Salah satu prasyarat mutlak bagi investor saham adalah rasional terhadap kesalahan. Setiap orang bisa salah. Setiap orang bisa lupa. Bahkan orang paling pintar dan pengalaman pun masih bisa salah.

Untuk itu adalah penting agar mengetahui apa itu kesalahan dalam langkah investasi. Penting juga belajar mempelajari bagaimana kita salah. Lalu kemudian kita bisa menyadari dan terbuka bahwa kita bisa salah. Pada akhirnya kita harus terbuka pada diri sendiri bahwa kita salah dan berusaha untuk menghindari kesalahan serupa terjadi.

Berikut adalah kesalahan-kesalahan yang pernah saya lakukan dalam berinvestasi saham selama setahun lalu. Saya masih menyertakan data akhir tahun 2010 karena saya baru masuk saham pada saat itu. Tautan terkait dengan transaksi pada saat kesalahan dibuat bisa diakses pada masing-masing item.

  • Beli saham karena penasaran bagaimana sistem bekerja. Biasanya terjadi pada investor yang baru masuk saham. Untuk menghindarinya, buat transaksi kecil dan untuk saham yang harganya paling kecil yang Anda tahu.
  • Beli saham tanpa riset. Ini terjadi pada dua transaksi: 10 November 2010 dan 12 November 2010. Dengan segala software analisis saham tersedia gratis di internet, godaan ini makin terasa. Seketika mengetahui P/E rendah, akhirnya langsung klik beli saham. Rasio P/E rendah saja bukan kriteria bagus.
  • Average Down yang tidak rasional. Mengetahui bahwa langkah sebelumnya salah, lalu saham jatuh, lalu berusaha average down. Ini terjadi dalam beberapa transaksi dan terbukti saya mengulanginya lagi, bahkan untuk saham lain. Kita perlu selalu belajar dari kesalahan sebelumnya.
  • Panik buying/selling. Ada kesalahan atau tidak, melakukan transaksi karena panik itu salah.
  • Jual saham di bawah harga wajar, apalagi jumlahnya terlalu besar. Bila kita termasuk investor jangka panjang, menjual (meskipun untung) dalam jumlah besar terlihat sangat tidak rasional. Ini terjadi pada transaksi April lalu dalam menjual saham CLPI sejumlah 20.000 lembar saham dari koleksi 45.000 untuk gain 20%-an. Sayang bukan, padahal beberapa bulan berikutnya saya bisa menjual dengan gain ratusan persen.
  • Tidak ada rencana portfoio. Dari kesalahan di atas, beberapa bulan terakhir saya fokus untuk membuat rencana portfolio. Investor tanpa ada rencana portfolio pasti hanya akan mengikuti emosi saja. Paling tidak itu yang terjadi pada saya.
  • Membeli saham karena citra perusahaan. Atau membeli saham karena suka perusahaannya. Ini terjadi pada pembelian saham GIAA lalu. Ada banyak faktor kenapa hal ini ini salah. Perusahaan bagus, belum tentu sahamnya murah. Belum tentu pula kinerja keuangannya bagus. Belum tentu manajemennya saat itu bagus. Dan banyak faktor lainnya.
  • Membeli saham karena serakah akan potensi keuntungan. Bisa dibaca pengantar Dollar Cost Averaging ini. Potensi keuntungan itu hanya satu hal dari banyak penentu apakah sebuah investasi itu bagus atau tidak.
  • Bertindak cepat bila mengetahui kesalahan. Bila Anda sadar bahwa telah melakukan kesalahan, segeralah bertindak dan taktis, misal keluar dari saham tersebut. Ini juga membawa kita pada kesalahn lain di bawah;
  • Menyimpan loser dan berharap saham tersebut bangkit tidak menyelesaikan masalah.
  • Tidak tahan menghadapi emosi. Bila kita stres saat investasi turun 50% nilainya, padahal kita sudah berusaha memilih saham dengan potensi terbaik, saran saya jangan teruskan investasi saham. Ikut reksadana dan lupakan masalah. Anda lebih baik fokus ke pekerjaan lain yang Anda senangi. Menghadapi emosi adalah kunci sukses investasi saham.
  • Sumber data yang salah. Meski belakangan setelah evaluasi ulang dan lama saya yakin bahwa data yang saya hadapi benar, tapi kesalahan menghadapi data yang salah adalah fatal.
  • Terlalu berorientasi jangka pendek. Lebih-lebih bila tidak ada rencana portfolio. Terbukti ancaman krisis dan apa pun tidak signifikan di hadapan investor long term. Seharusnya demikian. Tapi lihat transaksi 6 Oktober ini, saya mengalami kesalahan dengan ikut-ikutan keluar sedikit ketika pasar panik. Coba bayangkan bila saya masih memegang saham-saham itu hingga sekarang?
  • Tidak percaya pada analisis sendiri. Saya pernah mendapat perasaan ini beberapa kali ketika membaca analisis atau laporan dari tokoh atau penulis investasi ternama. Kenyataannya, gaya investasi orang per orang selalu berbeda. Dua orang dengan filosofi value investing yang sama bisa mempunyai koleksi saham yang berbeda. Tidak ada yang salah. Yang penting adalah mempercayai diri sendiri.
  • Mengulangi kesalahan. Sudah jelas hal ini salah. Tapi hal ini masih terjadi saja.
Itulah sekilas ringkasan daftar kesalahan yang terjadi dalam setahun lalu. Kapan-kapan saya akan mengulas kriteria kesalahan umum dalam operasi investasi yang lebih generik dan gamblang daripada daftar ini. Saya ingin mengutip ide-ide kesalahan dari buku Lynch dan Fisher yang pernah saya baca.

Semoga kita selalu bisa mengurangi kesalahan dan belajar darinya. Selamat berinvestasi!


Diterbitkan: 5 Jan 2012Diperbarui: 9 Feb 2022