“Gimana sih cara bermain saham?” demikian tanya teman yang sedang ngobrol dengan saya kali itu. Obrolan kami memang seputar investasi, dan ketika saya cerita investasi saya saham, kalimat itulah yang sering muncul.

Kalimat “bermain saham” ini hampir selalu disebut bila mana kita berbicara tentang investasi saham. Entah dalam obrolan warung. Obrolan via ruang chat. Atau juga obrolan di forum-forum internet. Bahkan ada buku yang memberi judul dengan kalimat ini pula.

Setiap pengantar dari investasi saham selalu bilang saham adalah investasi. Investasi jangka panjang pula. Dengan memiliki saham, kita berarti memiliki sebagain kecil dari sebuah perusahaan, atau disebut andil. Tapi kemudian pengantar ini dibumbui kenapa saham cocok untung investasi jangka panjang, karena keuntungan saham itu tinggi, tapi saham juga punya resiko tinggi (high risk, high return). Kemudian ada bumbu lain, mainlah dalam uang yang kecil dahulu. Ada pula yang bilang, gunakan uang yang benar-benar tidak dipakai. Dan seterusnya, dan seterunya. Lalu jatuhlah kita menganggap bahwa saham itu ya bermain saham.

Entah siapa yang mengawali pengenalan kalimat tersebut, tapi itulah kenyataan. Tanpa edukasi yang cukup, semua itu dianggap benar. Kesannya saham itu adalah permainan yang berisiko. Yang saya tangkap, orang-orang seperti beranggapan bahwa saham itu mirip sebuah permainan yang mempunyai citra buruk, dan bahkan ilegal, yaitu permainan judi. Padahal saham itu bukan judi.

Ironisnya, ketika dalam forum-forum edukasi saham resmi, pembicaranya juga tidak menyalahkan ketika ada orang salah ucap seperti ini, “Bagaimana sih pak agar bermain saham kita tidak ditipu oleh bandar yang suka menggoreng saham yang kita miliki?”

Lucu tidak sih?

Tapi itulah kenyataan. Tidak di Indonesia saja sebenarnya. Bahkan investor di luar negeri juga masih menganggap bahwa kesan saham adalah sebuah ladang jackpot, tempat kita bisa mencari keuntungan cepat dalam waktu sesaat.

Dengan pola pikir permain, banyak penasihat keuangan lokal yang menyarankan seyogyanya yang kita pakai untuk masuk ke saham adalah uang yang benar-benar tidak kita butuhkan alias uang nganggur. Ini kan sama saja menganggap bahwa saham itu bukan dunia serius. Ini sama seperti menganggap bahwa uang ke saham memang bener-benar permainan, bisa untung, bisa rugi, bisa hilang musnah.

Mulai sekarang mari kita hapus ingatan kita tentang BERMAIN SAHAM. Tidak ada itu bermain saham. Yang benar adalah berinvestasi saham.

Benjamin Graham dalam bukunya The Intelligent Investor mengatakan ada dua jenis orang yang masuk ke dunia saham: yang pertama adalah spekulan, yaitu mereka yang mencari untung dari selisih harga saham yang diperdagangkan; dan yang kedua adalah investor, yaitu orang-orang yang berusaha menjaga asetnya tidak turun nilainya, atau berusaha mendapatkan keuntungan dari ekuitas yang dimilikinya.

Dengan menilik deskripsi Graham tersebut, maka sesungguhnya bermain saham itu salah dan menjerumuskan kita.

Kenapa menjerumuskan? Coba bila kita anggap saham itu bermain, maksudnya bermain bagaimana? Biasanya yang terpikir dari orang-orang adalah seperti berikut: a) Kita bisa mendapatkan keuntungan cepat dari bermain saham; b) Kita bisa mendapatkan untung dalam hitungan menit; c) Beli saham murah dengan hutang, lalu jual ketika untung, maka kita bisa dapat untung tanpa modal; d) saham itu memicu adrenalin dan bikin stress, tapi bisa juga mendapatkan untung bejibun kalau kita pas rejekinya, sepadan risikonya.

