 2022