Siapa yang masuk ke dunia saham dan berpikir ia bakal bisa menebak harga saham adalah orang yang membuat jalan ke gerbang kerugian. Bila ada kecenderungan naik, orang cenderung serakah. Bila ada kecenderungan turun, orang cenderung panik, bahkan saham yang seperti pasif pun orang menduga itu akan mati selamanya, padahal siapa yang bisa meramal harga saham?

Bila harga suatu saham sedang tren menanjak naik, orang cenderung terlalu gembira dan menyambutnya, dan inilah beberapa reaksi yang bisa terjadi:

  1. Orang yang sudah memilikinya merasa berada di jalan investasi yang benar, lalu menambah koleksi sahamnya, bahkan dengan jumlah yang jauh lebih besar lagi.

  2. Orang yang dulu sudah menjual koleksinya dengan keuntungan lumayan, jadi ingin ikut terjun merasakan keuntungan yang begitu bagus ini.

  3. Para analis melihat saham ini selalu menguntungkan lalu meliputnya, beberapa merekomendasikannya dengan target harga yang mepet (beberapa poin naik beli, beberapa poin turun jual).

  4. Orang yang belum memiliki saham itu jadi ingin mengikutinya karena banyak orang yang untung, juga makin banyak analis yang bilang bahwa saham ini baik, ia tak ingin ketinggalan kebahagiaan.

Bila harga suatu saham sedang tren turun, orang cenderung khawatir dan panik, dan inilah beberapa reaksi yang bisa terjadi:

  1. Orang yang sudah memiliki sahamnya akan merasa berada di jalan yang salah, lalu mengurangi koleksi sahamnya, bahkan karena saking paniknya berusaha melego seluruh sahamnya.

  2. Orang yang dulu sudah pernah memiliki saham ini lalu menjualnya karena rugi jadi ingin menjual lebih banyak lagi.

  3. Makin banyak analis yang berteriak jauhi saham ini.

  4. Orang yang tidak memiliki saham ini makin anti pati terhadap saham ini, sudah turun, pasti bisa turun jauh lebih dalam lagi, begitu pikirnya.

Dari dua skenario tadi, mari kita perhatikan satu hal yang sama diantara semua kemungkinan tadi, apakah itu? Semua orang tadi berusaha menjadi orang yang bisa meramal harga saham. Kenyataannya siapa yang bisa meramal harga saham? Tidak ada. Tidak analis, tidak petugas pialang, tidak teman Anda, tidak senior investor Anda, tidak diri Anda sendiri. Ingat cerita Newton yang terbawah heboh pasar, lalu rugi puluhan ribu poundsterling, itulah contoh kecil pengaruh orang yang ingin meramal pasar. Hebatnya penyakit ini tidak hanya menyerang orang bodoh, tapi orang-orang dengan kecerdasan super pun bisa terkena. Tidak ada yang bisa meramal harga saham. Jadi kalau kita mempercayai ramalan harga saham sesungguhnya kita menjerumuskan diri kita sendiri.

Karena memang tidak ada orang yang bisa meramal harga saham, pemikiran-pemikiran ini pun bisa salah:

  • harga saham sudah terjun bebas, tak akan bisa jatuh lagi
  • harga saham sudah naik di posisi puncak selama 10 tahun terakhir, maka tak akan bisa naik lagi
  • ini harganya murah, tak masalah kalau rugi (ia bisa lebih murah lagi!)
  • perkembangan harga sudah menunjukkan tiga kali, pasti kali ini waktunya naik atau turun
  • ini saham mati selama 2 tahun, rugi berinvestasi di saham ini
  • dan lain-lain
Seandainya kita melawan keinginan dan emosi, lalu melangkah dengan dasar yang lebih berdasarkan fakta, logis, dan rasional, kita tentu akan bisa mempercayai keputusan kita sendiri. Biarpun pasar bergejolak, biarpun puluhan analis bilang kita jangan melangkah ke saham yang berbahaya, biarpun ratusan gosip berkeliaran, kalau kita tetap teguh pada apa yang kita percayai karena kita mempunyai datanya yang sudah teruji, pikiran kita tentu akan lebih tenang dan tidak mudah stres. Langkah investasi pun jadi lebih ringan dan tanpa beban.


Diterbitkan: 10 Jun 2011Diperbarui: 9 Feb 2022