Begitulah selama ini yang saya dengar. Tapi coba kita ganti kata untung dengan rugi, apa yang terjadi? Apa kita mau mendengar deskripsi saham seperti itu? Seandainya kata rugi yang dipakai alih-alih untung, apakah bermain saham itu permainan yang menarik? Kok saya rasa banyak orang itu mengenalkan kita dengan judi.

Maka ketika pola pikir (mindset) kita belum berubah dari bermain saham, kita tidak akan beranjak dari pikiran spekulatif. Graham mengajarkan pada saya bahwa saham itu bukan permainan, lebih-lebih judi.

Inti ajaran Graham di bukunya, bahkan ketika belum beranjak ke teori sama sekali adalah mengajak kita semua agar sadar bahwa saham itu bukan permainan. Saham itu adalah dunia nyata, yaitu kepemilikan modal dari suatu perusahaan, yang dimaksudkan sebagai investasi jangka panjang. Dengan masuk ke saham, kita memakai uang beneran, uang nyata dari hasil kerja keras kita. Bahkan sebagai investasi jangka panjang, uang itu adalah uang masa depan bagi anak-anak kita. Kenapa kita mau mempertaruhkan uang tersebut dalam sebuah permainan tidak jelas?

Maka setelah kita bebas dari istilah permainan saham atau bermain saham, kita diharapkan menjadi seorang investor. Investor adalah orang yang tidak kehilangan nilai uangnya. Investor adalah orang yang secara mantap berusaha meningkatkan nilai kapitalnya.

Sebagai penutup coba cermati cerita berikut. Dalam beberapa kali pertemuan di Sekolah Pasar Modal atau pelatihan analisa saham yang saya ikuti, selalu saja ada beberapa orang yang terlihat sudah canggih dan seperti berpengalaman dalam dunia saham. Umumnya mereka sudah masuk ke dunia saham lebih dari satu tahun, bahkan ada yang sudah lebih dari 5 tahun. Mereka fasih sekali mengutip kode empat angka saham, juga tahu naik turun saham-saham terbaru. Mengetahui hal ini, saya bertanya kepada mereka, “Omong-omong selama di dunia saham ini Bapak/Ibu sudah mencatatkan keuntungan berapa persen pak?” Saya tidak tanya angkanya karena itu privasi orang. Saya kira persentasi saja sudah cukup.

Seandainya saya sediakan jawaban berikut:

A: “Ya gak tahu tepatnya, tapi untung kok. Saham kan naik turun. Kadang untung. Kadang rugi. Tidak bisa dihitung lah”

B: “Selama tiga tahun saya mendapat untung 40%.”

C: “Saya selalu bisa mengalahkan IHSG dalam dua tahun ini.”

D: “Saya pernah untung 10 juta lebih dalam saham xxMI. Tapi belum balik modal sih sekarang karena kejatuhan sampai sekarang.”

Kira-kira yang mana jawaban mereka? Atau, seandainya kita anggap pembaca sudah masuk ke dunia saham lebih dari satu tahun, kira-kira apa jawaban pembaca?

Kalau pembaca bisa menebak jawaban mereka, saya berharap itulah awal yang bagus untuk beralih menjadi investor. Kalau pembaca tidak tahu jawabannya atau menjawab yang keliru, saya khawatir jawaban pembaca sama dengan jawaban mereka, maka saya berharap pembaca membaca ulang tulisan ini berkali-kali sampai mendapatkan intinya. Bila sudah siap silakan baca tulisan seri Belajar Investasi dalam Mengenal Saham.

Dengan menjadi investor kita akan bertindak benar. Dengan menjadi investor kita akan bertindak hati-hati. Dengan menjadi investor kita akan berpikir sebelum melakukan aksi dalam investasi kita. Dengan menjadi investor, apalagi investor yang serius, kita bisa tenang saja untuk menaruh keranjang investasi kita 95% saham (misalnya) dan 5% uang kas, karena kita yakin bahwa ini adalah investasi jangka panjang, dengan visi keuntungan tinggi yang harus bisa mengalahkan inflasi. Kalau tidak demikian, buat apa susah-susah masuk saham?

Kalau demikian Anda mau bermain saham?

 


Diterbitkan: 26 May 2011Diperbarui: 9 Feb 2022