Mengincar saham perusahaan yang kita anggap bagus itu adalah satu hal, bahwa kita ada tujuan dan rencana investasi. Tapi membeli saham dan menjualnya terburu-buru, itu persoalan lain. Atau, karena harga suatu saham jatuh dan keasyikan melakukan average down, tiba-tiba saja komposisi suatu saham terlalu banyak di portfolio kita. Mungkin inilah saat untuk mengevaluasi perilaku beli/jual transaksi saham.

Menyikapi perilaku dalam transaksi saham yang sering terpengaruh emosi itulah saya memutuskan harus ada manajemen portfolio untuk investasi saya. Konsep manajemen portfolio ini mungkin tidak canggih karena saya masih belajar dan berusaha terus mengembangkan dan mengevaluasinya. Tapi karena kesederhanaannya itu saya berharap konsep ini mudah dipahami dan mudah diterapkan. Dengan rancangan portfolio ini saya berharap bisa mengontrol komposisi portfolio untuk kemudian bisa melakukan rencana eksekusi dalam menambah, mengurangi, dan mempertahankan beberapa jumlah saham tanpa mengurangi ekspektasi kita terhadap risiko dan peluang investasi.

Kategorisasi Tipe Perusahaan

Saya membagi ada dua jenis perusahaan di rancangan portfolio, keduanya adalah:

  • perusahaan tipe kecil-tumbuh
  • perusahaan tipe matang-tumbuh.
Perusahaan kecil-tumbuh arti ringkasnya kurang lebih adalah perusahaan lapis kedua yang ada di bursa. Saham perusahaan kecil-tumbuh ini diharapkan punya potensi pertumbuhan tinggi. Saham matang tumbuh artinya saham perusahaan besar dan sudah dikenal bagus, juga punya potensi tumbuh meski tidak terlalu tinggi.

Kita perlu mengelola perusahaan kecil yang tumbuh karena mereka adalah masa depan investasi kita, dengan potensi pertumbuhan ratusan persen. Hal ini pernah terbukti dalam portfolio saya. Kita berharap dari pertumbuhan pesat sebagian portfolio di kategori perusahaan kecil-tumbuh ini bisa mendongkrak pengembalian seluruh portfolio kita. Dari hal ini seyogyanya portfolio saham perusahaan kecil-tumbuh harus lebih besar.

Kita juga perlu mengelola sebagian kecil portfolio investasi kita dengan saham perusahaan yang matang-tumbuh. Mereka biasanya perusahaan dengan pendapatan besar, sudah dikenal pasar, atau bahkan sudah masuk dalam kategori indeks LQ-45, misalnya. Kita berharap dari pertumbuhan saham-saham matang-tumbuh ini, yang biasanya lebih stabil. Satu hal lain kita berharap mendapatkan pemasukan rutin dari dividen dengan memiliki saham-saham ini.

Manajemen Risiko

Satu hal yang mempengaruhi konsep manajemen portfolio menjadi dua kategori di atas adalah manajemen risiko. Kita tidak bisa mengatur seluruh portfolio ke dalam sebuah kategori, atau bahkan ke sebuah saham saja–seperti terjadi dalam masa-masa awal investasi saya dahulu, karena ini berisiko. Tapi hal itu pengecualian karena saya sedang belajar. Saya juga belum ada ide tentang perusahaan-perusahaan lain. Seandainya sesuatu terjadi di sebuah perusahaan tempat kita fokus, misalnya penjualannya menurun, lalu keuntungan minus, tentu saja investasi kita bisa terkena dampaknya. Sahamnya bisa anjlok. Begitu juga dalam suatu kategori, tipe perusahaan kecil-tumbuh juga berisiko bila ada gejolak krisis. Perusahaan tipe ini biasanya bereaksi jauh lebih keras terhadap krisis bila dibanding perusahaan matang-tumbuh. Otomatis potensi kerugiannya akan sangat tinggi, sepadan dengan potensi pertumbuhannya. Ketika menghadapi krisis, saham kecil-tumbuh agak lambat kembali ke harga awalnya karena modal investor biasanya fokus ke perusahaan-perusahaan besar dahulu untuk mengejar kesempatan meraup untung lebih besar.

Dari situlah risiko perusahaan matang-tumbuh terlihat kecil. Saham perusahaan tipe ini biasanya akan kuat menghadapi gejolak krisis, atau ketika krisis selesai mereka akan membalik lebih cepat dibanding saham-saham kecil. Contoh kategori saham ini misalnya  saham-saham berikut: Unilever (UNVR), Astra Internasional (ASII), dan Fastfood Indonesia (FAST). Tapi karena risikonya yang kecil, sebagai investor jangka panjang kita juga memandang ada risiko lain untuk tipe saham ini, yaitu potensi pertumbuhannya. Jangan berharap kategori saham perusahaan ini akan naik dalam ratusan persen dalam jangka 3-5 tahun, meski itu bisa saja terjadi dalam era setelah krisis 2008-2009 lalu. Karena risiko pertumbuhannya yang stabil ini, kita berharap pengembalian tahunan tidak terlalu besar dari saham-saham kategori ini, katakanlah 20-50%. Tentu saja kita tidak masuk ke setiap saham perusahaan matang seperti di atas kalau harganya tidak pantas (overvalued).

Konsep Dasar Manajemen Portfolio Investasi BolaSalju

Dengan memahami dua konsep di atas, saya memutuskan akan mengelola 60-70% portfolio dalam bentuk saham perusahaan kecil-tumbuh. Sedang 30-40% lainnya dalam bentuk saham matang-tumbuh.

Dalam tulisan berikutnya saya akan mengulas pengembangan manajemen portfolio ini menjadi sebuah bentuk rencana portfolio investasi.


Diterbitkan: 10 Jan 2012Diperbarui: 9 Feb 2022